Wednesday, October 10, 2018

Profil Singkat dan Foto Saya di Buletin "Usona Esperantisto" (Maret-April 2011)

Foto: esperanto-usa.org

Hmmm... Senang menemukan info di internet bahwa pada tahun 2011, "Usona Esperantisto" (buletin dua bulanan Esperanto di Amerika Serikat, edisi Maret-April; lihat hlm. 20), sama seperti majalah "The Esperanto Association of Britain" (majalah Perhimpunan Esperanto di Inggris), memuat profil singkat dan foto saya. Di terbitan itu, terdapat informasi ringkas namun jelas dalam bahasa Esperanto tentang kumpulan puisi perdana (160 puisi asli) saya dalam bahasa Esperanto, "Sub la vasta ĉielo" (Candelo, New South Wales, Australia: Mondeto, 2010). Semoga buku baru dalam bahasa ini lekas menyusul. Salam basastra! 🙏

Profil Singkat dan Foto Saya di Terbitan "The Esperanto Association of Britain" (2011)

Foto: https://esperanto.org.uk

Hmmm... Ternyata pada tahun 2011, ada profil singkat dan foto saya di terbitan "The Esperanto Association of Britain". Di situ, terdapat informasi ringkas dalam bahasa Esperanto tentang kumpulan puisi perdana (160 puisi asli) saya dalam bahasa Esperanto, "Sub la vasta ĉielo" (Candelo, New South Wales, Australia: Mondeto, 2010), yang kini tersedia dan dapat dibaca di katalog Perpustakaan Nasional Australia (https://catalogue.nla.gov.au/Record/5148889) dan tempat lain. Semoga buku baru dalam bahasa ini lekas menyusul. Salam basastra! 🙏

Sunday, September 30, 2018

Bahasa-Bahasa Timor yang Digunakan di Dua Negara

Foto: Yohanes Manhitu (Yogyakarta, 2015)

Dengan dialek yang berbeda-beda, empat bahasa Timor berikut ini dipakai di Indonesia (Timor Barat, NTT) dan Timor-Leste: Dawan (Metô, Baikenu), Tetun, Kemak, dan Bunak (Marae). Bahasa-bahasa dwinegara ini masih aktif. Dawan dan Tetun (terlebih Tetun Nasional/Resmi Timor-Leste) adalah bahasa-bahasa Timor yang terbesar di antara ± 22 bahasa yang masih dikenal dan digunakan.

Idealnya, siapa pun yang mengaku dirinya orang Timor fasih menggunakan minimal satu bahasa Timor di samping bahasa Indonesia dan/atau Portugis serta bahasa lain. Salam budaya dan bahasa kepada semua pencinta. ✍️

Yogyakarta, 10 September 2018

Pemimpin yang Mencintai Ilmu Pengetahuan

Gambar: www.google.com

Raja Jawa yang menggagas dan menjadi patron mahaproyek penerjemahan "Mahabharata"---wiracarita asli India---dari bahasa Sanskerta ke bahasa Jawa Kuno adalah Dharmawangsa Teguh, seorang prabu yang pernah memerintah di Jawa Timur (985-1007 M). (Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Mahabharata)

Sangat penting untuk memiliki pemimpin yang mencintai ilmu pengetahuan dan terus-menerus mengupayakan pencerahan. Kiranya langkah cerdas Prabu Dharmawangsa (raja terakhir Kerajaan Medang atau Mataram Kuno) ini menginspirasi banyak pemimpin kita dari zaman ke zaman.

Para Penyair yang Karyanya Telah Diterjemahkan

Gambar: www.google.com

Sekadar informasi literasi. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang berminat pada (penerjemahan) sastra, terutama puisi. Sejauh ini, saya telah menerjemahkan ke bahasa Indonesia, Dawan, Tetun Nasional/Resmi, dan/atau Melayu Kupang*—hampir semuanya diterjemahkan langsung dari versi asli—paling sedikit satu karya dari penyair-penyair berikut ini:

1. Alfredo García Valdez (Meksiko)
2. Alfredo Pérez Alencart (Spanyol)
3. Aníbal Núñez (Spanyol)
4. Arthur Rimbaud (Prancis)
5. Charles Baudelaire (Prancis)
6. Claudio Rodríguez Fer (Spanyol)**
7. Elena Liliana Popescu (Rumania)***
8. Emily Dickinson (Amerika Serikat)
9. Fernando Pessoa (Portugal)
10. Fray Luis de León (Spanyol)
11. Gabriela Mistral (Cile)
12. Ingrid Valencia (Meksiko)
13. José Pulido Navas (Spanyol)
14. Juan Cameron (Cile)
15. Juan Carlos Olivas (Kosta Rika)
16. Karol Józef Wojtyła (Polandia)****
17. Lilliam Moro (Kuba)
18. Luís Vaz de Camões (Portugal)
19. María Sanz (Spanyol)
20. Octavio Paz (Meksiko)
21. Pablo Neruda (Cile)
22. Paul Verlaine (Prancis)
23. Paura Rodríguez Leytón (Bolivia)
24. Rabindranath Tagore (India)*****
25. Ramón Hernández-Larrea (Kuba)
26. William Auld (Inggris; berbahasa Esperanto)
----------------------------
*) Sebagaian besar terjemahan ini telah terbit dalam berbagai antologi di mancanegara, terutama di Spanyol, Amerika Latin, dan Rumania.
**) Diterjemahkan dari bahasa Galisia (sebuah bahasa turunan Latin) dengan versi Portugis, Spanyol, Prancis dan Italia sebagai sumber rujuk silang.
***) Diterjemahkan berdasarkan versi Prancis, Spanyol, Portugis, dan Inggris yang telah diterjemahkan langsung dari versi asli (berbahasa Rumania).
****) Diterjemahkan dari versi Inggris yang masih terdapat di internet.
*****) Diterjemahkan dari versi Inggris yang dibuat Tagore sendiri.


Hatene belun be loos

Image: www.google.com

Belun di'ak mak belun laran-moos.
Se nia nafatin lohi ema, nia la'ós.
Bainhira hasoru moris be toos,
ita sei hatene belun be loos.

Autór: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 28-9-2018

Dalan nakloke ona

Image: www.google.com

Dalan iha oin ne'e, nakloke ona.
Ba laran nia lian, ha'u sei rona.
Maski ain seidauk bele kona,
dalan nia rohan moos ona.

Autór: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 28-9-2018

Friday, August 31, 2018

TWO HEARTS AT TWO PIERS

Image: www.google.com

A poem by: Yohanes Manhitu

The beginning was just a hello
accompanied by a plain smile.
No one was able to tell the sun
how time would make a change
by leading two hearts to a stage.

Time flew as it wished, really fast.
The two hearts began to take a test
to look at themselves in a big mirror.
They both enjoyed undressing in verses
and learned the fact of hope sacrifice.

They are now standing at two piers,
waiting for boats to two destinations.
One pure disciple; one pure vagabond.
Both love mystery, but detest betrayal.
Understanding was their true consoler.

I am the only witness; I take no sides.
I adore the disciple; love the vagabond.
Only God who may strike His hammer.
He is the One to turn a worry to a smile.
He is to grant the two hearts a paradise.

Tuktuk, Samosir Island, 26 May 2003
---------------------------------

*) This poem is taken from my newest book, "A WALK AT NIGHT (Une promenade de nuit)", that has been published in Antwerp, Belgium, by Eldonejo Libera. The book is a collection of 110 life inspired original poems: 65 in English and 45 in French. Some of the French poems have won poetry contests in the Indonesian city of Yogyakarta. The price of the book is $10.41. You can order the poetry book FROM HERE.

PAGES OF A STORY BOOK

Image: www.google.com

A poem by: Yohanes Manhitu

The days pass quickly just like the pages
of a story book turned fast by a reader
hoping for a happy ending for himself
though the plot is uneasy, he knows.

He has opened the book like a blind.
The beginning flows like river water
moving toward the ocean of ecstasy
that turns into what he calls agony.

The book is still open; he is reading.
While trying to reach the final page,
he finds there much sadness and joy;
and keeps hoping for a happy ending.

Chapter by chapter he now has passed,
and still many more chapters to touch.
Though the story is still far to complete,
a happy ending is all he wants to enjoy.

Yogyakarta, Indonesia, 9 March 2005
---------------------------------
*) This poem is taken from my newest book, "A WALK AT NIGHT (Une promenade de nuit)", that has been published in Antwerp, Belgium, by Eldonejo Libera. The book is a collection of 110 life inspired original poems: 65 in English and 45 in French. Some of the French poems have won poetry contests in the Indonesian city of Yogyakarta. The price of the book is $10.41. You can order the poetry book FROM HERE.

Tuesday, July 31, 2018

Rona Múzika Kalan Nian



Hakerek-na'in: Yohanes Manhitu

Kleur ona ha’u gosta kalan be hamaluk ha’u
ho nonook naruk be halo ha’u hakmatek,
ho múzika kapás be haksolok tebes.
Karik ha’u fuan-monu ba rai-kalan.

Ema dehan katak rai-kalan besik ho nakukun
no buat oioin be dala ruma fó laran-taridu.
Maibé rai-kalan ne’e tempu furak ida
hodi hetan an iha fulan nia okos.

Durante rai-loro, susar hodi rona múzika furak
be mosu moos hosi raiklaran tarutu nian.
Se ó hakarak rona natureza nia lian,
hamaluk de’it fulan ho fitun-lubun.

Yogyakarta, fulan-Jullu 2007
------------------------------

Menyimak Musik Malam

Penulis-penerjemah: Yohanes Manhitu

Telah lama kusukai malam yang menemaniku
dengan keheningan panjang yang membuatku tenang,
dengan musik indah yang amat menyenangkan.
Barangkali kujatuh cinta pada malam hari.

Kata orang, malam itu akrab dengan kegelapan
dan berbagai hal yang terkadang merisaukan.
Tapi malam hari itu suatu saat yang indah
untuk temukan diri di bawah rembulan.

Selama siang, sulit ‘tuk menyimak musik indah
yang timbul dengan jelas dari dunia kebisingan.
Jika kauingin mendengarkan suara alam,
temani saja rembulan dan galaksi.

Yogyakarta, Juli 2007
--------------------------
*) Puisi Tetun ini terbit di "Jornál Semanál Matadalan", mingguan berbahasa Tetun di Dili, ibu kota Timor-Leste (Edisi 107, 09–15 September 2015).

Belajar Bahasa Jauh Sebelum Dibutuhkan

Gambar: www.google.com

Tentang belajar bahasa (asing), sudah sering saya sarankan kepada teman-teman untuk belajar bahasa (asing) jauh-jauh hari, lama sebelum bahasa itu sungguh-sungguh dibutuhkan, baik untuk belajar maupun bekerja. Tentu tidak bisa pakai cara ngebut semalam langsung "cas-cis-cus" (sangat fasih). 
(Yogyakarta, 13 Juli 2018)

Selamat Jalan, Kardinal Jean-Louis Pierre Tauran!


Turut berdukacita atas meninggalnya Kardinal Jean-Louis Pierre Tauran (1943–2018), yang wajahnya tak asing lagi bagi orang-orang Katolik yang suka menonton acara pemberkatan "Urbi et Orbi" langsung dari Vatikan. Kardinal Tauran yang berasal dari Prancis ini meninggal dunia di Amerika Serikat pada tanggal 5 Juli 2018. Beliau pernah berkunjung ke Indonesia dengan Pastor Markus Solo SVD pada tahun 2009. Kiranya arwah beliau memperoleh istirahat dan damai surgawi. Terima kasih banyak atas jasa-jasanya bagi Gereja dengan menjalankan berbagai tugas penting semasa hidup, di antaranya sebagai Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama dan Pemimpin Seksi Kearsipan dan Perpustakaan Vatikan. (Yogyakarta, 15 Juli 2018)

Foto: Kardinal Jean-Louis Tauran (paling kiri) di Masjid Istiqlal Jakarta (Sumber: https://penakatolik.com)

Hadomi Loro-toban

Imajen: www.google.com

Loraik mós nafatin iha biban,
no ó sei bele hetan dalan.
Se tebetebes ó soi laran,
ó sei hadomi loro-toban.

Autór: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 27-07-2018

Mari Katóng Pi

Foto: https://www.pinterest.com

Karya: Yohanes Manhitu

Ini kapal baro’o
ada barang tapo'a
ma panumpang kuat
dan pegang satu tekad
sampe di pulo harapan.


Ombak son bisa lu masparak,
biar-ko dia tarús bermaen.
Gelombang, sapa bisa tahan?
Biar-ko dia tetap bagulung;
biar-ko ini idop ada warna;
biar katóng yang pasang mata.


Ada menara tua di sablá laut.
Di sana, ada lampu yang taráng.
Dari jao, tacium bau cendana
dari akar bésar yang tabakar.
Ada suara orang maen sasando;
anak kici manyanyi Bolelebo;
ada pesta deng daging se'i;
ada acara minum tuak laru;
jagung katemak menu utama;
samua orang tawar sanyúm.


Yogyakarta, 9 Oktober 2004