Karya: Yohanes Manhitu
Setiap malam pada jam yang sama
kupasang telinga ke arah radio,
yang dari sudut kamar bersuara.
Kusimak litani usang kekecewaan.
“Suara rakyat adalah suara Tuhan,”
seorang penelepon angkat bicara.
“Harap kalau bicara pakai nurani,”
usul sang narasumber bijaksana.
Lalu dari barat sampai ke timur
bersahut-sahutan suara kecewa.
Dan yang merasa puas itu angin
yang mempermainkan bahtera nusa.
Setiap menit aku terus berharap
dengan kuping ke arah radio
agar dari segala penjuru negeri
lahir litani indah ketenteraman.
Yogyakarta, November 2007
Setiap malam pada jam yang sama
kupasang telinga ke arah radio,
yang dari sudut kamar bersuara.
Kusimak litani usang kekecewaan.
“Suara rakyat adalah suara Tuhan,”
seorang penelepon angkat bicara.
“Harap kalau bicara pakai nurani,”
usul sang narasumber bijaksana.
Lalu dari barat sampai ke timur
bersahut-sahutan suara kecewa.
Dan yang merasa puas itu angin
yang mempermainkan bahtera nusa.
Setiap menit aku terus berharap
dengan kuping ke arah radio
agar dari segala penjuru negeri
lahir litani indah ketenteraman.
Yogyakarta, November 2007
No comments:
Post a Comment