Thursday, January 31, 2019
Ungkapan Latin "Nemo dat quod non habet" dalam Enam Bahasa Lain
Nemo dat quod non habet. (Lingua Latina)
Nobody gives what (s)he doesn't have. (English)
Ka tít fa es lê a-nfe sâ lê in ka nmuï. (Dawan/Metô)
Neniu donas ion, kiun oni ne havas. (Lingvo Esperanto)
La iha ema ida be fó saida ne'ebé nia la soi. (Tetun Ofisiál)
Sonde ada orang yang kasi apa yang dia son punya. (Kupang)
Tak seorang pun memberikan apa yang tak dimiliknya. (Indonesia)
Imago/Image/Gambar: "Cewek Kapal Api" (via www.google.com)
Sekilas Pandang tentang Kata Dawan "Namkák"
![]() |
Foto: https://manado.tribunnews.com |
Tabik! Beberapa hari ini, kata Dawan namkák (tanda pada "a" kedua berarti diberi tekanan) menjadi tenar di media sosial, terutama Facebook, kerena berita di media massa yang berbasis di Kupang, NTT. Silakan cek sendiri mengapa begitu. Di sini, saya, sebagai salah satu pengguna aktif bahasa Dawan, cuma menyoroti arti dan posisi kata kerja itu menurut subjek. Catatan: Kata kerja dan kata sifat bahasa Dawan berubah menurut subjek (au, ho, in, hit, dll.), tetapi tidak berubah menurut waktu dan modus (bandingkan dengan bahasa Latin, Prancis, Spanyol, dll.).
Namkák adalah kata kerja untuk orang ketiga tunggal (ia, dia) dan berarti (ia) membuka mulut, (ia) ternganga, (ia) tercengang, (ia) kagum, (ia) keheranan, (ia) kurang awas/cerdik, atau (ia) berbicara (dengan suara keras). Dan orang yang (sering) namkák disebut amkakat. Untuk benda, terutama pintu dan jendela, namkák berarti terbuka lebar. Dengan demikian, namkák bisa bermakna positif atau negatif. Perhatikan contoh-contoh berikut:
1. In namkák he dokter naloitan in nisin. = Ia membuka mulut supaya dokter memperbaiki giginya. (bermakna positif)
2. Atoni nae namkák tala in bijae* namneuk. = Orang itu kurang awas sehingga sapinya hilang. (bermakna negatif)
* Sebagian varian dialektalnya: bie, bia, bijael, dan birae.
Berikut adalah posisi "namkák" dalam perubahan kata kerja menurut subjek:
Au umkák. = Saya membuka mulut/ternganga.
Ho mumkák. = Engkau/kamu membuka mulut/ternganga.
In namkák. = Dia membuka mulut/ternganga.
Hit tamkák. = Kita/Anda membuka mulut/ternganga.
Hai mimkák. = Kami membuka mulut/ternganga.
Hi/hei mimkák. = Kamu/kalian membuka mulut/ternganga.
Sin namkakan. = Mereka membuka mulut/ternganga.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Salam bahasa dan sastra!
(Tegalyoso, Yogyakarta, 29 Januari 2019)
(Tegalyoso, Yogyakarta, 29 Januari 2019)
Monday, December 31, 2018
Karya-karya saya yang terbit pada bulan Desember
![]() |
Foto: https://www.armagharchdiocese.org |
Tampaknya, lama-kelamaan, Desember akan menjadi bulan favorit saya untuk penerbitan karya. 😀 Sejauh ini, sudah ada tiga buku saya yang terbit pada bulan Desember. Karya-karya tersebut adalah sebagai berikut:
- Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 14 Desember 2015). Tersedia di toko-toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Teman-teman di Timor bisa dapatkan di Gramedia Kupang.
- Feotnai Mapules—Princino Laŭdata (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 31 Desember 2016), sebuah kumpulan puisi Dawan-Esperanto, berisikan 100 puisi Dawan saya yang saya terjemahkan sendiri ke bahasa Esperanto. Total: 200 puisi. Tersedia di http://www.lulu.com. Versi elektroniknya pun sudah ada di internet dan bisa dibeli.
- A WALK AT NIGHT (Une promenade de nuit) (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 12 Desember 2017), sebuah kumpulan puisi asli (karya saya) dalam bahasa Inggris (65 puisi) dan Prancis (45 puisi), tanpa terjemahan. Tersedia di http://www.lulu.com.
Semoga suatu saat nanti, Indonesia punya pemenang Nobel Sastra
![]() |
Foto: https://www.dreamstime.com |
Ketika membaca berita berbahasa Prancis tentang meninggalnya Amos Oz, pengarang kenamaan Israel (calon penerima Hadiah Nobel Sastra), kemarin (28 Desember 2018), saya langsung teringat pada Pramoedya Ananta Toer (novelis dari Indonesia) dan William Auld (penyair berbahasa Esperanto dari Skotlandia) yang pernah dinominasikan beberapa kali (berturut-turut) untuk menjadi pemenang Nobel Sastra, tetapi tidak sempat meraih hadiah prestisius tersebut karena meninggal dunia. Semoga suatu saat nanti, Indonesia punya pemenang Nobel Sastra. Itu tak berarti menulis semata-mata untuk meraih hadiah, tetapi penghargaan pun bisa berarti pengakuan. Salam sastra! ✍️
(Tegalyoso, Yogyakarta, 29 Desember 2018)
(Tegalyoso, Yogyakarta, 29 Desember 2018)
Penyair Baldur Ragnarsson Tutup Usia: Nun ripozu en paco, ho granda poeto.
Turut berdukacita atas meninggalnya penyair kenamaan Esperanto dari Islandia, Baldur Ragnarsson (25 Agustus 1930–25 Desember 2018). Nun ripozu en paco, ho granda poeto. Mi kredas, ke via poezio postvivos. ✍️
Penyair yang mulai belajar bahasa Esperanto pada tahun 1949 ini pernah menjadi anggota Akademi Bahasa Esperanto, editor majalah Norda Prismo, dan memegang sejumlah jabatan penting yang berkaitan dengan bahasa dan sastra Esperanto di samping pekerjaannya sebagai guru. Pada tahun 2007, ia diusulkan oleh Asosiasi Pengarang Berbahasa Esperanto (Esperantlingva Verkista Asocio) untuk mendapatkan Hadiah Nobel Sastra tahun itu setelah meninggalnya William Auld, penyair Esperanto tersohor dari Skolandia, pada tahun 2006. (Menurut https://eo.wikipedia.org/wiki/Baldur_Ragnarsson)
Saya mengenal Baldur Ragnarsson beberapa tahun silam, segera setelah saya bisa "menjangkau" dan menerjemahkan sejumlah puisi William Auld ke bahasa Indonesia. Karya-karya Ragnarsson dan saya terbit bersama dalam edisi 12 (Oktober 2011) Beletra Almanako, majalah terkemuka di dunia sastra berbahasa Esperanto yang terbit di New York, AS.
Foto: Diramu dari potret di https://eo.wikipedia.org/wiki/Baldur_Ragnarsson dan gambar sampul Beletra Almanako (Edisi 12, Oktober 2011).
(Tegalyoso, Yogyakarta, 28 Desember 2018)
Penyair yang mulai belajar bahasa Esperanto pada tahun 1949 ini pernah menjadi anggota Akademi Bahasa Esperanto, editor majalah Norda Prismo, dan memegang sejumlah jabatan penting yang berkaitan dengan bahasa dan sastra Esperanto di samping pekerjaannya sebagai guru. Pada tahun 2007, ia diusulkan oleh Asosiasi Pengarang Berbahasa Esperanto (Esperantlingva Verkista Asocio) untuk mendapatkan Hadiah Nobel Sastra tahun itu setelah meninggalnya William Auld, penyair Esperanto tersohor dari Skolandia, pada tahun 2006. (Menurut https://eo.wikipedia.org/wiki/Baldur_Ragnarsson)
Saya mengenal Baldur Ragnarsson beberapa tahun silam, segera setelah saya bisa "menjangkau" dan menerjemahkan sejumlah puisi William Auld ke bahasa Indonesia. Karya-karya Ragnarsson dan saya terbit bersama dalam edisi 12 (Oktober 2011) Beletra Almanako, majalah terkemuka di dunia sastra berbahasa Esperanto yang terbit di New York, AS.
Foto: Diramu dari potret di https://eo.wikipedia.org/wiki/Baldur_Ragnarsson dan gambar sampul Beletra Almanako (Edisi 12, Oktober 2011).
(Tegalyoso, Yogyakarta, 28 Desember 2018)
SELAMAT JALAN, Bung Emanuel Beli Naikteas Bano (Emanuel Paulus)!
![]() |
Foto: Dari album Alm. Bung Emanuel Paulus |
SELAMAT JALAN, Bung Emanuel Beli Naikteas Bano (Emanuel Paulus)!
Terima kasih banyak atas kebersamaan kita dan semua kebaikanmu di Kota
Gudeg ini dan tempat lain selama beberapa tahun. Kebaikanmu akan selalu
dikenang oleh saya dan orang-orang yang pernah mengenalmu. Saya dan
teman-teman berdoa agar dirimu memperoleh istirahat dan kebahagiaan
surgawi. Kiranya pintu surga terbuka bagimu, Pahlawan Pembangunan! Semoga darah mudamu yang tumpah di Bumi Cenderawasih tidak sia-sia.
Untuk menandai kepergianmu yang sungguh mengagetkan dan jauh di luar dugaan kami, kubagikan puisi ini. Kutahu, engkau suka puisi dan kita pernah bicara santai tentang puisi sambil ngopi. Kita juga pernah asyik berpuisi lisan secara berantai di Pantai Sadranan dan juga Kaliurang. Dan Oa Monika Liman Arundhati, penyair Lembata itu, pernah bilang secara spontan di hadapanmu sambil tersenyum manis, "Kak Eman itu orang teknik yang sangat puitis." Dan untuk menanggapi hal-hal yang pura-pura kauanggap sulit, termasuk omongan tentang puisi, kaugunakan selalu senjata pemungkasmu, yakni kalimat favorit ini: "Saya punya otak tidak sampai." Kami akrab dengan kalimatmu ini. ✍️
-------------------------- -------------------------- -----
MENYINGKIRKAN CAWAN DERITA*
Oleh: Yohanes Manhitu
Andaikan kita kuasa mengatakan tidak,
kita tak ‘kan mau minum dari cawan
yang penuh dengan kegetiran—
ikatan alam penderitaan.
Andaikan kita kuasa memperkirakan
hal yang mengancam kehidupan,
kita ‘kan siap ‘tuk menjauhkan
bahaya dan mungkin jua maut.
Adakalanya seperti dalam drama,
kita berperan hanya menurut skenario
yang telah disiapkan sang pengarang.
Ini membuat kita tak bisa memilih.
Andaikan manusia bisa menebak
dan memahami misteri-misteri
dengan kebebasan luas dari surga,
ia ‘kan lebih siap menyelamatkan hidup.
Noemuti, Timor Barat, Januari 2011
-------------------------- ------------
*) Terjemahan Indonesia dari puisi Tetun, HASEES KALIX TERUS NIAN (2011), yang pernah terbit di "Jornál Semanál Matadalan" di Dili, ibu kota Timor-Leste (Edisi 29, 3–9 Februari 2014).
Untuk menandai kepergianmu yang sungguh mengagetkan dan jauh di luar dugaan kami, kubagikan puisi ini. Kutahu, engkau suka puisi dan kita pernah bicara santai tentang puisi sambil ngopi. Kita juga pernah asyik berpuisi lisan secara berantai di Pantai Sadranan dan juga Kaliurang. Dan Oa Monika Liman Arundhati, penyair Lembata itu, pernah bilang secara spontan di hadapanmu sambil tersenyum manis, "Kak Eman itu orang teknik yang sangat puitis." Dan untuk menanggapi hal-hal yang pura-pura kauanggap sulit, termasuk omongan tentang puisi, kaugunakan selalu senjata pemungkasmu, yakni kalimat favorit ini: "Saya punya otak tidak sampai." Kami akrab dengan kalimatmu ini. ✍️
--------------------------
MENYINGKIRKAN CAWAN DERITA*
Oleh: Yohanes Manhitu
Andaikan kita kuasa mengatakan tidak,
kita tak ‘kan mau minum dari cawan
yang penuh dengan kegetiran—
ikatan alam penderitaan.
Andaikan kita kuasa memperkirakan
hal yang mengancam kehidupan,
kita ‘kan siap ‘tuk menjauhkan
bahaya dan mungkin jua maut.
Adakalanya seperti dalam drama,
kita berperan hanya menurut skenario
yang telah disiapkan sang pengarang.
Ini membuat kita tak bisa memilih.
Andaikan manusia bisa menebak
dan memahami misteri-misteri
dengan kebebasan luas dari surga,
ia ‘kan lebih siap menyelamatkan hidup.
Noemuti, Timor Barat, Januari 2011
--------------------------
*) Terjemahan Indonesia dari puisi Tetun, HASEES KALIX TERUS NIAN (2011), yang pernah terbit di "Jornál Semanál Matadalan" di Dili, ibu kota Timor-Leste (Edisi 29, 3–9 Februari 2014).
(Tegalyoso, Yogyakarta, 7 Desember 2018)
Kata Turunan atau Derivat "Tetun"
![]() |
Foto: Gramedia Pustaka Utama |
Adalah benar bahwa setiap kata lahir karena kebutuhan para penggunanya.
Kata turunan atau derivat "Tetun" belum tercantum dalam kamus-kamus di Indonesia, terutama KBBI. Tetapi karena dibutuhkan, mau tidak mau, kata-kata turunannya harus dibuat agar bisa digunakan, baik untuk berbicara, menulis, maupun menerjemahkan. Berikut adalah kata "Tetun" dan turunannya (disusun sebagai entri [*] dan subentri [---] dalam kamus) yang saya buat---sembari menikmati secangkir kopi panas pada malam hari di Kota Gudeg ini---dan bagikan di sini. Kiranya bermanfaat bagi pengguna. Salam basastra!
*Tetun n., adj. suku bangsa, budaya, bahasa yang ada di Pulau Timor (di Timor-Leste dan Indonesia [di Provinsi NTT])
---menetuntan v. menjadikan Tetun (ttg kata, ungkapan dll.);
---penetunan n. proses, cara, perbuatan menetunkan;
---ketetunan n. perihal Tetun; yang bersangkutan dengan Tetun
* tetunis n. ahli, pakar, atau peneliti (budaya, bahasa) Tetun;
* tetunisasi n. proses, cara, perbuatan menetunkan
Catatan: Orang Tetun sendiri menyebut bahasa mereka "Tetun", sedangkan dalam literatur berbahasa Inggris, "Tetum" lebih lazim, karena mengikuti ejaan Portugis: "Tétum". Huruf "m" di akhir kata bahasa Portugis biasanya berbunyi sengau. Dan tidak lazim kata Portugis berakhiran dengan huruf "n". Karena itulah, "Tetun" menjadi "Tétum" atau "tétum" dalam bahasa Portugis.
Rujukan utama penyusunan kata-kata turunan Tetun ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008).
Tegalyoso, Yogyakarta, 5 Desember 2018
Monday, November 12, 2018
Bahasa Kristang (Portugis Malaka, Kreol Portugis) dan Puisi Dwibahasa Kristang-Indonesia
![]() |
Foto peta kuno Benteng Malaka: gotheborg.com |
Papia Kristang atau Kristang adalah sebuah bahasa kreol yang muncul dari kontak orang-orang Portugis dengan penduduk asli Malaka, Malaysia (setelah 1511). Menurut Wikipedia, di masa kini, bahasa ini---yang jumlah penuturnya terus berkurang---mempunyai ± 750 orang penutur di Malaka (Malaysia) dan 100 orang penutur di Singapura. Berikut adalah sebuah puisi dalam bahasa Kristang (dari Wikipedia), yang telah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia. Silakan baca!
-------------------------------------------
POEM OF MALACCA
Keng teng fortuna fikah na Malaka,
Nang kereh partih bai otru tera.
Pra ki tudu jenti teng amizadi,
Kontu partih logu fikah saudadi.
Oh Malaka, tera di San Francisku,
Nteh otru tera ki yo kereh.
Oh Malaka undi teng sempri fresku,
Yo kereh fikah ateh mureh.
-------------------------------------
SAJAK DARI MALAKA
Siapa yang beruntung tinggal di Malaka,
Tak ingin beranjak ke negeri lain.
Di sini, semua orang bersahabat,
Bila bertolak, orang lekas merindu.
Oh Malaka, negeri Santo Fransiskus,
Tiada negeri lain yang kukehendaki.
Oh Malaka, tempat yang selalu sejuk,
Kuingin tinggal di sini hingga kumati.
Terjemahan Indonesia: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 12 November 2018
Catatan: Dalam puisi di atas, sangat mungkin, Malaka disebut tera di San Francisku (negeri Santo Fransiskus) karena, menurut catatan sejarah, Santo Fransiskus Xaverius, salah seorang pendiri Ordo Yesuit dan misionaris di Maluku, pernah tinggal selama beberapa bulan di Malaka pada tahun 1545, 1546, dan 1549.
Teringat kepada Prof. Drs. M. Taopan, Mantan Guru Besar Pancasila di Universitas Nusa Cendana
Membaca berita tentang dosen-dosen di Jawa yang diduga menolak ideologi Pancasila, saya teringat kepada Prof. Drs. M. Taopan, mantan Guru Besar Pancasila di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, NTT, penulis buku PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN BUTIR-BUTIR PANCASILA MENURUT KETETAPAN MPR NOMOR II/MPR.1978 (Jakarta: Aditya Bakti, 1993) dan DEMOKRASI PANCASILA: Analisa Konsepsional Aplikatif (Jakarta: Sinar Grafika, 1989). Beliau adalah penatar senior untuk bidang ideologi Pancasila ketika saya masuk kuliah dulu (1995). Semoga Pancasila semakin membumi.
(Yogyakarta, 10 November 2018)
(Yogyakarta, 10 November 2018)
Puisi Dwibahasa: Indonesia-Spanyol; Oleh: Lilliam Moro, Seorang Penyair Kuba
Oleh: Lilliam Moro**
Para penyair sejati
mati sekalipun hidup atau bunuh diri
atau menyerah kalah kepada virus triinisial
atau membuka pintu bagi ketam yang mengiring
dan menggerogoti bagai sebuah cinta agung.
Para penyair sejati,
mereka yang tak mengacuhkan kepastian,
para perusuh, mereka yang berpakaian begitu jelek,
merekalah yang memilih terbakar seperti dalam alkimia
untuk menciptakan dunia-dunia mustahil
yang menggantikan senyum terpaksa,
metafora yang biasa itu,
hadiah kecil yang dengannya mereka dibeli,
pipi lain yang tersodor untuk ditampar
oleh dia yang mengurus medali dan rasa lapar.
Para penyair sejati mengambil risiko kelupaan,
hal terburuk dari segala kematian.
Diterjemahkan oleh Yohanes Manhitu
dari versi asli (berbahasa Spanyol)
Yogyakarta, 24 September 2017
---------------------------------------
Versi asli (Versión original):
EN MEMORIA DE ELLOS
Por: Lilliam Moro
Los poetas poetas
mueren en vida o se suicidan
o se entregan al virus de las tres iniciales
o abren las puertas al cangrejo que camina de lado
y los devora internamente como si fuera un gran amor.
Los poetas poetas,
los que desprecian las certezas,
los aguafiestas, los que visten tan mal,
son los que eligen arder como en la alquimia
para crear los mundos imposibles
que sustituyan la sonrisa forzada,
la mediocre metáfora,
el premiecito que los compra,
la otra mejilla puesta para la bofetada
del que administra las medallas y el hambre.
Los poetas poetas se arriesgan al olvido,
la peor de las muertes.
---------------------
*) Terjemahan Indonesia ini terbit dalam buku kumpulan puisi "Contracorriente" karya Lilliam Moro (Salamanca, Spanyol: Diputación de Salamanca, 2017).
**) Penyair Kuba, pemenang "IV Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador'" (penghargaan internasional bergengsi di dunia kesusastraan Spanyol), dianugerahkan di Salamanca, Spanyol.
Foto: Dokumentasi pribadi
Puisi Dwibahasa: Indonesia-Spanyol; Oleh: Juan Carlos Olivas, Seorang Penyair Kosta Rika
YANG SUCI*
Oleh: Juan Carlos Olivas**
Apa yang telah kausebut suci itu
kini tergeletak di tanah.
Ibarat tangan terentang di atas pegunungan,
dunia ini meredupkan kejernihan asing
para gembala yang menebar bekas luka
di akar air.
Sebentar lagi akan mulai hujan
dan ladang-ladang menghijau,
tertutup tumbuhan dudaim,
pemberian guntur bertalu
dan ilah-ilah sumpalan.
Kemudian datanglah para penuai
dan memisahkan yang berguna dan yang tidak.
Lalu aku akan mendekat ke hadapanmu
untuk menyentuh rumput,
dan cuaca akan berkobar,
seperti perkataan apa saja,
bagai pucuk nyala apa pun,
di atas lumpur yang gelap
dari pening tak terhingga.
Diterjemahkan oleh Yohanes Manhitu
dari versi asli (berbahasa Spanyol)
Yogyakarta, 15 September 2018
---------------------------------------
Versi asli (Versión original):
LO SAGRADO
Por: Juan Carlos Olivas
Lo que llamaste sagrado
ahora yace en la tierra.
Como una mano sobre las cordilleras
el mundo estrecha la extraña claridad
de los pastores que siembran cicatrices
en la raíz del agua.
Pronto comenzará a llover
y crecerán los campos
cubiertos de mandrágoras,
rendidos por su verborrea de truenos
y dioses disecados.
Después vendrán los cegadores
y apartarán lo que sirve y lo que no.
Yo me acercaré entonces a tus ojos
para tocar la yerba,
y ya el tiempo arderá
como cualquier palabra,
como cualquier punto de luz,
sobre el oscuro barro
del vértigo infinito.
-------------------------
*) Terjemahan Indonesia ini, bersama-sama dengan terjemahan ke bahasa Dawan, Tetun Resmi (Timor-Leste) dan Melayu Kupang, terbit dalam buku kumpulan puisi "El año de la necesidad" karya Juan Carlos Olivas (Salamanca, Spanyol: Diputación de Salamanca, 2018).
**) Penyair Kosta Rika, pemenang "V Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador'" (penghargaan internasional bergengsi di dunia kesusastraan Spanyol), dianugerahkan di Salamanca, Spanyol.
Foto: Dokumentasi pribadi
Tuesday, November 6, 2018
Empat Buku Puisi Tiba dari Universidad de Salamanca, Spanyol
Sekadar informasi buku. Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya tiba juga di alamat saya (pada tanggal 6 November 2018) empat buku puisi yang dikirim oleh penyair Alfredo Pérez Alencart dari Universidad de Salamanca (universitas tertua di dunia berbahasa Spanyol [the Hispanic world] dan salah satu dari tiga universitas tertua di dunia yang hingga sekarang masih aktif). Keempat buku para penyair pemenang Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador' (penghargaan internasional bergengsi di dunia kesusastraan Spanyol) yang berisikan terjemahan-terjemahan saya langsung dari bahasa Spanyol ke bahasa Indonesia, Dawan, Tetun Resmi Timor-Leste dan Melayu Kupang tersebut adalah (menurut urutan abjad nama penulis)
Foto: Dokumentasi pribadi
- El año de la necesidad karya Juan Carlos Olivas, penyair Kosta Rika (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2018). Di dalam buku ini, terdapat empat puisi terjemahan saya: Yang suci (Indonesia), Akninô (Dawan), Ida-ne'ebé lulik (Tetun Resmi), dan Yang suci (Melayu Kupang); terjemahan dari puisi Spanyol Lo sagrado.
- Contracorriente karya Lilliam Moro, penyair Kuba (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2017). Di dalam buku ini, terdapat sebuah puisi terjemahan saya: Untuk mengenang mereka (Indonesia); terjemahan dari puisi Spanyol En memoria de ellos.
- Persistente karya María Sanz, penyair Spanyol (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2018). Di dalam buku ini, terdapat empat puisi terjemahan saya: Di sini tergelak bibir (Indonesia), Es i, luluf nabelkon (Dawan), Iha-ne'e latan ibun-tutun (Tetun Resmi), dan Di sini tadudu itu bibir (Melayu Kupang); terjemahan dari puisi Spanyol Aquí yacen los labios.
- Pequeñas mundanzas karya Paura Rodrígues Leytón, penyair Bolivia (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2017). Di dalam buku ini, terdapat sebuah puisi terjemahan saya: Memikirnkan Wilde (Indonesia); terjemahan dari puisi Spanyol Pensando en Wilde.
Foto: Dokumentasi pribadi
Sunday, October 28, 2018
Selamat Hari Sumpah Pemuda dan Dirgahayu Bahasa Indonesia!
![]() |
Foto: via rmolsumut.id |
Hari ini, bahasa Indonesia berusia 90 tahun. Semoga selalu berjaya.
Menurut catatan sejarah, pada Kongres Pemuda Kedua yang diadakan di Batavia (Jakarta, 27-28 Oktober 1928), ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres itu, kepada Soegondo, dengan berbisik, Mr. Moehammad Yamin (1903–1962) menyodorkan secarik kertas tulisannya yang isinya kemudian disetujui oleh para anggota kongres. Bunyi tiga keputusan kongres itu---yang ditulis dengan menggunakan ejaan van Ophuysen (1901–1947)---sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda di Jakarta adalah
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Satu hal yang menarik adalah ketika menyodorkan secarik kertas tulisannya itu, Mr. Moehammad Yamin berbisik dalam bahasa Belanda, katanya "Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie." Terjemahan Indonesia kalimat itu adalah "Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini". Tampaknya bahasa Belanda berperanan penting dalam kongres tersebut. Namun, pada akhirnya ia digantikan oleh bahasa Indonesia.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa kongres itu (dibuktikan dengan butir ketiga) menjamin keberadaan bahasa-bahasa Nusantara. Sebagai orang Indonesia, kita tetap menggunakan bahasa-bahasa daerah kita sambil menjunjung bahasa persatuan (hasil Sumpah Pemuda): bahasa Indonesia.
Sumber informasi dan kutipan: wikipedia.org
Satu hal yang menarik adalah ketika menyodorkan secarik kertas tulisannya itu, Mr. Moehammad Yamin berbisik dalam bahasa Belanda, katanya "Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie." Terjemahan Indonesia kalimat itu adalah "Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini". Tampaknya bahasa Belanda berperanan penting dalam kongres tersebut. Namun, pada akhirnya ia digantikan oleh bahasa Indonesia.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa kongres itu (dibuktikan dengan butir ketiga) menjamin keberadaan bahasa-bahasa Nusantara. Sebagai orang Indonesia, kita tetap menggunakan bahasa-bahasa daerah kita sambil menjunjung bahasa persatuan (hasil Sumpah Pemuda): bahasa Indonesia.
Sumber informasi dan kutipan: wikipedia.org
Wednesday, October 10, 2018
Disertasi di Mancanegara yang Mengutip "Kamus Indonesia-Tetun, Tetun-Indonesia" (Juli 2007)
Sekadar info kebahasaan: Telah ada tiga disertasi di
universitas-universitas mancanegara yang mengutip Kamus Indonesia-Tetun, Tetun-Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Edisi I: Juli 2007). Profil singkat penyusun kamus dicantumkan di dua
dari tiga disertasi ini. Masing-masing adalah (judul-nama penulis-universitas-tahun):
- SOUTHEAST ASIA IN THE ANCIENT INDIAN OCEAN WORLD oleh Tom Hoogervorst, LINACRE COLLEGE, UNIVERSITY OF OXFORD, Inggris, 2011
- ATTITUDES TOWARD TETUN DILI, A LANGUAGE OF EAST TIMOR oleh Melody Ann Ross, UNIVERSITY OF HAWAI‘I, Amerika Serikat, 2017
- TETUN IN TIMOR-LESTE: THE ROLE OF LANGUAGE CONTACT IN ITS DEVELOPMENT oleh Zuzana Greksáková, FACULDADE DE LETRAS DA UNIVERSIDADE DE COIMBRA, Portugal, 2018
Setiap karya tulus hadir bukan untuk kesia-siaan.
Salam basastra!
Salam basastra!
Subscribe to:
Posts (Atom)