Friday, November 6, 2015

Aneka Catatan


Di lembaran panjang bernama Kehidupan,
terkadang ada catatan ringan dan singkat,
atau catatan berat dan panjang nirpesona.
Ada pula catatan pinggir yang terlupakan.
Catatan kaki jua ada dan 'terinjak' alinea.


(Yohanes Manhitu, Jogja, 3 Nov. 2015)

Hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman


Ya Tuhan Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang, perkenankanlah arwah leluhur, sanak saudara, dan sahabat kami tercinta yang telah mendahului kami ke rumah-Mu yang kudus mendapatkan istirahat dan kebahagiaan surgawi. Semoga dosa-dosa mereka Engkau ampuni, ya Tuhan. Amin.

(Hari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman, 2 Nov. 2015)

Embun di ujung rumput


Ketika orang lagi berjuang menerjang kabut,
kau asyik membungkus diri dengan selimut.
Hingga seluruh wajahmu itu dihiasi keriput,
kau tak melihat embun di ujung rumput.


Yohanes Manhitu, 2 November 2015

Kemandirian seorang pemelajar


Guru adalah sosok penting yang patut dihormati, tetapi tak selamanya orang membutuhkan guru untuk segala sesuatu. Bila sanggup, belajarlah sesuatu, misalnya bahasa baru, secara autodidak alias menjadi guru untuk diri sendiri. Kemandirian seorang pemelajar akan terbentuk dalam proses belajar itu. (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 30 Oktober 2015)

Kita menjunjung tinggi bahasa persatuan


Dua minggu lalu, saya ikut latihan kor dalam bahasa Jawa. Malam ini, saya akan ikut latihan kor lagi, dalam bahasa Indonesia. Kali ini kebetulan sekali bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Kita memelihara bahasa-bahasa daerah agar lestari. Dan sebagai warga Indonesia, kita menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, sesuai dengan butir ketiga Sumpah Pemuda 1928. Dirgahayu bahasa Indonesia, bahasa persatuan RI! (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 28 Oktober 2015)

Sastrawan Facebook


Andaikan ada julukan "sastrawan Facebook". Semoga tidak ada. Mungkin julukan ini (dianggap) boleh berlaku kalau memang karya-karyanya sama sekali tidak pernah nongol di luar Facebook. Tetapi untuk apa dirisaukan. Debutnya bisa dimulai di Facebook atau media siber lainnya. Orang bebas memilih mau mulai di mana. Facebook adalah salah satu media bagus untuk berbagi karya. Patut diapresiasi dan disyukuri. Tiada yang salah kok kalau karya-karya setiap insan kreatif dihadirkan di dua dunia sekaligus, baik di dunia riil maupun dunia maya. Ada karya yang keluar dari dunia riil ke dunia maya dan ada pula yang keluar dari dunia maya ke dunia riil. Santai sajalah. Yang penting adalah giat berkarya dan bersedia berbagi. Soal (t)anggapan orang, kita kembalikan saja kepada yang (suka) mengambil posisi "hakim". (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 27 Oktober 2015)

Mengajari bocah menghargai alamnya


Bilamana orang dapat menikmati indahnya hutan, atau minimal sederet pohon rindang, dan mendengarkan nada-nada pelanginya yang bisa menimbulkan kerinduan di hati, barulah ia mungkin akan peka dan menghargai hutan dan segala isinya. Ketika sudah bukan bocah lagi, saya mengerti mengapa dahulu orang-orang tua di kampung melarang kami, para bocah, mematahkan ranting sesuka hati kami. Ada begitu banyak hal yang saya syukuri sebagai mantan bocah kampung yang akrab dengan hutan dan sabana. Di hutan, kami, para bocah, tidak pernah kelaparan. Kami diajar untuk tahu bahwa Sang Pencipta sungguh baik hati dengan menghadirkan pepohonan dan mata air di hutan. Ah! Ternyata jauh lebih mudah mengajari bocah menghargai alamnya. (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 26 Oktober 2015)

Ngobrol dengan peziarah dari Ermera


Beruntung! Kemarin, sewaktu di Gua Kerep, saya sempat ngobrol akrab dalam bahasa Tetun Nasionál dengan seorang peziarah dari Ermera, Timor-Leste, yang mampir bersama dengan keluarganya di Jawa Tengah dalam perjalanan dari Bandung ke Timor-Leste. Rasanya seakan-akan kami sedang ngobrol dekat "Palácio do Governo" atau di depan Gereja Motael. Itulah bahasa, bisa mengikat atau memisahkan orang di mana pun berada.

(Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 26 Oktober 2015)

Mengupas

Ketika masih kecil, sebagai seorang bocah, saya cuma kenal mengupas buah, seperti mengupas mangga. Setelah bukan bocah lagi, eh, ternyata ada juga "mengupas masalah", "mengupas kepribadian", "mengupas peristiwa", dll. Ketika seseorang asyik mengupas masalah orang lain seakan-akan ia sosok nirmala, pada saat yang sama, mungkin saja masalahnya dikupas tuntas oleh orang lain di tempat lain dengan pisau yang berbeda jenis. Semoga positif.

(Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 19 Oktober 2015)

Mengiringi lagu-lagu dalam ibadat berbahasa Jawa


Acara ekstra di "TKP" bersama dengan Mas Jarwanto (kedua dari kiri) setelah Bung Dariuz Nabunome (keempat dari kiri; tadinya memegang orgen), Bung Benny BoySh (pertama dari kiri; tadinya memegang gitar) dan saya (tadinya memegang gitar) mengiringi lagu-lagu dalam ibadat sabda berbahasa Jawa di Lingkungan St. Rafael, Berbah, Yogyakarta, pada Sabtu malam, 17 Oktober 2015. Setelah memegang gitar, rasanya irama malam akan lebih lincah dan indah mengalir dari rongga-rongga harmonika. Terima kasih banyak atas bantuan para musisi Timor (Benny BoySh, Dariuz Nabunome, Boyz'one Easterlight, Frids Themayers) untuk Lingkungan St. Rafael selama ini. Bantuan teman-teman ini sungguh berarti. Mari kita terus berbagi.

(Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 19 Oktober 2015)

Mampir di makam Pater Prof. Dr. Petrus Josephus Zoetmulder, S.J.


Adalah sebuah kegembiraan tersendiri bahwa tadi sore, dalam perjalanan pulang ke Jogja dari Gua Kerep, Ambarawa, Jateng, saya sempat mampir di makam Pater Prof. Dr. Petrus Josephus Zoetmulder, S.J. (di nisan tertulis: P. Prof. Piet Zoetmulder SJ) di Muntilan, Jateng. Walaupun sudah beberapa kali "main" ke atau melewati Muntilan, hari ini saya baru sempat berziarah.
-------------------------------------------------------
Pater (Romo) Prof. Dr. Petrus Josephus Zoetmulder, S.J. adalah ahli sastra Jawa Kuno dan penyusun Kamus Jawa Kuno-Inggris (sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia) yang dianugerahi Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis, 13 Agustus 2015. Semoga semangat kerja Romo yang luar biasa itu menjadi lokomotif bagi gerak langkah setiap pencinta bahasa dan sastra di negeri ini.  

(Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 18 Oktober 2015)

Makna kata "mantan"

Foto: https://unsplash.com/s/photos

Akhir-akhir ini, tampaknya makna kata "mantan" cenderung dipersempit menjadi "eks kekasih". Ketika seseorang ditanya, "Tadi kamu terima telepon dari siapa?" Dia jawab, "Dari mantan." Yang tak tahu maksudnya, akan berpikir jangan-jangan dia menerima telepon dari mantan presiden. 

(Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 9 Oktober 2015)

Pembebasan


Kata orang, dengan membebaskan orang lain, engkau membebaskan dirimu sendiri. Tetapi ada kalanya, dengan membebaskan diri sendiri, disadari atau tidak, engkau membebaskan orang lain juga. Tentu ada konteksnya. (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 9 Oktober 2015)

Puisi selalu memanggilku



Oleh: Yohanes Manhitu

Banyak kali kumerasa letih dan sungguh lemah

untuk menyahut suara puisi yang tiada henti
laksana gelombang keras yang menerpa
yang memaksaku menuangkan tiap kata.

Banyak kali puisi timbul dari mimpi yang indah,
dari suara hujan yang menimbulkan kegaduhan hebat,
dari seorang wanita cantik yang berpayung di jalan,
dari sungai panjang yang penuh dengan sampah.

Suatu ketika bila kuabaikan keindahan tertentu,
puisi segera mendaulat kedua mataku
‘tuk lekas menatap. Kuberpikir dan merasa,
dan baris-baris baru akan lahir bagi dunia.

Pugeran Timur, Yogyakarta, Juli 2007

Terjemahan Yohanes Manhitu dari puisi Tetunnya,
Poezia bolu ha’u nafatin (Juli 2007)

Bila malam lupa waktu



Oleh: Yohanes Manhitu

Aku tak pernah membayangkan bila tiada malam,
aku tak pernah berpikir jika tiada rembulan,
aku tak pernah menantikan bintang tak tampak,
aku tak pernah berharap yang ada hanya hari.

Mengapa siang dekat dengan terang
dan malam tetap merangkul gelap?
Apakah hidup ini hanya terang-gelap?
Tiadakah ruang di antara keduanya?

Bila suatu ketika saja malam lupa waktu
dan siang telah merasa jemu bertandang,
gelap akan memerintah bagai sang raja.
Hanya terang yang akan dicari orang.

Untuk membuat lukisan tampak lebih hidup,
pelukis menggunakan terang dan gelap
dan menyentuhnya dengan tangan yang sama.
Masing-masing ada menurut perintah pelukis.
 

Pugeran Timur, Yogyakarta, Mei 2008

Terjemahan Yohanes Manhitu dari puisi Tetunnya,
Bainhira kalan haluha tempu (Mei 2008)