Lembut bagaikan kelopak bunga
Dalam (bahasa) sastra, dari yang tua sekalipun, manusia melambangkan
tubuhnya dengan meminjam isi alam sekitarnya. Pohon, bunga, bukit,
ngarai, lembah, mayang, dan lain-lain digunakan untuk melambangkan
berbagai sisi tubuh insani, terutama tubuh wanita. Di samping supaya
menjadi indah secara sastrawi, tentu agar mudah dipahami, karena
referensinya jelas. Walaupun ini bukan isu baru, tidak dapat disangkal
bahwa ungkapan-ungkapan ini masih menjadi magnet. Terkadang rasanya
lucu, karena walaupun belum pernah merasakan manisnya kelopak bunga
(awas bunga yang beracun!), kepada wanita, seorang pria mungkin tidak
ragu mengatakan atau menulis dalam sajaknya, "Bibirmu terasa lembut
bagaikan kelopak bunga." (Yohanes Manhitu, 13 November 2014)
No comments:
Post a Comment