Foto: https://kupang.tribunnews.com |
Saya turut berdukacita sedalam-dalamnya atas wafatnya Mgr. Basílio do Nascimento (14 Juni 1950–30 Oktober 2021). Beristirahatlah dalam damai, Ambispu Basílio. Amu akan tetap hidup dalam kenangan.
Nació la palabra en la sangre, creció en el cuerpo oscuro, palpitando, y voló con los labios y la boca. (The word was born in the blood, grew in the dark body, beating, and flew through the lips and the mouth.) Pablo Neruda, La palabra
Foto: https://kupang.tribunnews.com |
Saya turut berdukacita sedalam-dalamnya atas wafatnya Mgr. Basílio do Nascimento (14 Juni 1950–30 Oktober 2021). Beristirahatlah dalam damai, Ambispu Basílio. Amu akan tetap hidup dalam kenangan.
Gambar: www.crearensalamanca.com
Oleh: Margarito Cuéllar**
Mereka tak peduli pada lebatnya hutan. Bagi mereka yang mencinta di taman, hutan itu gurun dan terkadang laut. Mereka bugil di bukit pasir rembulan jikalau hutan adalah gurun. Dan jikalau hutan adalah laut, meloncat secara buta ke tebing, mereka yang mencinta di taman. Bagi mereka yang mencinta di taman, tiada tepi yang lain, laut tak punya dasar, dan mereka lekas belajar seni ikan. Mereka berjalan di atas air tanpa tenggelam, dan tatkala berjumpa dengan orang lain, sesama yang saling cinta di taman, mereka berbagi musik dari hutan dan bersarang di dahan serta melahirkan anak-anak hijau. Bagi mereka yang saling cinta di taman, hujan memberkati mereka dan mengajari mereka untuk berburu binatang kebosanan, membilang batu, mengunyah pipit dan tak mati karena apa pun. Mereka yang mencinta di taman menyulut api dengan mata terpejam, bertumbuh dari waktu ke waktu, makan jamur dan cacing tanah dan tak kurang jantung yang ditembusi anak panah di kulit pepohonan untuk berjumpa kembali. Kini, tatkala cinta itu jauh, hujan tiada berhenti dan malam membawakan lebih banyak nada, akan kunyalakan api unggun di taman dan bila kuberbaring di atas rumput, barangkali mimpiku akan bahagia dan udara hari Minggu keliru, mengira aku seorang lagi dari mereka yang saling cinta di taman. 11 April 2017 Bogota, Kolombia, Hotel Virrey Park Traducción al indonesio: Yohanes Manhitu Terjemahan Indonesia: Yohanes Manhitu ----------------------------------------- *) Terjemahan Indonesia ini dan terjemahan Dawan, Tetun Resmi dan Melayu Kupang, yang saya garap sendiri langsung dari bahasa Spanyol (bahasa asli karya itu; judul asli: POEMA DE LOS QUE SE AMAN EN LOS PARQUES), terbit dalam antologi puisi multibahasa (dalam 32 bahasa di kolong langit ini), berjudul "Ensayo sobre la belleza y el desorden de las cosas" (Salamanca, Spanyol: Diputación de Salamanca, 2021). **) Penyair dan penulis dari Meksiko, pemenang "Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador'" 2021 (penghargaan puisi internasional bergengsi di jagat penutur bahasa Spanyol)https://writingcooperative.com |
Terkadang tidak diketahui secara pasti---seperti sesuatu yang matematis---apakah yang ditulis itu puisi atau bukan. Jangan-jangan cuma mirip dengan puisi. Yang lebih penting, (masih) tahu bahwa menulis itu berguna alias tidak sia-sia. Mungkin dengan terus-menerus menulis, akan lebih jelas apakah yang ditulis itu puisi atau bukan. Lalu bagaimana dengan definisi puisi? Semoga jelas. Sebab kalau belum jelas, entah siapa yang akan merumuskannya.
![]() |
Foto: https://web.facebook.com |
Kemarin, Sabtu, 7 Agustus 2021, novelis Ruben Paineon telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Ia mengembuskan napas terakhir di TTU, NTT. Terima kasih banyak, Bung Ruben, atas kebersamaan kita di Yogyakarta dan Timor dan atas karya-karyamu yang mengisi rak buku kami. Ini sebuah kehilangan besar bagi dunia sastra, terutama dunia sastra NTT. Nama dan karyamu bakal tetap dikenang. 🌺
-----------------------------------------------------
![]() |
Foto: Dokumen pribadi |
![]() |
Foto: Dokumen pribadi |
SEJAUH INI, puisi-puisi saya dalam bahasa Esperanto terbit dalam media-media sastra Esperanto internasional berikut ini:
![]() |
Foto: edukalife.blogspot.com |
PENYAIR perempuan pertama berbahasa Spanyol yang karyanya sering saya baca dengan kagum di awal kemuridan saya (di tahun-tahun pertama di Yogyakarta) adalah Gabriela Mistral (1889–1957), si penyair perempuan ternama dan pemenang Hadiah Nobel Sastra (1945) dari Cile (satu negara asal dengan Pablo Neruda). Dia juga seorang diplomat kawakan. Syukur, saya sudah menerjemahkan beberapa karya hebatnya ke bahasa Indonesia, langsung dari bahasa Spanyol (Ini bagus untuk belajar!). Dalam proses kreatif yang panjang, hampir pasti kita pernah, entah secara langsung atau tidak langsung, berutang budi kepada seseorang. Kita harus jujur mengakui itu. Kalau dihitung, "utang" saya sudah banyak. ...hahaha. Karena itu, saya perlu terus belajar dan menulis untuk "bayar utang". Salam sastra!
![]() |
Foto: https://www.theparisreview.org |
PENYAIR berbahasa Spanyol yang karyanya cukup sering saya baca di awal kemuridan saya (di tahun-tahun pertama di Yogyakarta) adalah Pablo Neruda (1904–1973), si penyair hebat dan pemenang Hadiah Nobel Sastra (1971) dari Cile itu. Syukur, saya sudah menerjemahkan sejumlah karya hebatnya ke bahasa Indonesia, langsung dari bahasa Spanyol (ini sungguh disyukuri!). Dalam proses kreatif yang panjang, hampir pasti kita pernah, entah secara langsung atau tidak langsung, berutang budi kepada seseorang. Kita harus jujur mengakui itu. Kalau dihitung, "utang" saya sudah banyak. ...hahaha. Karena itu, saya perlu terus belajar dan menulis untuk "bayar utang". Salam sastra! 💖
![]() |
Foto: Diandra Kreatif (2019) |
Tabik! Berdasarkan informasi siber, kini "Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis" (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; Edisi I: 2015; Edisi II: 2017) terdapat di katalog perpustakaan lembaga-lembaga berikut ini.
![]() |
Gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Malaka |