Sunday, December 31, 2017
Foto saya sendiri menjadi gambar sampul buku
Kini, untuk kedua kalinya foto jepretan saya sendiri (kali ini foto lampu jalan di luar Keraton Yogyakarta) digunakan sebagai gambar sampul buku saya (buku yang ke-8). Yang pertama adalah foto bunga anggrek di sampul kumpulan puisi Dawan-Esperanto Feotnai Mapules—Princino Laŭdata (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 31 Desember 2016). Salam sastra!
Catatan: A WALK AT NIGHT (Une promenade de nuit) telah diterbitkan pada tanggal 12 Desember 2017 di Kota Antwerpen, Belgia, oleh penerbit Eldonejo Libera. Ini adalah sebuah kumpulan 110 puisi asli (bukan terjemahan): 65 puisi berbahasa Inggris dan 45 puisi berbahasa Prancis. Terdiri atas dua bagian.
Catatan: A WALK AT NIGHT (Une promenade de nuit) telah diterbitkan pada tanggal 12 Desember 2017 di Kota Antwerpen, Belgia, oleh penerbit Eldonejo Libera. Ini adalah sebuah kumpulan 110 puisi asli (bukan terjemahan): 65 puisi berbahasa Inggris dan 45 puisi berbahasa Prancis. Terdiri atas dua bagian.
Sunday, October 29, 2017
MAIS JE REVIENS
![]() |
Image: www.google.com |
Par: Yohanes Manhitu
Je traversa le temps
sans aucune poésie
qui me consolait
avec tendresse.
Mais je reviens.
Oui, je reviens.
C’est grâce à elle
et aussi pour elle –
ma consolatrice.
Quel silence !
Quelle solitude !
Si je m’éloigne d’elle
et mes nuits sont si longues.
Mais je reviens.
Oui, je reviens.
C’est grâce à elle
et aussi pour elle –
ma consolatrice.
Yogyakarta, le 22 août 2005
WE SHALL BE HAPPY
![]() |
Image: www.google.com |
By: Yohanes Manhitu
Gold in hand I have not,
but love in the heart I keep.
If you love me unconditionally
and forever without shackles,
woman, everyday I’ll love you.
And according to destiny, let’s walk!
The holy book, let’s read together!
Because from it we take riches.
On earth, o darling, let’s love!
With God, we shall be happy.
Yogyakarta, December 2007
COLORS OF TASTE
![]() |
Image: www.google.com |
By: Yohanes Manhitu
What does coffee offer you
besides the sweetness hidden
in every swallow flowing slowly
along the throat, where nothing
is left but accumulating poison?
And how long will such sweetness
remain in the tongue, if the tongue
is too sweet to taste more sweetness
or too weak to stand any bitterness?
Then how shall I judge what is sweet
or be familiar with something bitter?
Of course, you know many tastes,
as many as the colors of the rainbow
forming the perfect spectrum in the sky.
It is strange that sweetness might kill
and bitterness conversely might cure.
But how can I stand coffee temptation
and begin to love slices of bitter melon
while sweetness measures happiness?
Yogyakarta, 22 March 2005
MIDNIGHT RAIN
![]() |
Image: https://www.youtube.com |
By: Yohanes Manhitu
Midnight rain…
Did you have enough nap this afternoon?
I wonder why you did not show up this morning.
I would have called you “morning rain”
if you had shown up in the early morning.
Why are you here when I am about to enjoy a dream?
You do bother me. Do not you understand?
I should have let you know beforehand.
Midnight rain…
Why do you arrive
when I am listening to the beautiful music of nature?
You seem to envy me, do you?
By the way, maybe it is not your fault, but mine.
I should have been in bed with a beautiful dream
so that I do not see you when you arrive with noise.
Midnight rain…
Are you the teardrops of the sorrowful heaven?
Is heaven sad because men are going crazy on earth?
Whisper me some meaningful words so that I understand you!
Or, maybe you are the answer of dry earth’s long prayers?
Will you help me tell my prayers to the cities of heaven?
When you return to paradise and its flower gardens,
please send me a bundle of heavenly pink roses.
Do it for me, midnight rain!
Yogyakarta, 4 January 2003
NIGHT FAIRY ON THE PAVEMENT

Oleh: Yohanes Manhitu
A night fairy dresses in deadly evening fashion and
stands on a long busy pavement next to a noisy site.
Her shiny left hand is playing with a white cigarette.
And her other hand is fishing the predatory night.
The night passes just like a slowly moving old train.
The rest of the world is suffering killing sleepiness.
But the night fairy is still on the pavement, waiting.
Her curving eyes are watching the street opposite her.
Here comes a hungry tall man moving slowly but surely
on the long pavement toward the waiting smiling beauty.
No long boring sermon was made; only figures they said.
There goes the night couple; a journey to the sun awaits.
Yogyakarta, 14 November 2003
Monday, September 4, 2017
PADA SAAT DITEMUKAN*
Pantai meraja dalam kemerdekaan samudra.
Kegelapan yang menyeluruh mengandung cahaya.
Di atas daratan kukuh, rasa takutlah gelombang
yang menyisakan dunia masa depan di alurnya.
Segalanya tampak sia-sia bila kaucari keabadian.
Dalam keputusasaan bisu ini, kesunyian adalah kata.
Bahkan ketidakbahagiaan mengandung kebahagiaan
ketika, dengan bersahaja, kautinggalkan dunia ini.
Suatu ilusi redup menyembunyikan kebenaran,
yang hanya tersingkap di saat pemisahan,
apa yang hari ini fana belaka dan apa
yang menjadi baka saat ditemukan.
Terjemahan Indonesia: Yohanes Manhitu
(Dari versi Spanyol, Prancis, dan Inggris)
---------------------------------------
Versi asli (berbahasa Rumania):
ÎN CLIPA REGĂSIRII
De: Elena Liliana Popescu
În libertatea mării constrângerea e malul.
Deplinul întuneric lumina o conţine.
Pe ţărmul neclintirii neliniştea e valul
şi din ce-a fost el lasă doar lumea care vine.
Nimic îţi pare totul când cauţi nemurirea.
În muta disperare tăcerea e cuvântul.
Nefericirea însăşi cuprinde fericirea
când, plin de umilinţă, tu părăseşti pământul.
Iluzia, supusă, ascunde adevărul
doar pentru a-l cunoaşte în clipa despărţirii
Acela care astăzi înseamnă trecătorul
şi care este veşnic în clipa regăsirii...
----------
*) Puisi ini, bersama-sama dengan 21 terjemahan saya ke bahasa Indonesia, terbit di antologi puisi multibahasa "DACĂ AI ȘTI" (ANDAI KAUTAHU) yang memuat terjemahan dalam 29 bahasa. Buku yang memuat 22 puisi terjemahan saya ke bahasa Indonesia (pada hlm. 215-224) ini terbit di Bukares, Rumania, dan telah diluncurkan di kota tersebut pada tanggal 20 November 2015. Saya sedang menerjemahkan puisi ini ke bahasa Dawan, Tetun Resmi (Timor-Leste), dan Melayu Kupang untuk terbit dalam antologi multibahasa lain di Rumania.
Ó feto dadeer
Undangan untuk menerjemahkan puisi "În clipa regăsirii" karya Elena Liliana Popescu ke bahasa Dawan, Tetun Resmi/Nasional dan Melayu Kupang
![]() |
Foto: www.agentiadecarte.ro |
Tabik! Saya baru sempat baca surel (e-mail) menjelang pagi tadi. Eh!
Ternyata ada permintaan dari Rumania, dari penyair termasyhur Elena
Liliana Popescu, untuk menerjemahkan puisinya "În clipa regăsirii" ke
bahasa Dawan, Tetun Resmi/Nasional dan Melayu Kupang. Puisi tersebut
sudah pernah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia (dengan judul "Pada
saat ditemukan") dan terbit di antologi puisi multibahasa "DACĂ AI ȘTI"
(ANDAI KAUTAHU) yang memuat terjemahan dalam 29 bahasa. Buku puisi yang
memuat 22 puisi terjemahan saya ke bahasa Indonesia (pada hlm. 215-224)
ini terbit di Bukares, Rumania, dan telah diluncurkan di kota tersebut
pada tanggal 20 November 2015. Banyak hal menarik yang saya pelajari
dari penerjemahan 22 puisi kontemplatif itu melalui sumber-sumber
Spanyol, Prancis, Portugis, dan Inggris yang telah diterjemahkan dari
puisi-puisi berbahasa Rumania.
Dialog puisi kami telah berlangsung beberapa tahun dalam bahasa Spanyol
dan Elena Liliana Popescu sendiri telah menerjemahkan beberapa puisi
asli saya--- dalam bahasa Spanyol dan Inggris---ke bahasa Rumania,
bahasa turunan Latin terbesar di Eropa Timur. Dua puisi Spanyol saya
yang diterjemahkannya sudah terbit di edisi Januari-Maret 2016 majalah
sastra berbahasa Rumania "Lumină Lină" (Inggris: Gracious Light) yang
berbasis di New York, Amerika Serikat.
Saya orang Timor dan orang Indonesia
![]() |
Foto: Jepretan saya sendiri |
Setiap kali diundang untuk ambil bagian dalam buku antologi puisi
antarbangsa di mancanegara, baik dengan puisi asli maupun terjemahan,
satu hal penting yang tetap saya ingat adalah saya ini orang Timor dan
orang Indonesia. Kita boleh asyik berbaur di mana pun, tetapi jangan
sampai larut dan lenyap. (Tegalyoso, Yogyakarta, 2 September 2017)
Undangan untuk menerjemahkan puisi-puisi Lilliam Moro dan Paura Rodríguez Leytón
Dua hari lalu, tiba undangan dari Salamanka, Spanyol, untuk menerjemahkan
puisi-puisi dua penyair perempuan pemenang "IV Premio Internacional de
Poesía Pilar Fernández Labrador". Saya akan menerjemahkan karya-karya
penyair Lilliam Moro (dari Kuba, untuk puisi berjudul EN MEMORIA DE
ELLOS) dan Paura Rodríguez Leytón (dari Bolivia, untuk puisi berjudul
PENSANDO EN WILDE) ke bahasa Indonesia. Terjemahan-terjemahan ini akan
terbit dalam dua buku antologi multibahasa di Salamanka, Spanyol, bulan
ini (September 2017). Kiranya dialog sastra antarbangsa lewat puisi ini
akan berlanjut.
Selamat jalan, Marjorie Boulton (7 Mei 1924 – 30 Agustus 2017)! Beristirahatlah dalam damai!
![]() |
Marjorie Boulton (1999). Foto: Philip Brewer |
Turut berdukacita atas meninggalnya Marjorie Boulton (7 Mei 1924 – 30
Agustus 2017), seorang penyair perempuan Inggris yang termasyhur di
dunia sastra Esperanto. Puisi-puisi kami pernah terbit bersama di Vesperto (Edisi ke-227, April 2011), sebuah buletin sastra berbahasa
Esperanto di Kaposvár, Hungaria. Sebuah kehilangan bagi dunia sastra
Esperanto! Salam sastra!
Pesan menarik tentang antisemitisme dari Paul L. Maier dalam novel sejarah "Pontius Pilatus"
![]() |
Gambar: My-classic-books |
Satu pesan menarik tentang antisemitisme dari Paul L. Maier, sejarawan dan penulis novel sejarah "Pontius Pilatus" (Terjemahan Indonesia; Malang: Dioma Publishing, cetakan pertama: September 2009). "Sesungguhnya sikap anti-Yahudi karena peristiwa Jumat Agung adalah tidak masuk akal seperti sikap membenci orang Italia karena Nero dulu melemparkan orang-orang Kristen ke mulut singa."
Subscribe to:
Posts (Atom)