Por: Yohanes Manhitu
Di pegunungan dan di kolong langit
di mana kesunyian tak lagi asing,
masih ada peninggalan yang hidup
dan kita mengenang hari-hari silam.
Batu karang bisu dan tembok-tembok,
selama bulan dan tahun-tahun panjang,
mengabdi tanpa ragu sebagai saksi
untuk sebuah bukti seribu impian.
Baiklah, dahulu ia juga pemakaman
namun sekarang menjadi monumen
yang menandai sebuah jejak putra-putri
menuju ke suatu masa dengan seribu hasrat.
Apa yang bakal kita buat dengan kenangan
yang kita warisi dari orang-orang mati?
Apa artinya sekarang tempat-tempat
yang dahulu pun jadi pemakaman?
Di pegunungan dan di kolong langit
di mana udara masih memiliki ruang,
masih terdapat sisa-sisa peninggalan
dan terkenang hari-hari yang silam.
Yogyakarta, Indonesia, Mei 2010
TAMBIÉN ES MONUMENTO
Por: Yohanes Manhitu
En las serranías y bajo del cielo
donde el silencio no es extraño,
aún se encuentran restos vivos
y recordamos los días pasados.
Las rocas mudas y los muros,
durante meses y años largos,
sirven sin duda como testigos
de una prueba de mil sueños.
Vale, también fue cementerio
pero hoy en día es monumento
que marca un paso de los hijos
hacia una época con mil deseos.
¿Qué haremos con los recuerdos
que nos quedaron los muertos?
¿Qué significan ahora los sitios
que fueron también cementerios?
En las serranías y bajo del cielo
donde el aire aún tiene espacio,
todavía se encuentran vestigios
y se recuerdan los días pasados.
Yogyakarta, Indonesia, mayo de 2010
--------------------------------------------
* Puisi dan terjemahannya dibuat berdasarkan lukisan José S. Carralero yang berjudul También es monumento dan terbit dalam antologi puisi 68 penyair dunia El Paisaje Prometido, diterbitkan di Salamanca, Spanyol, oleh Sociedad de Estudios Literarios y Humanisticos de Salamanca (SELIH) pada tahun 2010. ISBN: 978-84-95850-30-3.
No comments:
Post a Comment