Setelah sekian lama tidak bertemu, akhirnya saya berjumpa lagi dengan Bung Robertus Fahik (Robby Fahik), pegiat literasi dan novelis dari Kabupaten Malaka, NTT. Kami bertemu untuk pertama kalinya di Yogyakarta pada tahun 2013 dalam rangka bedah buku dan peluncuran novelnya yang berjudul Likurai Untuk Sang Mempelai. Saya diminta untuk menjadi pembicara pertama dalam acara itu dengan makalah saya yang berjudul Likurai untuk Sang Mempelai: Ajakan untuk Menyambut Panggilan Ibu (Yogyakarta, 29 November 2013). Satu bulan setelah acara tersebut, saya pun menulis sebuah artikel berbahasa Dawan tentang isu dalam novel tersebut, dengan judul Novel Nabè’i Ntulun Kit He Tamliab Identitas Budaya.
Pertemuan kami di Hotel Sultan di Jakarta ini (untuk menghadiri Kongres Bahasa Indonesia XII Tahun 2023) terjadi di luar dugaan saya. Itu terjadi di ruang makan sebelum acara pembukaan Kongres. Ketika saya menuju meja makan, eh ada suara orang memanggil, "Kak John, Kak John!" Setelah saya menengok ke arah suara itu, ternyata Bung Robby Fahik. Tentu saja saya sangat senang melihat ada orang lain dari NTT hadir juga dalam perhelatan nasional itu karena prestasinya bagi daerahnya dan juga bagi bangsa dan negara ini sesuai dengan minat, bakat, dan usaha kerasnya di bidang ilmu dan profesi yang menjadi pilihannya. NTT harus hadir, lebih sering hadir, dan selalu hadir.
Sebagai catatan, Bung Robertus Fahik, pegiat literasi Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (YASPENSI) dan novelis aktif ini, lulus sebagai peserta Kongres Bahasa Indonesia XII Tahun 2023 berkat esainya tentang Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD). Bung Robert datang sendiri ke Jakarta dari Kupang. Tetap giat dan penuh semangat, Bung! Semoga Pemda Kabupaten Malaka mengundang Bung untuk membagikan "oleh-oleh ilmu" dari Jakarta ini setelah Bung menghadiri Kongres Bahasa Indonesia XII Tahun 2023 secara utuh. Salam literasi bagi Malaka, Timor Barat, dan NTT dengan semangat kebinekaan!
No comments:
Post a Comment