Wednesday, April 18, 2007

Puisi-Puisi di Harian Seputar Indonesia - Sindo (1)


Hendak Kemana, Pertiwi

Silih berganti, bagai berkisar
di alur yang terancang rapi:
hadir tsunami, gempa bumi,
letusan Merapi, tanah longsor,
lumpur panas, flu burung,
kapal karam, pesawat jatuh,
banjir bandang, puting beliung.
Dan entah apa lagi. Semoga
ini jatah pamungkas kita.


Masih juga segar dalam ingatan kita
akan hutan gundul, paceklik, busung lapar,
kasus boraks-formalin, sawah kekeringan.
Dan kini harga jual beras melangit —
ironi gamblang di bumi dewi padi.


Hendak kemana, wahai pertiwi?
Kemana harus mencari jawaban pasti
bagi gelombang teka-teki menggunung?
Ajari anak negeri pandai membaca tanda zaman
dan berkaca pada cermin nurani.


Tak cukup bertelut pasrah
di tengah puing-puing kenangan
sambil ancang-ancang
berucap bim-sala-bim
harapkan mukjizat
tanpa cucuran keringat
sementara kereta sang waktu
terus bergerak lahirkan hari baru.
Oh Khalik, lindungilah pertiwiku!

Yogyakarta, Februari 2007




Bukan Sebuah Arca



Roda-roda waktu terus berputar
dan enggan diam, bagai sebuah arca.
Segalanya berpindah, segalanya berjalan,
dari stasiun masa teramat sederhana
dengan kecepatan tak berubah.
Segalanya bergerak seakan-akan
yang ada hanyalah keabadian,
dan tiada yang hilang, atau terbuang.


Benak dan hati manusia serupa
dengan layar film, yang disinggahi
gambar kehidupan beraneka warna.
Tiap babak, yang pancing gelak tawa,
yang undang tangis, menghiasi layar.
Lalu cepat, atau lambat, berlalu juga.


Masih banyak yang mesti dipelajari
agar hidup sebernas bulir padi sejati
dan sedekat kita dengan embusan nafas.
Masih banyak yang harus ditunaikan
agar tak sia-sia segala butir talenta
yang tak dibiarkan ditelan bumi.


Selama masih ada masa
lekaslah kawan kita berpadu

tuk pulihkan luka-luka lama,
tegakkan pilar-pilar keadilan,
suburkan lembah hati yang gersang,
dan basuh diri di kolam embun pagi.


Kita, para penumpang, yang berjejer
dalam kereka waktu, tak mungkin
terus membisu di atas roda-roda
tak diam. Sekali diam, berarti
selamanya ‘kan membisu kita.

Yogyakarta, Oktober 2005



Dua puisi ini terbit di Harian Seputar Indonesia (Sindo)

pada hari Minggu, 15 April 2007

No comments:

Post a Comment