Tuesday, October 30, 2007

Murak ne’ebé hetan iha livru

Hosi: Yohanes Manhitu

Matenek ida dehan: “Lee, no ó sei hatene”.
Livru ida-idak parese rai mistériu boot ida
be ema ida-idak tenke sani di’ak hodi loke.
Maibé mistériu sei hetan iha-ne’ebé loos?

Livru la’ós kaixa be ó loke kedas ho xave,
Livru la’ós armáriu be ó haluha taka mate.
Letra ba letra ó sei lee neineik to’o rohan.
Lia-dikin maka loke kortina mistériu nian.
.
Yogyakarta, 23 fulan-Jullu 2007

Sira ne’ebé moris iha estrada

Hosi: Yohanes Manhitu

Lalehan luan maka ami-nia uma-kakuluk loos,
Rai maran hori kleur sai ami-nia toba-fatin.
Estrada maka ami-nia uma didin-laek.
Loromatan no fulan, ne’e belun di’ak.

Isin furak no morin, ami buka maibé la hetan.
Hahán di’ak no midar sei do’ok hosi kabun.
Se destinu fó, ami sei han ho hamnasa.
La hatene bainhira sei husik estrada.

Moris nia sentidu, karik filózofu nia asuntu.
Bele han no hemu dadeer ida to’o ona.
Hetan bee hodi hariis, obrigadu ona.
Maibé susar ami seidauk fase hotu.


Yogyakarta, 23 fulan-Jullu 2007

Bondia tuir janela nakloke


Retratu: http://favimages.com/image/36776

Hosi: Yohanes Manhitu

Tuir janela ki’ik be nakloke ha’u lolo ulun sai.
No hiri-ibun ha’u dehan bondia ba mundu.
La iha ema ida be hatán kumprimentu.
Hosi dook loromatan mosu neineik.

Malirin kalan nian sai ona tuir janela ne’e
no troka ho loro-naroman be to’o mai.
Loromatan mós dehan tiha bondia
bainhira naroman mai kona ha’u.

Yogyakarta, 23 fulan-Jullu 2007

Sumpah Pemuda dan Martabat Bahasa Indonesia

Gambar: https://www.indovoices.com

OLEH: YOHANES MANHITU*

BULAN ini bangsa Indonesia kembali memperingati hari Sumpah Pemudasalah satu peristiwa terpenting dalam sejarah perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercinta ini, karena ia menjadi momentum kelahiran persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, yang pada masa itu amat membutuhkan kebulatan tekad dalam upaya melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda. Tanpa peristiwa yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 tersebut, kita, bangsa Indonesia, barangkali tak akan pernah dapat mewujudkan persatuan dalam bertumpah darah, berbangsa dan berbahasa.

Bertepatan dengan bulan Sumpah Pemuda, seperti biasanya bangsa kita juga merayakan Bulan Bahasa, yang secara khusus menyoroti salah satu pokok penting dari Sumpah Pemuda itu sendiri, yaitu menjunjung bahasa persatuan: bahasa Indonesia. Kegiatan tahunan ini berlandaskan kenyataan sejarah bahwa secara sosiologis dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” pada hari Sumpah Pemuda. Dan baru diakui secara yuridis pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan NKRI oleh Sukarno-Hatta (Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, 1999).

Pada bulan ini Sumpah Pemuda telah mencapai usianya yang ke-79, seusia dengan bahasa Indonesia. Jika dibandingkan dengan seorang manusia, maka bahasa persatuan kita telah menginjak usia uzur dan sudah kenyang dengan asam-garam kehidupan. Nah, pada hari ulang tahunnya yang ke-79 ini penulis ingin mengajak pembaca untuk mengamati apa yang telah dicapai bahasa pemersatu kita ini dengan menggunakan indikator-indikator martabat bahasa yang digariskan Soepomo Poedjosoedarmo dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Bahasa” (Muhammadyah University Press, 2001), yaitu kemampuan, pemakaian dan kreativitas, peradaban bangsa, sistem tulis, pembakuan, kaya, dan jumlah penutur.

Kemampuan
Ditinjau dari segi kemampuan, kita patut “angkat topi” bahwa bahasa Indonesia yang pada mulanya hanya merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu (KBBI, 1999) kini telah mampu menopang kehidupan bangsa Indonesia dan sanggup memenuhi kebutuhan para penuturnya dalam mewujudkan cipta, rasa dan karsanya sebagai bangsa yang beradab. Bahasa Indonesia terbukti mampu menjadi sarana penyampaian pesan lisan dan tertulis dan hal-hal yang bersifat religius, literer, ilmiah, politis, dan yudikatif (Soepomo Poedjosoedarmo, 2001). Akan tetapi, kemampuannya masih perlu terus ditingkatkan guna memenuhi tuntutan zaman yang semakin besar dan mendesak.

Pemakaian dan Kreativitas
Soepomo Poedjosoedarmo berpendapat bahwa pemakaian bahasa sebetulnya berarti kreativitas. Jadi, suatu bahasa harus digunakan secara aktif sehingga dapat menimbulkan kreativitas. Hal ini telah lama dialami bahasa Indonesia dalam perjalanan panjangnya. Karena kedudukannya sebagai bahasa resmi nasional, maka pemakaian bahasa Indonesia makin meluas. Hal ini tentu mendorong kreativitas tiap penuturnya, misalnya dengan diciptakan atau dipungutnya berbagai istilah dan struktur baru dalam bahasa Indonesia. Namun, kreativitas yang tak taat asas menghambat pembinaan bahasa. Misalnya, karena “terlampau” kreatif, maka orang dapat menggunakan istilah-istilah asing tanpa mengindahkan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Peradaban Bangsa
Kita tentu ingat peribahasa “bahasa menunjukkan bangsa”. Kedengaran klasik memang, tetapi makna yang tersirat di dalamnya sangatlah dalam. Tingkat peradaban suatu bangsa dapat dideteksi dari bahasanya. Makin maju sebuah bangsa, makin tinggi pula kemampuan bahasanya. Dewasa ini bangsa yang kurang berinovasi secara teknologis hanya akan menjadi pengimpor istilah-istilah asing yang datang secara bersamaan dengan produk-produk asing (baik baru maupun rongsokan) yang dibelinya.

Sistem Tulis
Bangsa Indonesia patut berbangga karena bahasa Indonesia telah memiliki sistem tulis dengan ejaan baku yang beraksara Latin. Bahkan sebelum “kelahiran”-nya pun, bahasa Melayu yang adalah cikal-bakal bahasa Indonesia telah memiliki sejarah tulis yang panjang dan mengagumkan. Hal penting yang perlu diperhatikan dengan serius dewasa ini adalah penghapusan buta aksara dan peningkatan kemampuan baca-tulis agar masyarakat Indonesia mampu mengekspresikan dirinya secara lisan dan tertulis, dan dapat mengakses sumber-sumber informasi yang pada zaman serba siber ini banyaknya bagaikan gelombang air bah yang tak kunjung menyusut. Suatu sistem tulis yang dirancang oleh para pakar terpercaya pun tentu tidak akan banyak berarti bagi peningkatan martabat bahasa apabila kehadiran dan manfaatnya dinikmati secara luas oleh kalangan terbatas saja.

Pembakuan
Sebagai bahasa yang berwibawa, bahasa Indonesia telah mengalami pembakuan (standardisasi) pada ragam tulisnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya buku tata bahasa dan ejaan resmi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Juga telah ada sistem ucap yang dinyatakan resmi. Misalnya, dalamnya menyampaikan pokok pikiran sebuah partai politik pada sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), seorang perwakilan harus menggunakan ragam bahasa resmi dan adab. Namun, sayang, hal ini kadang-kadang lolos dari perhatian para pengguna bahasa di tanah air. Tidak jarang ditemukan bahwa prinsip “asal dapat dimengerti”-lah yang ditonjolkan dan dijadikan alasan.

Kaya
Seperti manusia, bahasa pun dapat dikelompokkan ke dalam kategori kaya dan miskin. Lalu pertanyaannya, “Apakah bahasa Indonesia sudah kaya, atau masih miskin?” Jawabannya bisa bersifat relatif dan subjektif. Bahasa Indonesia boleh jadi sangat kaya atau sangat miskin, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Namun, yang pasti, selama rakyat Indonesia menemukan setiap kata, atau ungkapan, yang dibutuhkan untuk menyatakan pikirannya dengan gamblang dalam membicarakan berbagai aspek kehidupan, dari yang paling sederhana hingga yang paling rumitmisalnya untuk membicarakan teori Kuantum Fisikabahasa Indonesia sudah dapat dianggap kaya.

Jumlah Penutur
Situs Wikipedia Indonesia (http://id.wikipedia.org) mencatat bahwa jumlah penutur bahasa Indonesia adalah 176 juta orang. Data statistik mencatat bahwa terjadi peningkatan jumlah penutur bahasa Indonesia dari tahun ke tahun. Menurut Soepomo Poedjosoedarmo, jumlah penutur yang banyak belum menjamin suatu bahasa menjadi terhormat walaupun jumlah penutur yang besar dapat menunjukkan adanya kreativitas yang besar dalam berbahasa. Jadi, apabila penutur bahasa Indonesia yang jumlah sangat banyak ini dapat secara kreatif menggunakan bahasa pemersatu dalam berbagai aspek kehidupan, maka martabat bahasa Indonesia akan meningkat dan jumlah orang asing (non-Indonesia) yang mempelajarinya pun bertambah banyak.

Penutup
Sebagai akhir dapat disimpulkan bahwa (1) Sumpah Pemuda yang telah melahirkan bahasa Indonesia menciptakan kebulatan tekad berbagai suku bangsa dalam upaya melepaskan diri dari belenggu penjajahan; (2) jika ditinjau dengan indikator-indikator martabat bahasa yang tertera di atas, yaitu kemampuan, pemakaian dan kreativitas, peradaban bangsa, sistem tulis, pembakuan, kaya, dan jumlah penutur, maka bahasa Indonesia adalah bahasa yang bermartabat tinggi, patut dihormati dan dibanggakan. Namun, masih diperlukan pembinaan dan pengembangan yang berlangsung secara terus-menerus dan (lebih) proaktif; (3) kelestarian, pemeliharaan martabat, dan masa depan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu dan identitas bangsa Indonesia, sebagaimana yang dinyatakan dalam teks Sumpah Pemuda, adalah tanggung jawab kolektif seluruh anak negeri, baik Pemerintah maupun masyarakat. 

Yogyakarta, 28 Oktober 2007
----------------------------.
*) Penulis, penerjemah, dan pengajar bahasa asing. Tinggal di Yogyakarta

Thursday, October 11, 2007

Happy Idul Fitri: Multilingual


Selamat Idul Fitri!
Happy Idul Fitri!
Tabê Idul Fitri!
Feliz Idul Fitri!
Felican Idul Fitri!
Sugeng Riyadi Idul Fitri!
¡Felices fiestas de Idul Fitri!
Bonnes fêtes d’Idul Fitri!

Idul Fitri Kmanek!
.
Yohanes

Saturday, September 29, 2007

Esperanto nane sâ? (Kio estas Esperanto?)


Esperanto nane uab-es lê mamoëk he nmânafab komunikasi antara to(b) humâ-humâ nbi pah-pinan i.

Fun mapakê praktis a-nnès nâko ton nautnes Esperanto njail uab amonit, lê nabè' natónnapoin ‘tebtebes kanan nuansa nâko mansian in tenab.

In uab internasional ma netral kun, fun in napalbon neu tuaf ok-okê ma in a-nmoê komunikasi antara tuaf ok-okê nbi pah-pinan, ‘tebtebes ka nok fa tendensi neu budaya (kultur), politik, laistoes (agama) aî hegemoni ekonomi.

Sekaumsekau es nâknoinâ kun Uab Esperanto, nmuî baelsonâ alekot he nahín sivilisasi (peradaban) humaf nua, lê a-nmatalun ma nmâmaub es nok es. Ahunte eslê hit mahonis tokan. Nane napèn pengaruh nâko hit tob in tradisi, moral ma toes, nane eslê, hit budaya lokal. Nuaë hit tapèni oras hit a-tloim kuk he tpil he tjail atuas (warga) pah-pinan natuin Uab Esperanto. Nmanua nnès nâko lê ahunut, amunit i natám nan "budaya pah-pinan" (budaya global), natuin in manifestasi (human) amanuat a-’sekê.

Sin lê a-npil "laistonegara dobel" natuin Uab Esperanto matekâ nak Esperantis. Sin nane tuaf lê ka ala fa nahín uab, me sini msâ a-npaek uab nane he nanaob komunikasi nok Esperantis abitin pah bian ma nmoê kontak nok budaya humâ-humâ, ma sin nane aktivis (ameup-amakoet) neu promosi ma panat-taus neu tenabfuaf uab internasional mesê ini.

Lekâ Uab Esperanto npoi nalail onanet, tuafin lê namót sini ‘noinâ nmulai nrasa parlút he nabuan pukan-pukan he npraktek uab nane, ma ntulun sin bian he nânoinâ kun ma nabeon sin sinmakat nane. Natuin tabu in lakat puknin nane nânaen ma bian nasitbokan ntean pah apaumaktin, te pukan feü bian a-msâ a-npoin piuta es onane munî i hit a-tmuî organisasi aktif natun-natun a-nbi pah-pinan nfunamnatéf. Nabuan nok Esperantis-sin, organisasi-sin lê i nforma (nbentuk) pah Esperanto, ma hit biasa ttek sin meupmakoet (aktivitas) tak "Neöt Esperanto" (Gerakan Esperanto).

Tânoinâ kuk Uab Esperanto, tjail Esperantis, ma trasa mlilê ahenut nâko Neöt Esperanto. Nâko Hit lakat ahunut, in lof Hiti msat!
------------------------
Pusat Studi Esperanto Indonesia: http://www.tejo.org/uea/indonezio
Milis Esperanto Indonesia:
http://groups.yahoo.com/group/esperanto_indonesia
Esperanto Course:
http://www.cursodeesperanto.com.br/
Liga Brasileira de Esperanto:
http://www.esperanto.org.br/
Universal Esperanto Association:
http://www.uea.org/
Esperanto multilingual:
http://www.esperanto.net/
Informasi ntomneu Esperanto:
http://www.esperanto.net/info/index_en.html
Esperanto Access:
http://www.webcom.com/~donh/esperanto.html

Lulbás-tuis: Yohanes Manhitu, Moderator Milis Esperantis Pah Indonesia ini.

Wednesday, September 19, 2007

Rádiu Tulun Aprende Lian Raiseluk

Retratu: dottytheresa.wordpress.com

Hakerek-na'in: Yohanes Manhitu
.
HAKEREK badak ida-ne’e la fokaliza liuliu rádiu no lian raiseluk sira-nia relasaun iha sentidu jerál. Ha’u hakarak de’it fahe esperiénsia kona-ba rádiu onda badak nia vantajen ba ha’u iha haka’as-an aprende lian raiseluk ruma durante tinan hirak ne’e. To’o ohin loron rádiu (liuliu internasionál) sai meiu di’ak nafatin ba ha’u.

Uluk, bainhira seidauk iha rádiu internet nian, opsaun ida de’it maka rádiu tradisionál onda badak be hala’o difuzaun hosi radioemisora iha fatin ida (sentru rádiu nian) no depois sira haka’as no halekar fila fali iha rejiaun ruma. Nu’udar ezemplu, RAI (Rádiu Italiana nian) be halekar hosi Roma, rai-Itália. Tanba ladún maka’as atu ema bele rona moos iha Ázia no Pasífiku, sira haka’as emisaun ne’e iha Austrália. Ne’e-duni rona-na’in sira bele rona Pavaroti nia lian moos tebes hosi rádiu. Buat hanesan ne’e la sai ba RAI de’it, maibé mós ba rádiu sira seluk tan hanesan BBC, VOA, RTP, nsst.

Ha’u rasik hori kleur sente rádiu nia tulun iha haka’as-an aprende lian raiseluk sira, porezemplu lia-inglés, lia-fransés, lia-españól, lia-italianu, lia-esperantu, nsst. Ha’u hahú sériu horikedas tinan 1995 ho BBC hodi aprende lia-inglés. Ne’e akontese bainhira ha’u foin de’it tama ba Universidade Nusa Cendana Kupang, iha Departamentu Inglés nian. Atubele obriga an uitoan ho "lian internasionál" ida-ne’e, ha’u deside an sosa rádiu ho marka-fábrika Tens ki’ikoan ida be dún kompletu ho banda 9 (FM, MW, no SW 1-7) kedas. Ho rádiu ki’ikoan ida-ne’e ha’u hahú obriga an rona loroloron notisia sira tomak iha lian ida be iha loron kotuk sira ha’u nunka tau matan ba, tanba situasaun no kondisaun la fó biban. Ema balu hamnasa haree ha’u sosa rádiu ki’ikoan ne’ebé folin aas liu, kompara ho rádiu boot sira be folin baratu liu nia. Maibé ba ha’u, ne’e la buat ida; sira la komprende rádiu oin rua ne’e sira-nia diferenza loos. Hori loron ha’u sosa tiha rádiu ida-ne’e, ha’u koko rona kada notisia be sira halekar kedas hosi Bush House iha Londres. Jesús Maria! Ha’u iha dala uluk la komprende buat ida. Ha’u rona bilán de’it hanesan beik-teen boot ida. Maibé realidade ida-ne’e la hamenus ha’u-nia hakarak. Semana ida hanesan ne’e, ha’u komesa komprende liafuan ruma be ha’u rona beibeik ona. Bainhira la komprende, ha’u sempre loke disionáriu hodi buka ninia arti loos no oinsá uza liafuan ida-idak iha komunikasaun hakerek no orál. Dala ruma sente kole duni, maibé atividade buka liafuan ne’e dada ha’u-nia interese no halo ha’u kole-laek. Afinál, relasaun metin ida mosu mai no bele tau ba prátika. Ne’e maka (liafuan hosi) rádiu -> (buka arti iha) disionáriu -> uzu prátiku (iha moris loroloron).

Atividade naktemi iha leten ne’e la’ós buat ida be lalais hetan hanesan fila liman. Buat ida-ne’e presiza tempu naruk no pasiénsia barak. Rezultadu di’ak sei mai hosi prosesu naruk. To’o ohin mós ha’u sei rona nafatin rádiu tuir oráriu no lian. Nu’udar ezemplu, iha rai-kalan ha’u rona notisia hosi Radio China International be halekar iha lia-esperantu hodi hatene saida be akontese daudaun iha mundu, nomos hasuli ha’u-nia esperantu. Sempre importante maka hetan oráriu hosi rádiu ida-idak. Ne’e bele mai hosi sentru rádiu nian se ita haruka surat. Maibé ohin loron ita bele hetan fasil de’it hosi rádiu ida-idak nia sitíu internet. Hosi internet ita mós bele baixa saugati emisaun ruma be depois bele rona iha MP3. Ida-ne’e ha’u gosta tebetebes tanba son nia kualidade di’ak liu ida-ne’ebé rádiu tradisionál soi. Nia vantajen ida tan maka ita bele rona fila fali emisaun no depois bele rai nu’udar dadus ka hamoos. Hetan fasil, soe mós fasil de’it.

Vantajen ida seluk ha’u fiar meiu sira seluk la soi maka la iha intervesaun vizuál, hanesan kuandu ema ida haree televizaun ka video. Se ita haree televizaun, porezemplu, ita bele hetan tentasaun atu lee traduzaun, be dala barak la loos ida no halo ita lakon atensaun ba ema nia ko’alia. Komprende buat sira be ema ko’alia iha rádiu --- ema barak fiar --- bele dehan katak komprende loos no moos; la iha manipulasaun. Maski nune’e, ita keta rona ko’alia iha situasaun ofisiál nian de’it, porezemplu entrevista ruma ho primeiru-ministru, ka prezidente. Presiza mós rona ema sira iha merkadu ka iha lurón sira-nia ko’alia baibain. Ne’e sei tulun ita komprende linguajen formál no laformál nian.

Atu ramata ona hekerek badak ida-ne’e, ha’u hakarak dehan katak iha meiu no dalan barak hodi aprende lian raiseluk sira. Rona rádiu ne’e dalan ida de’it hosi dalan barabarak be ita bele hili ho liberdade. Importante liuliu maka sempre prepara an hodi uza meiu ne’ebé baratu no halo ita kontente iha haka’as-an aprende lian nian. Karik obriga an uitoan la sala ida se fini di’ak maka ita hakarak kuda. Rahun-di’ak!

Yogyakarta, loron 19 fulan-Setembru 2007

Sunday, September 16, 2007

Malgranda Folio (Sehelai Daun Kecil)


De Yohanes MANHITU

Inter la multaj folioj de la arboj
kreskantaj en Via ĝardeno,
estas mi, malgranda folio,
kiun Vi gardas kun amo
kaj Vi donas al ĝi koloron
por ke ĝi havu veran formon.

Tage kaj nokte Vi gardas ĝin
kvankam ĝi estas nur folio
en Via ĝardeno tro granda.
Estas tre felice vivi ĉi tie
en la spaco nomata mondo
kiun oni konsideras paradizo.

Yogyakarta, 25/VIII/2007

Gubug-gubug sayuran hijau


Karya: Yohanes Manhitu

Sederet gubug beratapkan daun tebu
tawarkan suasana dusun di tepi sawah
dan dihiasi irama musik seribu negeri
yang dinikmati bermacam orang,
berupa-rupa warna kulit.

Tapi di sini jangan kaucoba pesan
ayam panggang atau sekerat steik.
Kau tak ‘kan temukan tetesan anggur.
Menu utama di sini sayuran hijau.
Ada air mineral bila kauhaus.

Oh ya, bila tiba-tiba musik berhenti
dan kaumasih ingin dengar sesuatu,
temukanlah keheningan di sini
dan dengarkan suara tetesan air
yang mengalir dari sebuku bambu.

Aku hampir lupa. Bila kauterlalu lelah,
berbaringlah sebentar di atas tikar
dan lupakan pedasnya sambal
sebelum kauterbangun dan membayar.
Di kasir selembar nota menantimu.
.
Restoran Milas, Jogja, 24 Mei 2007

Thursday, September 13, 2007

Bagai serdadu


Karya: Yohanes Manhitu

Sejak kutinggalkan meja bedah
aku harus belajar menggendong
tangan kiriku yang telah dibalut.
Dan tangan kanan yang sehat…
Kini lebih banyak kugiatkan.

Aku bukan seorang serdadu
yang memasuki kota dipapah
untuk sambut hari kemerdekaan.
Aku hanya seseorang yang diuji
agar tahan menjalani hidup ini.

Deritaku tak seberat derita prajurit
yang terpental diterjang peluru.
Namun, sakit tetaplah sakit
walaupun hanya tertusuk duri.
Dan kunantikan kemerdekaan.

Yogyakarta, 22 Agustus 2007

Satu hari saja

Karya: Yohanes Manhitu
.
Begitu banyak hari baik dan indah.
Tapi ingat, hari sial itu sehari saja.
Demikian pesan orang-orang tua
yang kenyang akan asam-garam
dan manis-pahit kehidupan ini.

Bagai rusa yang asyik di padang
dan tak menyangka ada pemburu,
anak manusia tak bisa menduga
ada marabahaya yang mengintip.
Dalam sekejap ia bisa terkapar.

Wahai kawan, tetaplah waspada
agar jiwa-ragamu selalu terjaga.
Bukan di jalan saja ada bahaya,
di ranjang pun ia bangun istana.
Andaikan musibah bisa diduga.

Yogyakarta, 22 Agustus 2007

Hari ini masih ada puisi

Karya: Yohanes Manhitu
.
Bagai dedaunan pepohonan di hutan
yang setia berwarna hijau muda
walaupun musim silih berganti,
puisi-puisi terus lahir tiada henti
meski saat kesembuhan kunanti.

Sebutir tablet kutelan pagi dan malam
agar sendi tangan kiri kembali kuat.
Dan bait demi bait puisi aku tulis,
supaya dahaga jiwaku terhapus
dan benakku lepas dari kelam.

Puisi-puisi masih sempat kutulis.
Dan itulah bukti aku masih bernafas.
Biarkan kata demi kata menjadi saksi
rentetan ujian yang mesti kuhadapi.
Puisi melepaskan jiwa terkurung.

Yogyakarta, 22 Agustus 2007

Bangkit lagi

Karya: Yohanes Manhitu

Bukan dari sebuah makam tua
aku kini kembali memijak bumi.
Ternyata aku masih miliki akal
setelah melewati anestesi total.

Dari jalan beraspal ke rumah sakit
tulang-tulang bergesek bagai bambu rakit.
Di meja ronsen pedih-perih itu kurasa,
disengat bius hilang segala bahasa.

Kudengar namaku terus dipanggil,
tapi kutak pernah merasa menggigil.
Kudengar orang bercakap-cakap.
Perlahan mataku terbuka lengkap.

Yogyakarta, 22 Agustus 2007

Kiam oni lernas novan lingvon

Bildo: http://aprendeesperanto.blogspot.com
 
De: Yohanes Manhitu

ĈIU havas sian propran motivadon por lerni novan lingvon. La impreso kaj spertoj de lernado estas eble diversaj. Estas personoj, kiuj lernas alian lingvon car ili volas iri eksterlande por studi, labori, aŭ simple ĉar la lingvo tre plaĉas al ili. Iu eble pensas, ke estas tre interese paroli lingvojn aparte de sia loka aŭ nacia lingvo. Kaj kun la nova scio, li povos libere komuniki kaj interŝanĝi informojn kun aliaj personoj internacie, precipe en la nuna epoko, kiam oni havas multajn komunikfaciligojn, ekzemple la interreton. Persone, mi tre ŝatas lerni lingvojn. Kaj mi estas certa, ke kiam oni lernas novan lingvon, oni malfermas novan pordon al nova popolo kun aparta kulturo kaj vidpunktoj. Konante la lingvon, oni povos malrapide konstrui reciprokan komprenon dum oni gardas bonan komunikadon. Sajnas tre ideale, sed ne estas sendefie provi tion. Laŭ mi, ne eblas koni multamplekse popolon sen havi bonan konon de ĝia lingvo—ĝia propra kultura identeco. Ekzemple, ĝi estas nekonvinka kompreni la davanan popolon (davane: atoin-Metô) de Okcidenta Timoro sen la konado de davana—la lingvo plej parolata de la okcidenta parto de la "insulo de sandalo".


La lernado de nova lingvo, precipe de unu tre forta, ne estas senriska. Kiam la nivelo de scio plialtiĝas kaj la situacio permesas, oni devas provi uzi la lernatan lingvon. Unuflanke, ĝi estas helpema por plibonigi la jam lernitan lingvon. Se la laboro postulas, oni devas akcepti por plenumi tion, kiun oni devas gajni. Aliflanke, la daŭra uzo de unu tre forta lingvo kun tro granda fiereco eble malfortigos la fierecon de sia propra lingvo, kaj indiĝena kaj nacia.

La afero, kiun oni devas eviti en la lernado de nova lingvo estus lingva distingado. Tio volas diri, ke por gardi ĉiun lernitan lingvon, oni devas trakti ĝin laŭ ĝia rolo en la ĉiutaga vivo. Ĝis nun, mi konsideras kaj la davanan kaj la tetuman kiel la lingvoj, kiuj donas al mi timoran identecon. La indonezia estas mia nacia lingvo, per kiu mi komunikas kun samlandanoj. La angla, konsiderata kiel la plej vaste uzata internacia lingvo, helpas min gardi kontaktan kun personoj en aliaj landoj. Krome, mi uzas ankaŭ aliajn lingvojn, ekzemple la francan, la hispanan, la portugalan, la italan, kaj Esperanton por la sama kialo. Ĉar nuntempe mi loĝas en javanparolanta urbo, mi lernas ankaŭ la javanan. Do, kiam oni lernas novan lingvon, oni jam havis la kialon—kial oni lernas ĝin. Unu lernita lingvo devas esti utila por la lernanto. La rezultato de la lernado, certe, dependas de la maniero de lernado mem. Certe ekzistas multaj manieroj, sed mi esperas, ke jene estas utilaj:
  • Prononcu lautvoĉe kaj korekte ĉiun vorton;
  • Lernu multajn vortojn kaj provu scii la bonan uzon;
  • Provu kompreni kiel formi frazojn;
  • Estu preta por uzi voĉe la lingvon. Ne gravas fari erorojn! Neniu estas perfekta!
  • Aŭskultu radioelsendojn por kutimiĝi kun la normala rapideco de la parolado kaj por plibonigi vian prononcon;
  • Rigardu la televidon kaj filmojn. Ĝi estas helpema por via lernado.
Konklude, mi volas diri, ke la lernado de nova lingvo ne estas sen malfacileco. Sed se oni estas persista, oni venkas. Ni memoru, ke "voli estas povi". Ne estas lingvo tro malfacila lerni sub la malfermita ĉielo kiam volo estas kion ni havas. Onidire, estas tempo por ĉio.

Yogyakarta (Jogjakarto), la 25an de aŭgusto 2007