Foto: www.google.com |
Oleh: Yohanes Manhitu
Buat sang teman ziarah dalam satu ziarah
Tentang laju waktu, aku tak mau berkomentar.
Kuhanya ingat perjumpaan di bulan Maria itu
ketika di bawah pohon rindang, kaumenanti.
Lalu berdua kita melangkah ke taman hijau.
Sangat mungkin itulah prolog ziarah rasa.
Tiada perjumpaan yang miskin alasan
walau baru bening setelah semusim.
Satu ziarah bertolak dari ziarah lain.
Kamera boleh menangkap wajah,
namun kulebih nyaman bersajak
karena kata-kata bisa lebih awet
menyimpan selaksa kenangan.
Tak seluruh obrolan di taman
terekam verbatim di benak.
Yang pasti, kalimat ziarah
terlontar penuh senyum.
Yogyakarta, 25/10/2016
No comments:
Post a Comment