Thursday, June 30, 2016

Kalau Gitar Hanya Punya Kunci Mayor

Foto: www.google.com
Sulit dibayangkan kalau gitar hanya punya kunci mayor. Perpaduan kunci minor dan kunci mayor adalah hal yang wajar dalam sebuah lagu. Terkadang keindahan yang tak terduga justru muncul dari sederet nada minor. Malah saya pernah dengar "bisikan" bahwa orang yang hanya bisa bermain dengan kunci mayor itu belum dewasa secara musikal. Hidup ini pun demikian: banyak nada minor yang sebaiknya dimaklumi saja. Itu bagian dari komposisi. ...hahaha

Penampilan Apa Adanya dalam Edisi Lagu-Lagu Nongerejawi, Sabtu malam, 18 Juni 2016

Foto: Dokumen pribadi

Tabik! Ini penampilan apa adanya dalam edisi lagu-lagu nongerejawi dengan gitaris Benyamin Boy (Benny BoySh). Foto ini diambil Sabtu malam (malam Minggu penuh guyuran hujan awet nian), 18 Juni 2016, di bilangan Pogung, Yogyakarta, setelah tanpa diduga kami diundang untuk mengisi acara budaya sebuah komunitas kreatif di kota budaya ini. Dalam acara asyik tersebut, kami berduet menyanyikan lagu-lagu Indonesia, Ambon, Tetun Timor-Leste, Inggris, dan Italia. Senang sekali bisa bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru yang ramah dan penuh apresiasi serta daya cipta, termasuk penulis dan penerjemah asal Australia yang bernama Heather Curnow, Ph.D. Darinya, saya mendapat buku karya penyair Zubaidah Djohar Building A Boat In Paradise yang telah diterjemahkannya sendiri dari bahasa Indonesia. Salam mesra,

Tetap Menulis Puisi Tanpa Mempersoalkan "Label"

Foto: https://lifeandlemons.co.uk

Saya tetap menulis puisi, terlepas dari saya penyair atau bukan. "Label" sama sekali bukan harga mati bagi kreativitas. Dan aktivitas ini sungguh membantu saya untuk menerjemahkan puisi walau tak selalu mudah. Secara empiris, tanpa menyukai dan menulis puisi, adalah mustahil untuk menikmati penerjemahan puisi meskipun orang "menguasai" bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Tanggal 9 Juni dan Pintu ke Dunia Puisi

Foto: https://dreamastromeanings.com

Tanggal 9 Juni adalah hari bersejarah bagi saya secara pribadi. Setidaknya saya menganggapnya begitu. Empat belas tahun silam, tepatnya tanggal 9 Juni 2002, di Jln. Pugeran Timur, Yogyakarta, saya berusaha menerjemahkan puisi La Puerta karya Alfredo García Valdez, seorang penyair Meksiko, yang saya baca di majalah "Biblioteca de México", nomor 40, Juli-Agustus 1997, hlm. 18. Inilah penerjemahan puisi pertama kali dalam hidup saya. Penerjemahan puisi berbahasa Spanyol ke bahasa Indonesia dengan judul "Pintu" tersebut telah membawa saya memasuki dunia penulisan dan penerjemahan puisi. Tentu saya sudah mengenal puisi jauh sebelumnya, tetapi sebatas sebagai pemelajar dan penikmat sastra. Tiada yang lebih istimewa daripada rasa syukur saya kepada Sang Pujangga Mahaagung, Sang Khalik Mahapuitis, bahwa hingga hari ini, saya masih diberi-Nya kesehatan dan kesempatan untuk terus mengarungi lautan puisi yang tak bertepi. Mohammad Ali Sepanlou (1940–2015), seorang penyair Iran termasyhur, pernah menulis begini, "Puisi berawal dari impian dan berakhir dengan pembebasan." Ini sungguh tepat! Salam sastra,

Berita Berbahasa Inggris Tentang Peluncuran "Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis"

Foto: http://fib.ui.ac.id

Tabik! Ini adalah berita berbahasa Inggris di situs web Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Jakarta tentang peringatan Hari Internasional Bahasa Portugis dan Peluncuran "Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis" (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Desember 2015), 9 Mei 2016.

---------------------------------------------------------------

All the three Ambassadors referred to the great significance of having the first comprehensive Dictionary of Portuguese-Indonesian, Indonesian-Portuguese published. They consider it a very important tool for students and public in general to study both languages, bringing Indonesia and the Portuguese speaking countries together. The Dictionary was presented by publisher Gramedia. The editor, Ibu Widya Kirana and the author, Bapak Yohanes Manhitu had the honour of presenting the Dictionary. (Quoted from http://fib.ui.ac.id)

Sunday, June 5, 2016

Menghadiri Misa dalam Gereja Katolik Ritus Maronit


Semoga suatu saat saya bisa menghadiri misa dalam Gereja Katolik Ritus Maronit (salah satu dari 23 Gereja Katolik Ritus Timur, yang bersama-sama dengan Gereja Katolik Ritus Latin (Roma) membentuk Gereja Katolik universal di bawah kepemimpinan Sri Paus). Tampaknya, sebelum itu, saya perlu belajar bahasa Arab; mungkin lewat bahasa Prancis. Syukur kalau saya bisa belajar langsung di Beirut, Lebanon. Asyik juga kalau bermimpi. Gratis! ...hahaha.

Antologi Puisi Hispanik "Los Poetas y Dios" (2007)


Diundang secara baik dan ramah untuk berpartisipasi dalam sebuah antologi puisi berbahasa asing, baik asli (eka-/dwibahasa) maupun terjemahan, adalah kesempatan bagus untuk lebih banyak belajar, terutama tentang bahasa dan sastra (asing). Untuk maksud ini, sama sekali saya tak pernah mempersoalkan akan mendapat berapa dolar/euro dari puisi(-puisi) yang dimuat. Saya cukup senang bahwa dialog antarbangsa melalui sastra, terutama puisi, bisa terjadi dan masih berlangsung hingga sekarang. Sebagai wujud terima kasih atas keikutsertaannya, biasanya setiap partisipan akan menerima satu atau lebih eksemplar antologi puisi yang diterbitkan tersebut; akan dikirimkan langsung ke alamat penulis. Kesempatan bagus seperti ini sepatutnya disambut gembira untuk lebih banyak belajar.
 
Foto: Dokumen pribadi; sampul depan Los Poetas y Dios, antologi puisi penyair Hispanik (León, Spanyol: Excma. Diputación Provincial de León, 2007); antologi asing pertama yang saya ikuti atas undangan penyair Spanyol, Alfredo Pérez Alencart; memuat tiga puisi asli saya dalam bahasa Spanyol (Iglesia, El Puente Esperando, dan Palomas Salvajes) dan satu terjemahan saya ke bahasa Indonesia (hlm. 189-192).