https://www.pikist.com |
Oleh: Yohanes Manhitu
Pergi ke pasar dengan berjalan.
Di sana, orang ramai berseru.
Ternyata sudah akhir bulan.
Sebentar lagi bulan baru.
(Yogyakarta, 30/9/2020)
Nació la palabra en la sangre, creció en el cuerpo oscuro, palpitando, y voló con los labios y la boca. (The word was born in the blood, grew in the dark body, beating, and flew through the lips and the mouth.) Pablo Neruda, La palabra
Secara pribadi, saya merasa berutang budi kepada pada penyanyi dalam bahasa Tetun Dili (Tetun Portu, Tetun Prasa), terutama Tonny Pereira. Masa kecil saya tak lepas dari lagu-lagu Tetun, yang tentu saja berdampak positif bagi saya hingga kini. Walaupun tinggal jauh dari Timor, saya berkomitmen untuk tetap bisa berbahasa Tetun (di samping bahasa Dawan) dengan baik, terutama sebagai orang Timor yang (mesti) punya tanggung jawab budaya.
Disadari ataupun tidak, para penyanyi (dan tentu para komponis juga) banyak berjasa dalam pelestarian dan kelestarian bahasa. Orang Jawa tentu sangat kehilangan penyanyi hebat yang bernama Didi Kempot. Dan orang Tetun yang sadar budaya pasti kehilangan penyanyi Manek Babulu (penyanyi dari Malaka, Timor Barat). Kita pun tahu bahwa sederet panjang lagu kebangsaan dalam bahasa Indonesia yang digubah oleh para komponis hebat kita di masa perjuangan dahulu menegaskan posisi dan peranan bahasa Indonesia.
Kembali ke lagu Tetun dan Tonny Pereira. Salah satu lagu Tetun yang masih bisa saya nyanyikan dengan iringan gitar adalah Angelina. Lagu yang dilantukan dengan apik oleh Tonny Pereira ini adalah gubahan Anito Matos, seorang komponis dan penyanyi kawakan dari Timor-Leste. Lagu ini sungguh akrab di telinga banyak orang pada masa kecil saya, sebagai bocah penghirup udara segar di pedalaman Timor. Semoga para musisi sehat dan penuh semangat. Karya mereka perlu terus mewarnai hari-hari hidup kita.
Foto: Cuplikan dari lagu Angelina di album Tonny Pereira
Tabik! Sesudah menyelesaikan terjemahan puisi ALTERACIÓN CLIMÁTICA karya Dennis Ávila (penyair Honduras yang memenangi "Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador'", penghargaan puisi bergengsi di dunia Hispanik) ke bahasa Indonesia, Dawan, Tetun Resmi, dan Melayu Kupang, saya diundang lagi untuk menerjemahkan tiga puisi Spanyol karya penyair Afredo Pérez Alencart ke bahasa Indonesia, masing-masing berjudul KAMP PENGUNGSI (hlm. 32), SEMOGA ITU TAK PERNAH TERJADI PADAMU (hlm. 50), dan PENGHINAAN KEMISKINAN (hlm. 68). Terjemahan-terjemahan saya, bersama-sama dengan terjemahan-terjemahan ke bahasa-bahasa lain di dunia, telah terbit dalam bulan ini di sebuah antologi puisi multibahasa yang berjudul TRÍPTICO DE LA INDIGNACIÓN (Salamanca, Spanyol: Trilce Ediciones, September 2020). Salam mesra sastra,
Foto sampul depan: Kiriman dari Spanyol
Profil saya sebagai penerjemah profesional yang bekerja sama dengan Mars Translation, terutama untuk pasangan bahasa Inggris-Tetun, dapat dilihat di sini. Mars Translation berkantor pusat di Guangdong, Republik Rakyat China.