Robson Miguel (Vitória, Espírito Santo, 28 Agustus 1959) adalah seorang
maestro gitar Brasil, dipandang sebagai virtuoso yang tiada tara di
Negeri Samba pada saat ini. Silakan nonton sebuah videonya di https://www.youtube.com/watch?v=F3vpqnWaY6A.
Saturday, February 28, 2015
"Mengubah" vs. "merubah"
Tabik! Apabila ditinjau dari kata dasarnya, "mengubah" merupakan
turunan dari kata "ubah", sedangkan kata "merubah", secara salah kaprah,
dikira berasal dari "ubah", padahal lebih cocok kalau dari kata "rubah"
(sejenis binatang). Jadi, kalau mau konsisten dan bernada humor,
seharusnya "merubah" berarti menjadi rubah (bahasa Inggris: to be a
fox). Mau? (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 23 Februari 2015)
Nyong Fehuk deng Ama Dukun
Foto: https://www.austockphoto.com.au |
Satu hari bagitu te, Nyong Fehuk bajalan dari kota pi dukun di satu kampong, sonde talalu jao. Sampe di sana, dia omong deng muka puruk di itu dukun. "Ini harim talalu makaditi deng beta, Ama. Kira-kira dia-pung cara karmana é biar-ko bisa talapas capát su." Tarús, itu dukun bale tanya sang dia babae, model ke polisi ada korek info. "Itu hari Bu lem dia pake apa, lem lokal ko lem impor?" Dengar dukun pung omong ju, Nyong Fehuk bingung. "Beta sonde lem pake apa-apa, Ama," Nyong Fehuk balas. Na, Ama Dukun omong lai palán-palán sa bilang, "Bagini á, Bu pulang pi ruma ko pikir ulang babae dolu, Bu su lem pake apa dan kira-kira Bu batúl-batúl mau ko dia talapas ko. Orang yang datang di sini tu biasa su siap memang deng informasi jalás dan keputusan su pasti. Kalo su beres, na Bu datang lai é. Itu sa, Bu." Kaluar dari Ama Dukun pung ruma te, Nyong Fehuk pikir sandiri ko heran-heran, ju omong dalam hati, "Tuheré! Ini bengkel sofa ko tampa praktek dukun? Heran sa!"
(Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 23 Februari 2015)
Hari su nae panggung
Ini pagi, beta tau, lu ju tau,
hari baru su nae panggung.
Ini sa'at, beta tau, lu ju tau,
mau nae, katóng tanggung
cape, saki; son bole galau.
Son bisa takuju langsung.
(Yohanes Manhitu, 2015)
Ukulele
Ah, ukulele! Alat musik petik pertama yang saya kenal dan bisa mainkan
ketika di kelas tiga SD, sebelum menyentuh gitar di kelas lima SD.
Ukulele, yang di Timor disebut "juk", dibawa oleh orang-orang Portugis
ke Nusantara, dan identik dengan musik keroncong. Di Timor, dahulu
orang-orang membuat "juk" sendiri dari pohon kapok hutan (Dawan:
nekfui(j)). Buatan mereka bagus. Pada masa yang lebih awal, tubuh
ukelele berasal dari sejenis labu lonjong. (Yohanes Manhitu, Yogyakarta, 1 Februari 2015)
Subscribe to:
Posts (Atom)