Sedikit bicara tentang "bahasa arwah". Jangan merasa ngeri ya...hahaha. 
Sekalipun roh-roh di alam baka mungkin bisa berbahasa apa saja (mungkin 
semuanya hiperpoliglot), sampai saat ini, saya tetap merasa lebih nyaman
 menggunakan bahasa leluhur saya, bahasa Dawan (Uab Metô), ketika berdoa
 di makam. Dengan bahasa itulah saya bercakap-cakap dengan kakek-nenek 
ketika mereka masih hadir secara fisik. Bahasa daerah adalah jembatan 
komunikasi antargenerasi dahulu dan sekarang, dan semoga masih bisa 
menjadi penghubung pikiran dengan generasi yang akan datang. (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 13 November 2014)
Monday, November 17, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment