Indonesia tak hanya kaya akan beratus-ratus bahasa nusantara, tetapi juga menjadi ladang subur bagi penyebaran berbagai bahasa asing, yang kehadirannya didorong oleh berbagai macam motivasi, misalnya motivasi ekonomi, budaya, teknologi, politik, dll. Pada sebuah acara pembacaan puisi internasional di
Centre Culturel Français (CCF) – Pusat Kebudayaan Prancis (
LIP) – Yogyakarta, pada bulan Maret 2005 dalam rangka
Le Printemps des Poètes (Musim Semi Para Penyair), jelas terlihat betapa banyaknya bahasa asing yang hadir di tanah air. Ada bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Portugis, Italia, Jerman, Belanda, Rusia, Korea,
Tetun, Turki, Jepang, dan Mandarin. Dari beberapa sumber siber tampak bahwa
bahasa Esperanto pun mulai dikenal di negara kita.
Di antara bahasa-bahasa yang disebutkan di atas, penulis ingin mengajak pembaca untuk secara sepintas mencoba menilik kehadiran bahasa Spanyol di tanah air. Bahasa Spanyol, secara geografis, memiliki sangat banyak penutur di dunia, dan merupakan salah satu bahasa resmi di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, Uni Afrika, serta badan olahraga internasional seperti WBA (World Boxing Association). Menurut ensiklopedia Wikipedia (yang terdapat di internet), bahasa Spanyol merupakan bahasa ketiga atau keempat yang memiliki penutur terbanyak di dunia dan digunakan oleh 352 juta orang, atau 147 juta orang termasuk yang bukan penutur asli (menurut perkiraan tahun 1999). Masih menurut sumber yang sama, sebagian besar penutur bahasa ini berdiam di Spanyol, Amerika Latin, Amerika Serikat, dan Filipina.
Di masa lampau, bangsa Indonesia hampir tidak pernah memiliki kontak budaya dengan Spanyol, kecuali kehadiran
Fransiskus Xaverius, seorang pastor
Yesuit berkebangsaan Spanyol yang pernah melakukan pengabaran Injil (evangelisasi) di Kepulauan Maluku dan beberapa wilayah di Asia dari tahun 1546-1552. Hal ini dapat dibuktikan dengan minimnya kata-kata pungutan dari bahasa Spanyol dalam bahasa nasional kita. Kalaupun ada – misalnya kata
Don Juan,
sombrero (topi lebar yang biasa dipakai pria Meksiko), dan
mestizo – hampir dapat dipastikan bahwa kata-kata ini baru muncul di kemudian hari, di alam kemerdekaan. Kemungkinan besar kata-kata ini masuk ke perbendaharaan kata bahasa Indonesia melalui bahasa Inggris. Namun dewasa ini, kehadiran salah satu bahasa “Latin modern” ini semakin terasa di bumi Indonesia. Ia ada bukan berkat jasa para awak kapal Victoria dalam armada Fernando de Magallanes (Portugis,
Fernão de Magelhães), melainkan oleh usaha para penutur bahasa Spanyol modern yang secara giat memperkenalkan bahasa ini kepada penduduk Indonesia, lewat berbagai upaya. Saat ini, secara institusional, bahasa Spanyol diajarkan di Pusat Bahasa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadja Mada, Universitas Indonesia dan Universitas Trisakti. Di Jakarta, telah hadir pula
Instituto Cervantes (Aula de Yakarta), yang dua kali setiap tahun menyelenggarakan ujian internasional bahasa Spanyol (kurang-lebih mirip dengan TOEFL), yaitu DELE (
Diploma de Español como Lengua Extranjera). Upaya-upaya pengenalan bahasa Spanyol di Indonesia juga didukung dengan berbagai kegiatan budaya, misalnya konser gitar klasik Spanyol di beberapa kota besar di Indonesia (yang sering menampilkan gitaris
Rahmat Raharjo, dkk.), pameran fotografi tentang Negara Spanyol, pertunjukan wayang (
marioneta) Bambalina Titelles dari Valencia, dan pemutaran film Spanyol. Disadari atau tidak, ternyata media audio dan audio-visual, seperti film-film berbahasa Spanyol, lagu-lagu Julio Iglesias, Enrique Iglesias, dan Ricky Martin serta berbagai tayangan telenovela di layar televisi-televisi Indonesia – misalnya seri
Betty La Fea yang sebelumnya cukup populer di Indonesia –turut memotivasi orang untuk belajar bahasa Spanyol dan mengenal kebudayaan negara-negara penuturnya. Menurut pandangan penulis, seri-seri telenovela akan memiliki lebih banyak nilai tambah bagi mereka yang sedang belajar bahasa Spanyol apabila ditayangkan dalam bahasa aslinya dan diberi teks bahasa Indonesia. Namun demikian, kebijakan sulih suara (
dubbing) adalah langkah yang patut dihargai.
Faktor pendukung lain bagi kehadiran bahasa Spanyol di tanah air adalah ketersediaan terjemahan karya-karya para pengarang berbahasa Spanyol. Di antaranya adalah “Seratus Tahun Kesunyian” (
Cien años de soledad) dan “Sang Jenderal dalam Labirinnya” (
El general en su laberinto) karya novelis Kolombia pemenang Hadiah Nobel Sastra 1982, Gabriel García Márquez, dan beberapa kumpulan puisi masing-masing adalah karya
Pablo Neruda (penyair asal Chile, pemenang Hadiah Nobel Sastra 1971) dan
Octavio Paz (penyair Meksiko, pemenang Hadiah Nobel Sastra 1990). Baru-baru ini di Jogja telah terbit buku terjemahan puisi yang berjudul
Luka Tunggal Sang Pencinta, yang adalah kumpulan puisi Alejandara Pizarnik, seorang panyair kelahiran Buenos Aires, Argentina. Terjemahan-terjemahan itu sendiri tentu saja tidak dapat secara langsung membantu proses belajar bahasa Spanyol, kecuali memperkenalkan khazanah budaya negara-negara berbahasa Spanyol kepada para pembaca Indonesia. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu ketika pembaca akan tergoda untuk melirik bacaannya dalam bahasa aslinya, bahasa yang digunakan sang pengarang untuk menulis karyanya. Dan untuk itu, mau tidak mau ia harus belajar bahasa Spanyol.
Walaupun di Indonesia penyebaran bahasa Spanyol belum seluas dan selancar beberapa bahasa asing yang lain, mempelajarinya akan memberikan nilai plus, karena peluang Anda untuk berinteraksi dengan jutaan orang dan menambah wawasan terbentang luas di depan mata. Apalagi di zaman siber ini. Tentu saja Anda dapat juga menggunakannya untuk membina dan/atau menunjang karier di beberapa bidang, seperti pariwisata, perhotelan, perusahaan asing, diplomasi, dll. Dan secara linguistik, dengan kemampuan bahasa Spanyol yang memadai, akan mudah bagi Anda untuk mempelajari bahasa-bahasa yang serumpun, misalnya bahasa Portugis, Italia, Prancis, Rumania, dll.
Bahasa Spanyol, sebagai salah satu bahasa internasional, telah hadir di tengah-tengah kita. Kita dapat menanggapinya sebagai penonton, alias secara pasif, atau perlahan namun pasti mulai berusaha mengenalnya lebih jauh, sesuai dengan tujuan belajar setiap orang. Bagi mereka yang berminat untuk mempelajari bahasa Spanyol, memiliki buku pelajaran dan
kamus-kamus buah karya
Milagros Guindel barangkali menjadi pilihan yang cukup tepat, mengingat sedikitnya literatur dan buku-buku pendukung di tanah air. Menurut hemat dan pengalaman penulis, orang-orang yang telah memiliki pengetahuan yang memadai akan salah bahasa rumpun Romawi – misalnya bahasa Portugis, Prancis, atau Italia – akan menemukan kemudahan dalam mempelajari bahasa Spanyol. Karena pada dasarnya bahasa-bahasa ini memiliki karakteristik bahasa yang sangat mirip. Dan kita tinggal menghubungkan “benang merah” kebahasaan di antara mereka.
Cara belajar bahasa Spanyol pada dasarnya sama dengan cara belajar bahasa-bahasa asing lainnya. Seluruh proses pembelajaran difokuskan pada keempat keahlian (
skill) utama, yaitu membaca (
comprensión de lectura), menyimak (
comprensión auditiva), berbicara (
expresión oral), dan menulis (
expresión escrita), yang sudah tidak asing bagi kita. Dan di luar kelas, misalnya, setiap orang dapat menunjang belajar dengan cara: (1) rajin membaca buku atau teks berbahasa Spanyol (dapat diperoleh di Internet) dengan bantuan glosarium atau kamus; (2) suka menyimak kaset dan radio. Arsip audio banyak tersedia di radio-radio online di Internet. Menonton film Spanyol akan membantu meningkatkan kemampuan audio-visual; (3) rajin mempraktekkan bahasa secara lisan adalah kebiasaan yang sangat baik. Hal ini penting untuk membangun rasa percaya diri dan berlatih menggunakan bahasa secara natural; (4) selalu membiasakan diri untuk menulis email pendek kepada seorang sahabat (penutur bahasa Spanyol) adalah kebiasaan yang mengasyikkan dan penuh dengan tantangan, karena untuk memahami tulisan orang dan membalasnya adalah sebuah proses belajar yang tidak kalah serunya dengan menghadiri sebuah kursus; (5) berusaha mencari dan menemukan komunitas penutur Spanyol yang tepat. Hal ini penting agar hubungan komunikasi dalam bahasa Spanyol tetap terjaga dan semangat belajar selalu terpelihara. Untuk para wanita yang tinggal di Jakarta dan tertarik untuk berinteraksi dengan penutur bahasa Spanyol, salah satu komunitas yang cocok untuk maksud ini adalah
Club de Señoras de Habla Hispana (Perhimpunan Wanita Penutur Bahasa Spanyol) yang berpusat di Jakarta. Namun bila mengalami kesulitan untuk melakukan tatap muka dengan penutur bahasa Spanyol, usahakan untuk menemukan komunitas di Internet. Cobalah bergabung di sebuah mailing list. Bagi pemula, disarankan untuk memilih mailing list dwibahasa (bilingual). Tambahan pula, bagi mereka yang sedang atau telah mempelajari lebih dari satu bahasa asing, sikap diskriminatif terhadap sebuah bahasa yang dipelajari adalah awal dari kelunturan semangat untuk mencapai penguasaan yang proporsional akan bahasa itu.
Setiap bahasa – termasuk yang digunakan oleh
suku-suku yang amat tradisional dan sangat terisolasi – memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Dan dipelajari sesuai dengan kebutuhan setiap pribadi. Ada pribadi yang hanya ingin mengenalnya secara sepintas, ada yang ingin sekadar bisa bercakap-cakap, dan ada pula yang secara serius dan total menggelutinya. Setiap orang bebas membuat pilihannya. Bahasa Spanyol dapat diumpamakan sebagai sekuntum bunga asing di taman tropis, tempat bunga-bunga asing tumbuh berdampingan dengan yang pribumi. Masing-masing mengeluarkan aroma yang semerbak dan dapat dipetik untuk seribu satu maksud. Selamat membuat pilihan!
.
.