Friday, January 31, 2014

Beban terlampau berat





Karya: Yohanes Manhitu

Berawal dari kebiasaan lama
yang berlaku di masa lampau
ketika kita belum mengenal mobil,
sehingga ‘tuk bepergian, kita menunggang kuda.

Andaikan kita tahu bahasa kuda,
kita ‘kan mengerti bagaimana perasaannya
ketika kita memuat beban tanpa memikirkan
kesanggupannya ‘tuk tuntaskan perjalanan.

Kebiasaan ini tetap kita pelihara
meski zaman telah bergerak maju.
Kita terbiasa dengan beban terlampau berat
bagi mobil dan diri kita sendiri.

Hari demi hari kita menimbun beban
dan lambat-laun beban terlampau berat.
Untuk membongkarnya, kita merasa takut
takut akan kehilangan nama.

Balapan muncul di banyak tempat,
dan kita pun diundang untuk ambil bagian.
Namun kemudian dengan tertawa kita berkata,
“Balapan itu untuk mereka yang tak bernama.”

Terjemahan saya dari puisi Tetun saya "Naha todak resik"

Saturday, January 18, 2014

Pantun bersampiran tikus


Sekotor-kotornya tikus,
lebih bersih si tikus sawah.
Sekalipun si anu amat rakus,
jatah orang jangan dibawa.


Berbah, 18 Januari 2014
Yohanes Manhitu

Friday, January 17, 2014

Harmoni fajar merekah


Kusambut pagi ini dengan sebaris nada,
melahirkan harmoni fajar merekah.
Kuingin keindahan itu tetap ada,
terus meliputi seluruh langkah.
Kepada-Mu nan tak tiada,
kuhatur segala sembah.

Berbah, 6/12/2013
Yohanes Manhitu

Wednesday, January 1, 2014

Terkuak Lagi Tirai Tahun Anyar




Karya: Yohanes Manhitu

Sejak tengah malam tadi, waktulah primadona.
Setiap detik dimaknai sebagai detak jantung
sosok bayi hari perdana di tahun bertamu.
Terkuaklah tirai pembuka tahun anyar.

Ada orang menelusuri hari-hari silam
dan menata mutiara simbol kejayaan.
Ada yang membuat catatan kegelapan
dan membakarnya dengan api harapan.

Hari silih berganti dalam ritme nan pasti
dan manusia sibuk memberinya tanda
dengan tiap jejak di permukaan waktu.
Bahkan jejak acak jadi cap kehadiran.

Maredan-Yogyakarta, 1 Januari 2014