Nació la palabra en la sangre, creció en el cuerpo oscuro, palpitando, y voló con los labios y la boca.
(The word was born in the blood, grew in the dark body, beating, and flew through the lips and the mouth.) Pablo Neruda, La palabra
Monday, November 17, 2014
Lembut bagaikan kelopak bunga
Dalam (bahasa) sastra, dari yang tua sekalipun, manusia melambangkan
tubuhnya dengan meminjam isi alam sekitarnya. Pohon, bunga, bukit,
ngarai, lembah, mayang, dan lain-lain digunakan untuk melambangkan
berbagai sisi tubuh insani, terutama tubuh wanita. Di samping supaya
menjadi indah secara sastrawi, tentu agar mudah dipahami, karena
referensinya jelas. Walaupun ini bukan isu baru, tidak dapat disangkal
bahwa ungkapan-ungkapan ini masih menjadi magnet. Terkadang rasanya
lucu, karena walaupun belum pernah merasakan manisnya kelopak bunga
(awas bunga yang beracun!), kepada wanita, seorang pria mungkin tidak
ragu mengatakan atau menulis dalam sajaknya, "Bibirmu terasa lembut
bagaikan kelopak bunga." (Yohanes Manhitu, 13 November 2014)
I wish you welcome to my blog, which contains many things about me and my works. I hope you will enjoy the reading. Please don't hesitate to write me if necessary. Thanks a lot for visiting.
Simply click the picture to read about the blogger
Contact the Author/Blogger (Please use your real name and email. OK? Thank you!)
No comments:
Post a Comment