Sunday, October 31, 2010

Rai moris-fatin

Hosi: Yohanes Manhitu


Biar ohin ó hela ona iha rain seluk,

hakat liu tasi, liuhosi dalan naruk,

no iha rain ne’ebá moris la moruk;

hanoin moris-fatin, ó lalika baruk.


Hori tempu ó moris, sei nuranurak,

inan-aman haree ó hanesan murak

tanba ó-nia presenza halo furak.

Ba ó-nia an sira harohan barak.


Rai moris-fatin husik ó bá rain dook

no nia sai sasin nafatin maski nonook

ba loron sira ó hamlaha no hamrook

no aman husu ba inan, “Foti took!”


Maski ó hela ona iha rain dook resik,

loron ohin fatin hotu-hotu parese besik,

lembransa ba moris-fatin, ó keta husik!

Hahú iha-ne’ebá ó-nia istória rasik.


Yogyakarta, fulan-Outubru 2010

----------------------------------------

Tanah tumpah darah


Karya: Yohanes Manhitu


Biarpun kini kautelah berdiam di negeri lain,

menyeberangi laut, melewati jalan panjang,

dan di sana tiada kegetiran hidup;

mengenang tanah tumpah darah, jangan kaumalas!


Sejak kaulahir dan masih teramat muda,

kau ibarat emas-perak bagi ayah-bunda

sebab kehadiranmu menciptakan keindahan.

Bagimu banyak doa mereka panjatkan.


Tanah tumpah darah merelakanmu pergi merantau

dan ia tetap menjadi saksi dalam kebisuan

bagi hari-hari ketika kau lapar dan haus,

dan ayah meminta bunda, “Ambilah dia!”


Meski kini kautelah berdiam di negeri jauh,

dewasa ini semua tempat tampak dekat,

kenangan akan tanah kelahiran, jangan kaulupakan!

Di sanalah kisahmu sendiri berawal.


"Untuk Eropa" (Himne Eropa)

Mari bernyanyi bersama, kawan-kawan.
Mari rayakan hanya kegembiraan kita,
Tiada lagi sungai, ataupun gunung
Tiada lagi batas di antara kita.

Oh, Eropa, kampung halaman kami,
Dahulu kauterpecah-belah begitu lama,
Kini biarkan keelokanmu bersemarak,
Kami semua adalah anak-anakmu.

Panjimu menyatukan sebagai saudara
Mereka yang telah diceraikan perang,
Hukummu sekarang menyatukan
Segenap warga seia-sekata.

Di seluruh Benua Eropa
Rakyat kini telah bangkit,
Dituntun suatu perasaan terbaru
Dan kebulatan tekad untuk bersatu.

Di bawah perisai hukum
Kami ‘kan hidup rukun dan damai.
Demikianlah sumpah kami:
Satu tanah air dan senasib.

Ini teladan bagi dunia,
Ini arah, inilah jalan:
Seluruh umat manusia
Hidup dalam damai, dalam suka.

Diterjemahkan oleh Yohanes Manhitu,
Yogyakarta, 2010