Friday, January 31, 2014

Beban terlampau berat





Karya: Yohanes Manhitu

Berawal dari kebiasaan lama
yang berlaku di masa lampau
ketika kita belum mengenal mobil,
sehingga ‘tuk bepergian, kita menunggang kuda.

Andaikan kita tahu bahasa kuda,
kita ‘kan mengerti bagaimana perasaannya
ketika kita memuat beban tanpa memikirkan
kesanggupannya ‘tuk tuntaskan perjalanan.

Kebiasaan ini tetap kita pelihara
meski zaman telah bergerak maju.
Kita terbiasa dengan beban terlampau berat
bagi mobil dan diri kita sendiri.

Hari demi hari kita menimbun beban
dan lambat-laun beban terlampau berat.
Untuk membongkarnya, kita merasa takut
takut akan kehilangan nama.

Balapan muncul di banyak tempat,
dan kita pun diundang untuk ambil bagian.
Namun kemudian dengan tertawa kita berkata,
“Balapan itu untuk mereka yang tak bernama.”

Terjemahan saya dari puisi Tetun saya "Naha todak resik"

No comments:

Post a Comment