Monday, June 30, 2014

Wanita Itu



Karya: Yohanes Manhitu

Ia yang tlah temaniku tatap rembulan,
ia yang tlah bersamaku mandi mentari.
Tapi kini ia tlah pergi, saatnya tlah tiba
untuk tatap rembulan tanpa bujukan,
untuk dapat mandi mentari mandiri.

Bukan kehendak hatiku untuk lepas
kepergian dian di titian masa depan.
Kuhanya terpaku bisu bak sbuah arca,
tatap langkah tak terduga di seberang.
Pantang kucegah wujud satu keputusan.

Wanita itu kini tlah pergi, ia tlah berlalu.
Dan mungkin tak pernah ingin kembali,
walau di dermagaku masih ada ruang
buat biduknya yang ingin berlabuh.
Smoga ia slamat sampai ke tujuan.

Kupang-Timor, 12 Februari 2004

Teman SD-ku

Foto: https://news.okezone.com

Oleh: Yohanes Manhitu

Untuk yang putus sekolah

Siang itu kujumpai dia
ketika kusinggah di ibu kota.
Siang itu hati kami gempita,
karena kembali berjumpa.
Seketika bibir bergerak lincah,
cerita dan tawa pun mengalir riang.

Dia lelaki, sebaya denganku.
Dia teman kelas satu di SD-ku.
Di jenjang SD, bahteranya kandas.
Di tahap ini, dia tinggalkan rel:
rel panjang ke arah sebaris gelar.
Kukira itu bukan kata hatinya.

Kini dia di hadapanku.
Hitam-putih terbentang mudah,
onak-duri terpampang sudah,
tetesan hitam penyesalan hadir pula.
Semuanya kutuang dalam rasa,
lalu kuolah dalam benakku.

Wahai, Kawan SD-ku!
Di matamu, kutatap bayangan sesal.
Dari tuturmu, kutangkap nada minder.
Mestinya kau jauhkan nada itu, Kawan.
Bukankah di mata-Nya kita secawan?
Kiramu gelarku kunci gerbang kayangan?

Jatiwaringin, Jakarta Timur, 21 April 2003