Saturday, June 30, 2012

Kini Masih Ada Bulan


Oleh: Yohanes Manhitu

beberapa malam ini ada bulan
yang lembut bersinar di atas sana
walau dari siang hingga tiba petang,
titik-titik hujan sebesar biji sorgum,
dan sekerdil jewawut yang mandul
sibuk membasuh wajah kota kami

sinar bulan begitu cerah, indah
sehingga helai-helai daun palem,
lembar-lembar daun melati putih
dan pucuk-pucuk pohon rambutan,
tak ketinggalan kaca-kaca Kijang,
tampak bangga memancarkannya

kota kami telah lama dibuai mimpi
yang diantar dengan alunan musik
gubahan kelompok tikus remaja kota
dan konser sepasukan jangkrik musisi
yang telah lama impikan alam basah
‘tuk turut rasakan sejuk joie de vivre.

bumi kami telah lama rindukan bulan
yang kuasa korbankan sinar kepolosan,
yang resapkan percikan cahaya takzim,
yang dinginkan api di rongga dada kami,
yang terangi labirin gelap di kepala kami.
wahai bulan, ingin kami berteriak lantang
dari balkon-balkon hati yang tak beratap
lihatlah wahai dunia, habemus lunam!

Pugeran Timur-Yogyakarta
28 November 2004


[1] kenikmatan hidup (bahasa Prancis)
[2] kini kita punya bulan (bahasa Latin)

Gadis Selaksa Kitab


     à Happy, la bibliothécaire

senyumanmu menawan
tatapanmu bukan ancaman
harapanmu ke awan

dirimu asing bagiku
kuharap aku tak sinting di matamu
tak pernah kulihat helai-helai rambutmu
karena ada sebentuk mahkota di kepalamu

tak ingin aku banyak berkata
lidahku tak kuasa karena lata
mungkin tuturku bakal terbata-bata

gerakmu lincah di antara selaksa kitab
engkau lihai memperlakukan kitab
jemari tanganmu akrab dengan kitab
bolehkan kupanggil engkau ‘gadis selaksa kitab’?

Pugeran Timur-Yogyakarta, Maret 2003
Karya: Yohanes Manhitu