Monday, July 28, 2025

Sadranan Hari Ini

Foto: Yohanes Manhitu (27 Juli 2025)

Oleh: Yohanes Manhitu

Hamparan buih di sini
masih sama seperti dulu,
ketika dua kali kudatang
dengan teman-teman diskusi.

Hamparan buih putih itu
bergulung tak kenal henti
menerpa butiran pasir,
saksi bisu keabadian.

Kini sepinya pantai telah sirna,
tetapi awet dalam kenangan.
Bila kau datang lagi ke sini,
matamu jua 'kan jadi saksi.

Kini bukan cuma suara khas
gemuruh ombak pantainya –
suara ramai para pengunjung
seakan menyaingi musik laut.

Di sini, di Sadranan, aroma laut
berjaya di warung-warung kecil,
juga di tiap piring orang lapar:
makanan laut jadi andalan.

Siang ini, dari Pantai Sadranan,
Laut Selatan tampak beraksi ceria.
Namun, kau mesti tetap waspada
agar kisahmu tak perlu jadi berita.

Setiap anggota rombongan kami
menikmati saat gembira di sini.
Semua harus kembali ke bus
sebelum mentari meredup.

Sadranan, 27 Juli 2025

Kabar Gembira dari Hungaria, dari Penyair Erika Godó* (Edisi Facebook, Rabu, 23 Juli 2025)

Tabik! Puisi dwibahasa saya (dalam bahasa Esperanto dan Melayu Kupang) telah terbit dalam Literatura Vivo** (Edisi Juli-Agustus 2025), sebuah majalah sastra Esperanto yang dikelola dua penyair-Esperantis dari Hungaria dan RRT. Puisi dwibahasa tersebut berjudul "NI IRU" dan "MARI KATÓNG PI" (MARI KITA PERGI). Versi Esperanto diterjemahkan di Ungaran, Jawa Tengah, pada tanggal 11 Januari 2023, sedangkan versi aslinya ditulis di Yogyakarta pada tanggal 9 Oktober 2004. Ini adalah salah satu puisi pertama saya dalam bahasa (Melayu) Kupang.


Terima kasih banyak kepada penyair Erika Godó dan John Huang yang telah menerbitkan puisi dwibahasa tersebut. Erika yang mengontak saya untuk memberi tahu bahwa puisi dwibahasa itu akan diterbitkan dalam majalah tersebut. Itu terjadi tak lama setelah karya itu saya bagikan di Facebook pada tanggal 18 Juni 2025. Terima kasih juga atas informasi tentang edisi ini. Semoga "Literatura Vivo" terus maju dan berjaya.

Senang melihat bahwa versi aslinya dalam bahasa (Malayu) Kupang--sebuah bahasa daerah di Timor Barat (NTT)--juga diterbitkan pada halaman yang sama. Semoga informasi ini bermanfaat bagi yang mengerti dan sempat membaca. Salam bahsa dan sastra! 💖

Puisi dwibahasa itu tersedia secara gratis di https://literaturavivo.com. Tetapi, supaya lebih praktis, saya cantumkan ulang di sini.
------------------------------

NI IRU

de Yohanes Manhitu

Ĉi tiu ŝipo ruliĝas,
estas objekto disverŝita,
sed la pasaĝeroj estas fortaj
kaj tenas unu decidon:
alveni al la insulo de espero.

La ondojn, vi ne povas riproĉi.
Lasu ilin daŭre ludi.
La ondaron, kiu povas reteni?
Lasu ĝin daŭre ruliĝi.
Lasu la vivon esti bunta.
Ni tenu la okulojn malfermitaj.

Estas malnova turo trans la maro.
Tie, ekzistas hela lumo.
De malproksime, oni flaras santal-odoron
el granda brulanta radiko.
Estas la sono de ludanta sasando;
infanoj kantas la kanton Bolelebo;
estas festo kun fumigita viando;
estas homoj, kiuj trinkas laruon.
Katemakmaizo estas la ĉefplado.
Ĉiuj ofertas rideton.

Esperantigis la aŭtoro
Ungaran, 11 jan. 2023
----------------
1. "Sasando" estas harp-simila korda muzikilo. Ĝi estas tradicia muzikilo indiĝena al insulo Rote, Orienta Nusa Tenggara, Indonezio.
2. "Bolelebo" estas populara kanto laŭdanta Timor-landon.
3. "Laruo" (kupang-malaje: laru) s konata tradicia trinkaĵo farita el fermentita dolĉa suko de la floraj tigoj de palmarbo (lontararbo), kun trempado en certaj radikoj.
4. "Katemakmaizo" (davanlingve: penpasû) estas tradicia timora manĝaĵo. Kutime, gi estas farita el seka maizo bone boligita kune kun faboj, papaj folioj kaj fruktoj, aŭ kukurbaj folioj kaj fruktoj kaj aliaj verdaj legomoj el la familia ĝardeno. Foje, ĉi tiu tipa manĝaĵo, facile trovebla tra la insulo, estas servata kun viando (eble porkaĵo) aŭ fiŝo.
----------------

La originala versio:

MARI KATÓNG PI


Dari: Yohanes Manhitu

Ini kapal baro’o,
ada barang tapo'a,
ma panumpang kuat
dan pegang satu tekad:
sampe di pulo harapan.

Ombak, son bisa lu masparak.
Biar-ko dong tarús barmaen.
Galombang, sapa bisa tahan?
Biar-ko dia tatáp bagulung.
Biar-ko idop ni ada warna.
Biar-ko katóng pasang mata.

Ada manara tua di laut pung sablá.
Di sana, ada lampu yang taráng.
Dari jao, tacium bau cendana
dari akar bésar yang tabakar.
Ada suara orang maen sasando;
ana dong manyanyi lagu Bolelebo;
ada pesta deng daging se'i;
ada orang yang minum laru.
Jagong katemak menu utama.
Samua orang kas' tunju sanyúm.

Yogyakarta, 9 Oktober 2004

-------------------------------
* Kabar gembira ini telah dibagikan di Facebook pada tanggal 23 Juli 2025.
** Majalah sastra berbahasa Esperanto ini diterbitkan setiap bulan oleh John Huang & Erika Godo di Mississauga, Ontario, Kanada.

Foto: Cuplikan dari majalah "Literatura Vivo".

Thursday, July 17, 2025

SAINT MARTIN NAN INDAH --- BEAUTIFUL SAINT MARTIN Oleh/By: S.M. Shahnoor (Bangladesh)

Foto: eturbonews.com

 
Puisi Dwibahasa: Indonesia-Inggris /
Bilingual Poem: Indonesian-English
-----------------------------------

SAINT MARTIN NAN INDAH

Oleh: S.M. Shahnoor*

Di muara Sungai Naf di bagian paling selatan Bangladesh,
Serombongan peniaga Arab menemukan sebidang tanah.
Dinamakannya Jinjira lantaran kelapanya nan melimpah.
Di sisi selatannya, terletak pulau yang bernama Chhera.
Tim survei tanah Inggris datang ke sini pada 1900 Masehi.
Survei itu dilakukan sebagai bagian dari India Britania.
Alamnya sangat permai, air lautnya kekal abadi.
Karena itu, disebut St. Martin, nama seorang suci Kristen.
Tiga keluarga dari Arakan adalah sepuluh pemukim perdana di Benggala.
Selain menangkap ikan untuk pencarian, mereka sedikit bertani.
Satu atau dua hari lagi, pulau ini berusia dua ratus tahun.
Martabatnya telah meningkat berkat sifat-sifat baiknya.
Luas wilayah 8 kilometer persegi dihuni 8 ribu orang,
Pekerjaan mayoritasnya adalah menangkap ikan dan bertanam padi.
Alangkah banyak burung yang bersahut-sahutan di atas pohon nyiur,
Bulan tersenyum pada malam hari di tengah dedaunan pandan laut.
Di pantai, ‘kan kausaksikan ribuan anak penyu dan ganggang hijau.
Akan kaulihat segala jenis karang dengan sepasang matamu.
Di sini, pikiran manusia selembut ikan laut.
Kelapa bakal setengah terendam di air laut.
Akan kaulihat dinding karang, langit biru, dan ombak laut biru.
Tak seorang pun bakal melupakan St. Martin nan berpasir.
Pulau indah St. Martin amat elok dipandang.
Keindahannya tiada berkesudahan.
Ini ibarat Tilottama Bangladesh yang lain.

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia dari versi Inggris (berjudul "BEAUTIFUL SAINT MARTIN") oleh Yohanes Manhitu; Ungaran, Jawa Tengah, Indonesia, 7 Agustus 2022
---------------------------------------

Versi sumber (the source poem):

BEAUTIFUL SAINT MARTIN

by S M Shahnoor

At the mouth of the Naf River in the far south of Bangladesh,
A group of Arab merchants found a piece of land.
Jinjira named it after the abundance of coconuts,
To the south of it, the island is named Chhera.
The British land survey team came here in 1900 AD.
The survey was conducted as part of British India.
The nature is very beautiful, the sea water is immortal.
That is why St. Martin was named after a Christian saint.
Three families of Arakan are the first ten settlements in Bengal.
Apart from fishing for subsistence, they did little farming.
One day or two, the age of the island is two hundred years.
His self-esteem has increased 8 sq km area inhabited by 8 thousand people,
The majority occupations are fishing and paddy farming.
How many birds call on the palm tree,
The moon smiles at night in the middle of the keya leaves.
On the beach you will see thousands of turtle cubs, green algae.
You will see all kinds of corals with two eyes.
Here the human mind is as soft as a fish.
Coconut will be soaked in water.
You will see the coral wall, the blue sky, the waves of the blue sea.
No one will forget the sandy St. Martin.
The beauty island St. Martin is very beautiful to look at.
There is no end to her beauty.
This is like another Tilottama Bangladesh.

------------------------------------------------
* S.M. Shahnoor (menurut EYD; ejaan asli: S M Shahnoor) lahir di Desa Ballvavpur pada tanggal 6 September 1969. Ia adalah seorang penyair dan peneliti sejarah kawasan yang terkenal di Bangladesh. Sejak kecil, ia telah menulis puisi dan cerita. Buku puisi perdananya, Smritir Michile, diterbitkan di Ekushey Book Fair pada tahun 2005. Hingga sekarang, ia telah menerbitkan 14 buku yang meliputi penelitian, perjalanan, biografi, sejarah-tradisi, dan puisi.

HO, MIA KOR' de L.L. Zamenhof en la indonezia

Ilustrasi: www.istockphoto.com

OH, JANTUNGKU

Oleh: L.L. Zamenhof*

Oh, jantungku, jangan kau berdetak gelisah,
Jangan lompat ke luar dari dadaku kini!
Sudah tak sanggup kubertahan,
Oh, jantungku!

Oh, jantungku! Setelah lama bekerja,
Tidakkah aku ‘kan menang di saat kritis?
Cukup! tenanglah kau berdetak,
Oh, jantungku!

Diterjemahkan Yohanes Manhitu
Ungaran, Jateng, 15 Juli 2025

-----------------

Versi asli (Originala versio):


HO, MIA KOR'

de L.L. Zamenhof

Ho, mia kor', ne batu maltrankvile,
El mia brusto nun ne saltu for!
Jam teni min ne povas mi facile,
Ho, mia kor'!

Ho, mia kor'! Post longa laborado
Ĉu mi ne venkos en decida hor'?
Sufiĉe! trankviliĝu de l' batado,
Ho, mia kor'!

------------
*) L.L. Zamenhof (1859–1917) adalah perancang bahasa Esperanto (la lingvo internacia), bahasa rancangan yang paling sukses di muka bumi (hadir sejak tahun 1887). Ia juga seorang sastrawan hebat dalam bahasa ciptaannya. Puisi "Ho, mia kor'" di atas terdapat dalam buku Esperanta Antologio: Poemoj 1887-1981 (Rotterdam: Universala Esperanto-Asocio, 1984; hlm. 4). Puisi tersebut adalah puisi pertama Zamenhof yang ditulis (1887) dan diterbitkan dalam bahasa Esperanto pada tahun yang sama, mendahului "La Espero" (1890). Dengan kata lain, puisi "Ho, mia kor'" adalah teks sastra pertama yang diterbitkan dalam Esperanto.

Monday, June 30, 2025

GRATULON PRO LA APERO DE LA NOVA LITERATURA REVUO "LITERATURA VIVO"! BONŜANCON KAJ SUKCESON! SALUTOJN EL INDONEZIO!

Literatura Vivo: Nova revuo en Esperanto

Aperis kaj senpage elŝuteblas la unua numero de la ĉiumonata bitgazeto “Literatura Vivo”. La fondinto kaj ĉefredaktoro de LV Erika Godó kaj ĝia kunredaktoro John Huang jene alparolas la legantojn:

“Vi legas la unuan numeron de Literatura Vivo. Nia celo estas krei platformon, kie interesiĝantoj pri literaturo povas renkonti la plej novajn verkadojn kaj verkistojn. En nia revuo vi povas legi poemojn, prozojn kaj novelojn kaj intervjuojn kun verkistoj, same kiel helpi kompreni klasikajn verkojn pli profunde. Krome, ni ofertas eblon por verkistoj kaj poetoj montri siajn proprajn verkojn. Aliĝu al ni kaj malkovru kune la mondon de literaturo! Ni atendas viajn rimarkojn kaj sugestojn!”

La unua eldono de “Literatura Vivo” (julio 2025) estas 86-paĝa; ĝi enhavas jenajn sekciojn:

- Originala poezio
- Tradukita poezio
- Originala prozo
- Tradukita prozo
- Artikolo kaj eseo

Inter la aŭtoroj estas pluraj kontribuantoj de “Beletra Edeno”.

Cetere, la retejo de la nova revuo estas titolita “La Literatura Vivo” kaj la ĉefartikolo en ĝi aperas sub la titolo “Pri La Literatura Vivo”, sed en la titolo de la revuo mem mankas la artikolo “la”.

“Literatura Vivo” estas libere elŝutebla ĉe https://literaturavivo.com.
------------------------------

KABAR GEMBIRA DARI TIONGKOK: TERJEMAHAN ESPERANTO DARI PUISI YOSEPH NAI HELLY TERBIT DALAM MAJALAH "PENSEO" DI TIONGKOK

Foto: Cuplikan dari majalah tersebut

Ternyata terjemahan Esperanto (berjudul "KIU ESTAS MI?") yang saya buat dari puisi "SIAPAKAH AKU?" (karya Yoseph Nai Helly) telah terbit dalam PENSEO (No. 395), sebuah majalah sastra bulanan Esperanto yang didirikan di Republik Rakyat Cina (RRC) pada tahun 1990. Silakan lihat di http://esperanto-indre.com/IMG/pdf/penseo395.pdf. Di sini, saya cantumkan terjemahan Esperanto tersebut dan versi aslinya. Selamat membaca dan salam sastra ke seluruh penjuru jagat!

---------------------------------------------------------------------

KIU ESTAS MI?

de Yoseph Nai Helly*

Kiu estas mi?
Eble vi scias.
Aŭ vi scias,
sed ne multe.

Rigardu min
per via mensa okulo.
Imagu pli longe,
pli malproksime.

Fakte,
vi ne scias multe.
Eĉ se vi scias,
nur preterpase.

Eĉ mi mem ne scias,
des malpli vi, kiu nur preterpasis
transirante la savanon
belan, plenan je trompoj.

Vi ne bezonas scii
ĉar ankaŭ mi ne volas, ke vi sciu;
ĉar mi mem ne konas
la profundon de la oceano.

Tio sufiĉas!
Nur lasu la venton blovi.
Nur aŭskultu la kantadon
de la kanario, kiu dancas
por inciteti sian partneron.

Esperanta traduko: Yohanes Manhitu
Ungaran, la 12an de aŭgusto 2024
------------------------------------
*) Yoseph Nai Helly (okcident-timorano loĝanta en Yogyakarta) estas indonezia poeto, verkisto kaj bibliotekisto. Nuntempe li estas la estro de la biblioteko de la “Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Yogyakarta” (indonezialingve, Nacia Tera Kolegio de Yogyakarta). Li ankaŭ estas membro de la redakcio de la “Majalah Pendidikan Literasi Guru” (indonezialingve, Revuo pri Instruista Legoscio-Eduko). En decembro 2023, sia indonezialingva libro "Kuubah Duniaku, Antara Imajinasi dan Kenyataan” (Mi ŝanĝas mian mondon, inter imago kaj realo) estis eldonita de Lembaga Ladang Kata en Yogyakarta.
------------------------------------------

Versi asli (dalam bahasa Indonesia):

SIAPAKAH AKU?

Oleh: Yoseph Nai Helly**

Siapakah aku?
Mungkin kau tahu.
Atau kau kenal,
tapi tidak tahu banyak.

Pandanglah aku
dengan mata batinmu.
Bayangkan lebih lama,
lebih jauh nun di sana.

Sebenarnya,
kau tak banyak tahu.
Kalaupun kau tahu,
sekadar tahu sepintas.

Aku saja tak tahu,
apalagi kau yang hanya berlalu
melintasi padang sabana
indah, penuh tipuan.

Tak perlu kau tahu
s’bab aku pun tak ingin kau tahu,
karena aku sendiri tak tahu
dalamnya samudra.

Sudahlah!
Biarkan saja angin berhembus.
Dengarkan saja kicauan burung kenari
sedang menari, menggoda pasangannya.

Yogyakarta, 5 Agustus 2021

------------------------------
**) Yoseph Nai Helly (berasal dari Timor Barat, NTT, sekarang tinggal di Yogyakarta) adalah penyair, penulis, dan pustakawan Indonesia. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Yogyakarta. Ia juga adalah anggota redaksi "Majalah Pendidikan Literasi Guru" (MALIGU). Pada bulan Desember 2023, bukunya yang berjudul "Kuubah Duniaku, Antara Imajinasi dan Kenyataan" diterbitkan Lembaga Ladang Kata di Yogyakarta.

Pantun Bahasa Indonesia: Pikiran Bebas

Foto: istockphoto.com


Kain katun dari benang kapas.
Sedikit basah disapu ombak.
Biarpun diam, pikiran bebas.
Tindakan jadi ujung tombak.

Penulis: Yohanes Manhitu
Ungaran, 5 Juni 2025

SELAMAT JALAN, NGUGI WA THIONG’O, SINGA SASTRA AFRIKA! (5 Jan. 1938–28 Mei 2025)

Foto: eastleighvoice.co.ke

Ngugi Wa Thiong’o (5 Januari 1938–28 Mei 2025) adalah singa sastra Afrika, seorang sastrawan (novelis) besar dari Kenya dan calon penerima Nobel Sastra (yang sudah dicalonkan beberapa kali). Saya senang membaca tentang dia dan juga perjuangannya, terutama tentang kesungguhannya untuk melestarikan bahasa-bahasa asli Afrika. Asyik sekali bisa membaca wawancaranya dalam bahasa Spanyol, berjudul "Ngugi Wa Thiong’o: “Yo quiero competir con Cervantes”". 🌺

Catatan: Tulisan singkat ini telah diposting di dinding Facebook saya pada tanggal 30 Mei 2025 sebagai belasungkawa atas meninggalnya sastrawan hebat ini. 

BALE NAGI

Foto: www.youtube.com

Cipt. N.N.**


Lia lampu menyala di Pante Uste–e
Orang bekarang di angin sejo–e
Inga pa mo ema jao–e
So inga ade mo kaka jao–e

Pengga ole ma wura lewa Tanjo Bunga
Malam embo ujan po rinte–e
Tanjo Bunga meking jao–e
Sinyo tedampa lah di tanah orang

Reff.
Bale Nagi.. Bale Nagi.. Bale Nagi, Sinyo–e
No–e, kendati nae bero–e
Bale Nagi.. Bale Nagi, No–e
No–e, kendati nae bero–e
---------------------------
*) Lagu populer NTT dalam bahasa Melayu Larantuka, sebuah ragam Melayu (nama lokal: bahasa Nagi) yang aktif digunakan hingga kini di Larantuka (Flores Timur) dan sekitarnya.
**) Menurut https://jandjangun.wordpress.com, pencipta lagu ini adalah Jan Berchmans Lisen Djangun (Jan Djangun, 1962).

Friday, May 9, 2025

"In Illo uno unum": Moto kepausan Sri Paus Leo XIV

Salve! Moto kepausan Sri Paus Leo XIV adalah In Illo uno unum (dalam bahasa Latin). Sebagai catatan, Illo (dalam moto ini) adalah kata ganti diri untuk Yesus Kristus. Berikut adalah beberapa terjemahan bebas (nama bahasa terdapat dalam kurung). Semoga berguna!

Dalam Dia yang satu, kita adalah satu. (Indonesia)
Nbi In lê mesê, hit mesê kit. (Metô/Dawan/Baikenu)
Iha Nia mak ida, ita ne'e ida. (Tetun Resmi/Nasional)
Dans Celui qui est un, nous sommes un. (Prancis)
Di Dia yang satu tu, katóng satu. (Mly Kupang)
En Li, kiu estas unu, ni unu estas. (Esperanto)
Nele, que é um, nós somos um. (Portugis)
In Hem, die één is, zijn wij één. (Belanda)
In Him, who is one, we are one. (Inggris)
En Aquel uno, somos uno. (Spanyol)

Terjemahan bebas: Yohanes Manhitu
Ungaran, Jawa Tengah, 9 Mei 2025

Teladan top bagi siapa pun yang mau belajar banyak bahasa! Paus berbicara lima bahasa

Foto Sri Paus Leo XIV: 6abc.com

Kini seorang poliglot (lagi) telah dipilih menjadi pemimpin Umat Katolik sedunia (Gereja Universal) dengan nama Paus Leo XIV (nama lahir: Robert Francis Prevost). Menurut sumber siber (ncronline.org), Sri Paus Leo XIV berbicara bahasa Inggris, Spanyol, Italia, Prancis dan Portugis, serta bisa membaca dalam bahasa Latin dan Jerman.

Pada kemunculan pertama sebagai Sri Paus, beliau menggunakan tiga bahasa: Italia, Latin, dan Spanyol. Menarik untuk direnungkan karena, walau berasal dari Chicago, Amerika Serikat, beliau tidak berbahasa Inggris pada kemunculan perdana yang historis itu. Menarik!

Penulis dan penerjemah: Yohanes Manhitu
Kota Ungaran, Jawa Tengah, 9 Mei 2025

Selamat datang, Paus Leo XIV!

Foto: YouTube (Live EWTN)

Selamat datang, Paus Leo XIV! (Indonesia)
Tkoenoktém, Amâ-Paus Leo XIV! (Dawan)
Benvindu, Amu-Papa Leão XIV! (Tetun TL)
Salamat datang, Paus Leo XIV! (Kupang)
Bonvenon, Papo Leono XIV! (Esperanto)
Sugeng rawuh, Sri Paus Leo XIV! (Jawa)
Willkommen, Papst Leo XIV! (Jerman)
Bem-vindo, Papa Leão XIV! (Portugis)
¡Bienvenido, Papa León XIV! (Spanyol)
Bienvenue, Pape Léon XIV ! (Prancis)
Benvenuto, Papa Leone XIV! (Italia)
Bene venisti, Papa Leo XIV! (Latin)
Welcome, Pope Leo XIV! (Inggris)
Welkom, Paus Leo XIV! (Belanda)
Karibu, Papa Leo XIV! (Swahili)

Ucapan dari Yohanes Manhitu
Ungaran, Jateng, 9 Mei 2025

Saturday, April 26, 2025

Surat Wasiat Paus Fransiskus (Terjemahan Dawan)

Foto: https://www.hindustantimes.com

Hari ini, jenazah Sri Paus Fransiskus telah dimakamkan. Sekali lagi, beristirahatlah dalam damai, Bapa Suci! Doakanlah kami!

Untuk menandai hari yang penuh duka dan amat bersejarah ini, di sini, saya membagikan versi Dawan (Uab Metô) dari "Surat Wasiat Paus Fransiskus" yang saya terjemahkan sendiri pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi yang bisa berbahasa Dawan. Salam mesra!

Catatan: Terjemahan Dawan ini dikerjakan seluruhnya atas inisiatif pribadi (saya sendiri) sebagai pegiat bahasa dan sastra (saja) sehingga tidak "boleh" dipandang sebagai terjemahan resmi Gereja Katolik (di wilayah berbahasa Dawan). Apabila ada kekeliruan dalam terjemahan ini, akan saya perbaiki seperlunya. Maklum, masih terus belajar! 🙏


PAUS FRANSISKUS IN SULTAËN AMUNÎSEKÊ*

Paus Fransiskus in sultaën amunîsekê, nok tanggal 29 Funnê 2022, mapublikasi ben he nfe lekat henait in masubâ a-nbi Basilika Santa Maria Mayor.
-------------------------------------------

Miserando atque Eligendo
Èk Trinitas Akninôsekê In kanan. Amin.

Nbi oras au utnín kimû neu au monit a-nbi pah-pinan i npaumaken, ma èki fnekan mâtanê he upèn Monit Abalbalat, au ‘loim he uteab au lomit amunîsekê a-ntomneu ba au nate in balan.

Nâko au monit tala neno i, ma selama au mepu on uispaer ma uskup, au ûnaät piuta au fuake neu Hit Usî In Ainaf, Maria Tnanâteme Apèntetus. Es onnane, au ‘toit he kalu au ‘maet, hi msúb kau – he èki ‘pao neno neu Fenat’aof – nbi Basilika Papal Santa Maria Mayor.

Au ‘loim he au naot amunîsekê a-nbi pah-pinan i namsòp lekleko nbi Ainâ Maria in bale kninô mnasî i, lê unû au ès okan he ‘onen a-nbi oras au he u’úb ma usòp ulail au Naot Apostolik, ma èk nektoes, ûnaät au salit neu Aina Kaätómsanat, ma ‘fe ne seunbanit fun in a-npanat kau on ainâ nekmalulê.

Au ‘toit he au nate masiap a-nbi akòput baelsubat abít lal’anâ ninê lê a-nbatis Kapela Paulus (Kapela Salus Populi Romani) nok Kapela Sforza abít Basilika, onlê malekâ a-nbi gambar lê nabia sulat i.

Nate nane musti nbi naijan; kamafukal, ma ka nok fa hias sâ-sâ, ala nok tuis i: Franciscus.

Baen neu siap nate lê i lof mamnaitî nâko loit lê ném nâko donatur-es, lê au ‘urus ulali ben he loit nane masònû neu Basilika Papal Santa Maria Mayor. Au ‘lekan ulail Kardinal Rolandas Makrickas, Basilika Liberiana in Komisaris Luarbiasa, sâ lê a-nparlú neu lê i.

Lobaithe Usî a-nfe balas lê namnés neu tuaf ok-okê lê a-nfe kau laismanekat-en ma lê a-nönen a-ntulun kau piut. Sutais i, lê a-ntoman kau nbi au monit ini msòpun, au utnate neu hit Usî, he nmuî dame nbi pah-pinan ma nmuî fefleko on olif-tataf a-nbi to’úf es nok to’úf bian.**

Santa Marta, 29 Funnê 2022
FRANSISKUS

--------------------------------------------------
*) Atlakab neu uab Metô: Yohanes Manhitu (Ungaran, 26 Funhâ 2025). Tlakab neu Metô i au ‘moê uhúnne nâko versi uab Ingris, ma oket unesâ ufanî in hasil ok-okê nok versi Itálias ma versi Spanyol.
**) To’úf es nok to’úf bian = bangsa es nok bangsa bian.

Friday, April 18, 2025

Iha Krús Leten - Di Atas Salib

Puisi Dwibahasa: Tetun Resmi-Indonesia*

Foto: https://www.istockphoto.com

IHA KRÚS LETEN


Autór: Yohanes Manhitu

Iha krús leten ne’ebá,
ita-nia Na’i tabelen
entre lalehan no rai
hanesan sala-na’in boot.

Iha krús leten ne’ebá,
ita-nia Na’i hakruuk
no hateke tun ba rai
be sofre manas globál.

Iha krús leten ne’ebá,
ita-nia Na’i hanorin
atu ita bele tahan terus
to’o dalan nia rohan.

Iha krús leten ne’ebá,
ita-nia Na’i hatudu
katak ksolok ne’e ita-nian
se ita la ta’uk dalan susar.

Kefa, Timór, Janeiru 2010
----------------------------

DI ATAS SALIB

Oleh: Yohanes Manhitu

Di atas salib itu,
Tuhan kita bergantung
di antara langit dan bumi
laksana perdosa besar.

Di atas salib itu,
Tuhan kita merunduk
dan menatap ke bumi
yang dilanda panas global.

Di atas salib itu,
Tuhan kita mengajari
agar kita tahan derita
sampai ke ujung jalan.

Di atas salib itu,
Tuhan kita menunjukkan
bahwa kebahagiaan itu milik kita
bila kita tak gentar akan jalan derita

Kefa, Timor, Januari 2010
---------------------------
*) Puisi dwibahasa ini terbit dalam buku LIRIK SANTALUM: Kumpulan Puisi Dawan dan Tetun dengan Terjemahan Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Diandra Kreatif, Mei 2019; hlm. 222-223), yang ditulis dan diterjemahkan sendiri oleh Yohanes Manhitu. Selamat Memperingati Jumat Agung! (Ungaran, 18 April 2025)

Sunday, April 13, 2025

Ucapan "Selamat Hari Minggu Palma! " dalam 15 Bahasa (Ungaran, Jateng, 13 April 2025)

Video: Yohanes Manhitu, GKR Ungaran, 13 April 2025

Selamat Hari Minggu Palma! (Indonesia)
Joyeux Dimanche des Rameaux ! (Prancis)
Salamat Hari Minggu Palem! (Melayu Kpg)
Tabê Nenônaek Petnoö! (Metô/Dawan)
Felicem Dominicam Palmarum! (Latin)
Sugeng Dinten Minggu Palem! (Jawa)
¡Feliz Domingo de Ramos! (Spanyol)
Jumapili Njema ya Matawi! (Swahili)
Felice Domenica delle Palme! (Italia)
Feliĉan Palmodimanĉon! (Esperanto)
Feliz Domingo de Ramos! (Portugis)
Domingu Ramu Kmanek! (Tetun)
Frohen Palmsonntag! (Jerman)
Happy Palm Sunday! (Inggris)
Vrolijk Palmpasen! (Belanda)

Friday, April 4, 2025

Hari Ini Mgr. Petrus Turang Berpulang

Foto: https://x.com/RomoKristiadipr

Requiescat in pace ad vitam aeternam (Semoga ia beristirahat dalam damai menuju kehidupan abadi).

Masih teringat penahbisan Mgr. Petrus Turang pada tanggal 27 Juli 1997 di Arena Promosi Hasil Kerajinan Tangan Rakyat NTT, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Kelapa Lima, Kupang. Saya bersyukur bisa ikut menyaksikan peristiwa iman yang bersejarah tersebut. Saat itu, saya masih mahasiswa FKIP Undana Kupang. Selama masih tinggal di Oepura, Kupang, beberapa kali saya hadir dalam misa yang dipimpin beliau di Katedral Kupang.

Kini sang gembala umat yang berasal dari Manado itu telah pergi. Terima kasih banyak atas karya pelayanan Yang Mulia semasa hidup. Jasa-jasa Yang Mulia akan tetap dikenang. 💖

Monday, March 31, 2025

HAKRAIK AN BA HA'U-NIA DOBEN (Lagu Tetun Dili)

HAKRAIK AN BA HA'U-NIA DOBEN*

Cipt. Abito Gama (penyanyi TL)
Hakraik an ba ha'u-nia doben
Doben ida mak ha'u hadomi
Uluk ha'u tuir ko'alia mai ha'u
Katak ó mate de'it ho ha'u
Ikus fali liafuan mai hosi anin
To'o ha'u-nia tilun dehan ó iha ona
Ha'u-nia fuan tuku-tuku
Nu'usá mak sai nune'e
Se ó lakohi, heteten
loos de'it mai
Selae to'o ikus fali, hasoru malu,
Hafuhu malu hanesan ema seluk
Ha'u-nia doben sala saida
Hateten loos de'it mai
Keta hatudu oin-buis nune'e
Sala ne'e mak ha'u halo, ó haree ona
Labele hirus, doben di'ak
Uluk ha'u tuir, ko'alia mai ha'u
Katak ó mate de'it ho ha'u
Reff. (Setelah melodi)
Ikus fali liafuan mai hosi anin
To'o ha'u-nia tilun dehan ó iha ona
Ha'u-nia fuan tuku-tuku
Nu'usá mak sai nune'e
Se ó lakohi, heteten
loos de'it mai
Selae to'o ikus fali, hasoru malu,
Hafuhu malu hanesan ema seluk
Ha'u-nia doben sala saida
Hateten loos de'it mai
Keta hatudu oin-buis nune'e
Sala ne'e mak ha'u halo, ó haree ona
Labele hirus, doben di'ak
Uluk ha'u tuir, ko'alia mai ha'u
Katak ó mate de'it ho ha'u
-------------------------
*) Lirik ini saya catat langsung ketika mendengarkan lagu ini. Kata-katanya sengaja saya sesuaikan dengan "Ortografia Patronizada" (2004), ejaan resmi bahasa Tetun. Tentu lagu ini digubah dalam dialek Tetun Dili sebelum ada ejaan resmi tersebut. Sesuaikan saja pengucapannya.

Friday, March 28, 2025

Tokoh Penting dan Pencinta Budaya Itu Telah Pergi: Ungkapan Hati Seorang Saudara di Seberang

Sebenarnya, sulit untuk membuat tulisan ini pada saat duka seperti ini. Berat rasanya untuk menulis sebagai bagian dari rumpun keluarga Fernandes-Manhitu yang lagi berduka, tetapi saya merasa perlu menulis sesuatu, entah cukup atau tidak, sebagai ungkapan hati. Untuk kurang-lebihnya, saya mohon maaf sebelumnya. Harap maklum.

Secara pribadi, saya berdukacita mendalam atas peristiwa tak terduga yang dialami Kak Ray dan saudara-saudara lain (nelayan, mekanik dll.) yang bersama-sama melaut di perairan utara TTU tersebut. Kemarin subuh, setelah memperoleh berita awal lewat media siber, saya berusaha untuk terus mengikuti berita itu hingga memperoleh kejelasan. Saya juga sempat menghubungi keluarga di Noemuti.

Belasungkawa tulus saya ditujukan secara umum kepada semua pihak yang kehilangan saudara-saudara terkasih mereka dalam peristiwa yang sangat menyedihkan itu. Sungguh tak sampai hati melihat jenazah seorang bapak dan anaknya terbaring dalam rumah duka yang sama.

Secara khusus, sebagai kerabat, saya berdukacita dan merasakan kehilangan bersama Kakak Kristiana Muki dan anak-anaknya (Rio dan adik-adiknya), dan tentu juga bersama Om Fini (Om Yakobus Manue Fernandes) dan Tanta Hitu (Tanta Margaretha Hati Manhitu), Sdri. Lina, Sdr. Melki, dan Sdri. Marta. Kita semua berdoa untuk memohon istirahat dan kebahagiaan surgawi bagi Kak Ray dan juga minta keteguhan iman dari Tuhan bagi kita dalam menghadapi peristiwa ini.

Peristiwa ini berada di luar jangkauan kita sebagai manusia, sebagaimana saya coba gambarkan dalam puisi berikut ini (sebuah puisi lama). Kiranya baik untuk dibaca dan direnungkan.

MENYINGKIRKAN CAWAN DERITA*

Penulis & penerjemah: Yohanes Manhitu

Andaikan kita kuasa mengatakan tidak,
kita tak ‘kan mau minum dari cawan
yang penuh dengan kegetiran—
ikatan alam penderitaan.

Andaikan kita kuasa memperkirakan
hal yang mengancam kehidupan,
kita ‘kan siap ‘tuk menjauhkan
bahaya dan mungkin jua maut.

Adakalanya seperti dalam drama,
kita berperan hanya menurut skenario
yang telah disiapkan sang pengarang.
Ini membuat kita tak bisa memilih.

Andaikan manusia bisa menebak
dan memahami misteri-misteri
dengan kebebasan luas dari surga,
ia ‘kan lebih siap menyelamatkan hidup.

Noemuti, Timor (NTT), Januari 2011
* Terjemahan dari puisi Tetun saya, berjudul "HASEES KALIX TERUS NIAN" (dalam buku "Lirik Santalum", hlm. 239)
----------------------------------------

Tentang Kak Ray, baik sebagai pribadi maupun pemimpin, saya kira tak perlu saya berpanjang kata di sini karena sudah banyak orang yang tahu, dan bahkan tahu jauh lebih banyak daripada saya. Maklum, walaupun kami adalah kerabat dan berasal dari satu kampung (Bijeli, Noemuti), saya tinggal dan berkarya di luar Timor. Kami hanya bisa berjumpa ketika saya sedang berada di Timor. Itu pun kalau ada kesempatan (maklum, beliau amat sibuk). Aktivitas beliau sebagai seorang tokoh pun lebih banyak saya pantau lewat media massa.

Beliau adalah pencinta budaya. Itu tak sebatas pakaian adat yang dikenakan! Dari semua perjumpaan kami selama Kak Ray masih hidup, ada sebuah perjumpaan yang memungkinkan kami bisa berbincang cukup lama tentang budaya (perihal bahasa Dawan, sastra lisan Dawan [seni tutur], rumah adat dll.) dan juga sepintas tentang silsilah keluarga dan sejarah Timor. Perjumpaan itu terjadi di rumah pribadi Kak Ray ketika saya dan saudari saya (Anastasia Manhitu) serta kedua anaknya (Jelia dan Eras) berkunjung di suatu sore pada awal Agustus 2019. Sebelumnya, dalam sebuah acara di Bijeli pada akhir Juli 2019, terjadi obrolan singkat tentang saya lagi tulis buku apa dan buku apa yang baru terbit. Lalu, Kak Ray bilang, "Kalau ada waktu, nanti main ke rumah." Akhirnya, kami pun mencari waktu luang untuk berkunjung.

Dalam perjumpaan di atas, saya memberikan oleh-oleh berupa dua buku (yaitu Lirik Santalum dan Gitanjali-Sítnatas) yang baru diterbitkan Penerbit Diandra Kreatif di Yogyakarta pada bulan Mei 2019. Akhirnya, obrolan tentang budaya di Km. 5 jurusan Atambua itu berlanjut di ruang kerja beliau di Kantor Bupati TTU walaupun berlangsung singkat. Maklum, jadwal sangat padat! Saya pun sempat bertukar pikiran dengan beberapa pejabat Pemda tentang budaya Timor, terutama tentang bahasa dan sastra Dawan. Terima kasih banyak atas perjumpaan dan obrolan menarik itu. Terima kasih banyak juga atas apresiasi serta dukungan yang diberikan untuk karya-karya berbahasa Dawan. Semoga pemerintah daerah (Pemda) senantiasa memperhatikan dan turut dengan giat memelihara budaya daerah, termasuk bahasa dan sastranya.

"De mortuis nil nisi bonum" (Latin, Tentang orang yang telah meninggal, tiada hal selain yang baik). Mari kita bicarakan yang baik tentang Kak Ray dan saudara-saudara yang meninggal dalam peristiwa tak terduga di perairan utara TTU tersebut. Kita menimba hal-hal baik dari mereka yang telah mendahului kita.

Selamat jalan, Kak Ray (Raymundus Sau Fernandes, 31 Agustus 1972 – 27 Maret 2025)! Selamat jalan juga kepada saudara-saudara lain yang berpulang dalam peristiwa menyedihkan itu! Beristirahatlah dalam damai! Mlilê abalbalat neu ki mbi Uisneno In sonaf neno-tunan!

Ungaran, Jawa Tengah, 28 Maret 2025
------------------------------------------
Foto: Oleh seorang pegawai Pemda TTU (Agustus 2019). Keterangan: Kak Ray memegang buku Gitanjali (Sítnatas), terjemahan Dawan saya untuk karya Rabindranath Tagore, dan saya memegang buku Lirik Santalum: Kumpulan Puisi Dawan dan Tetun dengan Terjemahan Indonesia.

Friday, February 28, 2025

Telah Terbit Buku "Mencintai & Merayakan Literasi"

Foto: Kiriman dari Mas Yoseph

Selamat kepada Bung Yoseph Nai Helly* (Mas Yoseph) dan rekan-rekannya atas terbitnya buku Mencintai & Merayakan Literasi (Yogyakarta: Penerbit Mitra Mekar Berkarya, Januari 2025) yang merupakan kumpulan tulisan bersama (9 orang pegiat literasi). Semoga gerakan literasi di negeri tercinta ini semakin maju dan membuahkan hasil yang menggembirakan bagi semua. Salam literasi! 🎯

Catatan: Silakan hubungi Mas Yoseph melalui kotak pesan Facebook jika berminat untuk membeli buku bersama tersebut dan/atau buku lain yang ditulis oleh Mas Yoseph.
----------------------------------------
*) Yoseph Nai Helly (berasal dari Biboki, Kab. Timor Tengah Utara, Prov. Nusa Tenggara Timur) adalah seorang pustakawan (saat ini, kepala perpustakaan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional [STPN] Yogyakarta), penulis, dan pegiat literasi. Tulisan-tulisannya di bidang pertanahan, literasi dan sastra (puisi) telah terbit dalam berbagai media (buku, koran, dan majalah). Buku pertama (nonpertanahan) yang ditulisnya sendiri berjudul Kuubah Duniaku, Antara Imajinasi dan Kenyataan (Yogyakarta, Desember 2023). Anggota staf majalah "Literasi Guru" (majalah pendidikan yang berbasis di Yogyakarta) ini adalah anggota aktif Forum Batu Tulis Nusantara Yogyakarta (FBTNY).

Pantun Malayu Kupang: Jang Putus Asa

Foto: europosters.eu

Lu’at enak, pedís son rasa.
Ada se’i, son ada pepes.
Kalo gagal, jang putus asa.
Usaha lebe ko bisa sukses.

Panulis: Yohanes Manhitu
Noemuti, 30 Sept. 2019