Karya: Yohanes Manhitu
.
Bagai dedaunan pepohonan di hutan
yang setia berwarna hijau muda
walaupun musim silih berganti,
puisi-puisi terus lahir tiada henti
meski saat kesembuhan kunanti.
yang setia berwarna hijau muda
walaupun musim silih berganti,
puisi-puisi terus lahir tiada henti
meski saat kesembuhan kunanti.
Sebutir tablet kutelan pagi dan malam
agar sendi tangan kiri kembali kuat.
Dan bait demi bait puisi aku tulis,
supaya dahaga jiwaku terhapus
dan benakku lepas dari kelam.
Puisi-puisi masih sempat kutulis.
Dan itulah bukti aku masih bernafas.
Biarkan kata demi kata menjadi saksi
rentetan ujian yang mesti kuhadapi.
Puisi melepaskan jiwa terkurung.
Yogyakarta, 22 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment