Nació la palabra en la sangre, creció en el cuerpo oscuro, palpitando, y voló con los labios y la boca.
(The word was born in the blood, grew in the dark body, beating, and flew through the lips and the mouth.) Pablo Neruda, La palabra
Salve! Moto kepausan Sri Paus Leo XIV adalah In Illo uno unum (dalam bahasa Latin). Sebagai catatan, Illo (dalam moto ini) adalah kata ganti diri untuk Yesus Kristus. Berikut adalah beberapa terjemahan bebas (nama bahasa terdapat dalam kurung). Semoga berguna!
Dalam Dia yang satu, kita adalah satu. (Indonesia) Nbi In lê mesê, hit mesê kit. (Metô/Dawan/Baikenu) Iha Nia mak ida, ita ne'e ida. (Tetun Resmi/Nasional) Dans Celui qui est un, nous sommes un. (Prancis) Di Dia yang satu tu, katóng satu. (Mly Kupang) En Li, kiu estas unu, ni unu estas. (Esperanto) Nele, que é um, nós somos um. (Portugis) In Hem, die één is, zijn wij één. (Belanda) In Him, who is one, we are one. (Inggris) En Aquel uno, somos uno. (Spanyol)
Kini seorang poliglot (lagi) telah dipilih menjadi pemimpin Umat Katolik sedunia (Gereja Universal) dengan nama Paus Leo XIV (nama lahir: Robert Francis Prevost). Menurut sumber siber (ncronline.org), Sri Paus Leo XIV berbicara bahasa Inggris, Spanyol, Italia, Prancis dan Portugis, serta bisa membaca dalam bahasa Latin dan Jerman.
Pada kemunculan pertama sebagai Sri Paus, beliau menggunakan tiga bahasa: Italia, Latin, dan Spanyol. Menarik untuk direnungkan karena, walau berasal dari Chicago, Amerika Serikat, beliau tidak berbahasa Inggris pada kemunculan perdana yang historis itu. Menarik!
Benvindu, Amu-Papa Leão XIV! (Tetun TL) Salamat datang, Paus Leo XIV! (Kupang) Bonvenon, Papo Leono XIV! (Esperanto) Sugeng rawuh, Sri Paus Leo XIV! (Jawa) Willkommen, Papst Leo XIV! (Jerman) Bem-vindo, Papa Leão XIV! (Portugis) ¡Bienvenido, Papa León XIV! (Spanyol) Bienvenue, Pape Léon XIV ! (Prancis) Benvenuto, Papa Leone XIV! (Italia) Bene venisti, Papa Leo XIV! (Latin) Welcome, Pope Leo XIV! (Inggris) Welkom, Paus Leo XIV! (Belanda) Karibu, Papa Leo XIV! (Swahili)
Hari ini, jenazah Sri Paus Fransiskus telah dimakamkan. Sekali lagi, beristirahatlah dalam damai, Bapa Suci! Doakanlah kami!
Untuk menandai hari yang penuh duka dan amat bersejarah ini, di sini, saya membagikan versi Dawan (Uab Metô) dari "Surat Wasiat Paus Fransiskus" yang saya terjemahkan sendiri pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi yang bisa berbahasa Dawan. Salam mesra!
Catatan: Terjemahan Dawan ini dikerjakan seluruhnya atas inisiatif pribadi (saya sendiri) sebagai pegiat bahasa dan sastra (saja) sehingga tidak "boleh" dipandang sebagai terjemahan resmi Gereja Katolik (di wilayah berbahasa Dawan). Apabila ada kekeliruan dalam terjemahan ini, akan saya perbaiki seperlunya. Maklum, masih terus belajar! 🙏
PAUS FRANSISKUS IN SULTAËN AMUNÎSEKÊ*
Paus Fransiskus in sultaën amunîsekê, nok tanggal 29 Funnê 2022, mapublikasi ben he nfe lekat henait in masubâ a-nbi Basilika Santa Maria Mayor.
-------------------------------------------
Miserando atque Eligendo
Èk Trinitas Akninôsekê In kanan. Amin.
Nbi oras au utnín kimû neu au monit a-nbi pah-pinan i npaumaken, ma èki fnekan mâtanê he upèn Monit Abalbalat, au ‘loim he uteab au lomit amunîsekê a-ntomneu ba au nate in balan.
Nâko au monit tala neno i, ma selama au mepu on uispaer ma uskup, au ûnaät piuta au fuake neu Hit Usî In Ainaf, Maria Tnanâteme Apèntetus. Es onnane, au ‘toit he kalu au ‘maet, hi msúb kau – he èki ‘pao neno neu Fenat’aof – nbi Basilika Papal Santa Maria Mayor.
Au ‘loim he au naot amunîsekê a-nbi pah-pinan i namsòp lekleko nbi Ainâ Maria in bale kninô mnasî i, lê unû au ès okan he ‘onen a-nbi oras au he u’úb ma usòp ulail au Naot Apostolik, ma èk nektoes, ûnaät au salit neu Aina Kaätómsanat, ma ‘fe ne seunbanit fun in a-npanat kau on ainâ nekmalulê.
Au ‘toit he au nate masiap a-nbi akòput baelsubat abít lal’anâ ninê lê a-nbatis Kapela Paulus (Kapela Salus Populi Romani) nok Kapela Sforza abít Basilika, onlê malekâ a-nbi gambar lê nabia sulat i.
Nate nane musti nbi naijan; kamafukal, ma ka nok fa hias sâ-sâ, ala nok tuis i: Franciscus.
Baen neu siap nate lê i lof mamnaitî nâko loit lê ném nâko donatur-es, lê au ‘urus ulali ben he loit nane masònû neu Basilika Papal Santa Maria Mayor. Au ‘lekan ulail Kardinal Rolandas Makrickas, Basilika Liberiana in Komisaris Luarbiasa, sâ lê a-nparlú neu lê i.
Lobaithe Usî a-nfe balas lê namnés neu tuaf ok-okê lê a-nfe kau laismanekat-en ma lê a-nönen a-ntulun kau piut. Sutais i, lê a-ntoman kau nbi au monit ini msòpun, au utnate neu hit Usî, he nmuî dame nbi pah-pinan ma nmuî fefleko on olif-tataf a-nbi to’úf es nok to’úf bian.**
*) Atlakab neu uab Metô: Yohanes Manhitu (Ungaran, 26 Funhâ 2025). Tlakab neu Metô i au ‘moê uhúnne nâko versi uab Ingris, ma oket unesâ ufanî in hasil ok-okê nok versi Itálias ma versi Spanyol.
**) To’úf es nok to’úf bian = bangsa es nok bangsa bian.
*) Puisi dwibahasa ini terbit dalam buku LIRIK SANTALUM: Kumpulan Puisi Dawan dan Tetun dengan Terjemahan Indonesia (Yogyakarta: Penerbit Diandra Kreatif, Mei 2019; hlm. 222-223), yang ditulis dan diterjemahkan sendiri oleh Yohanes Manhitu. Selamat Memperingati Jumat Agung! (Ungaran, 18 April 2025)
Requiescat in pace ad vitam aeternam (Semoga ia beristirahat dalam damai menuju kehidupan abadi).
Masih teringat penahbisan Mgr. Petrus Turang pada tanggal 27 Juli 1997 di Arena Promosi Hasil Kerajinan Tangan Rakyat NTT, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Kelapa Lima, Kupang. Saya bersyukur bisa ikut menyaksikan peristiwa iman yang bersejarah tersebut. Saat itu, saya masih mahasiswa FKIP Undana Kupang. Selama masih tinggal di Oepura, Kupang, beberapa kali saya hadir dalam misa yang dipimpin beliau di Katedral Kupang.
Kini sang gembala umat yang berasal dari Manado itu telah pergi. Terima kasih banyak atas karya pelayanan Yang Mulia semasa hidup. Jasa-jasa Yang Mulia akan tetap dikenang. 💖
*) Lirik ini saya catat langsung ketika mendengarkan lagu ini. Kata-katanya sengaja saya sesuaikan dengan "Ortografia Patronizada" (2004), ejaan resmi bahasa Tetun. Tentu lagu ini digubah dalam dialek Tetun Dili sebelum ada ejaan resmi tersebut. Sesuaikan saja pengucapannya.
Sebenarnya, sulit untuk membuat tulisan ini pada saat duka seperti ini. Berat rasanya untuk menulis sebagai bagian dari rumpun keluarga Fernandes-Manhitu yang lagi berduka, tetapi saya merasa perlu menulis sesuatu, entah cukup atau tidak, sebagai ungkapan hati. Untuk kurang-lebihnya, saya mohon maaf sebelumnya. Harap maklum.
Secara pribadi, saya berdukacita mendalam atas peristiwa tak terduga yang dialami Kak Ray dan saudara-saudara lain (nelayan, mekanik dll.) yang bersama-sama melaut di perairan utara TTU tersebut. Kemarin subuh, setelah memperoleh berita awal lewat media siber, saya berusaha untuk terus mengikuti berita itu hingga memperoleh kejelasan. Saya juga sempat menghubungi keluarga di Noemuti.
Belasungkawa tulus saya ditujukan secara umum kepada semua pihak yang kehilangan saudara-saudara terkasih mereka dalam peristiwa yang sangat menyedihkan itu. Sungguh tak sampai hati melihat jenazah seorang bapak dan anaknya terbaring dalam rumah duka yang sama.
Secara khusus, sebagai kerabat, saya berdukacita dan merasakan kehilangan bersama Kakak Kristiana Muki dan anak-anaknya (Rio dan adik-adiknya), dan tentu juga bersama Om Fini (Om Yakobus Manue Fernandes) dan Tanta Hitu (Tanta Margaretha Hati Manhitu), Sdri. Lina, Sdr. Melki, dan Sdri. Marta. Kita semua berdoa untuk memohon istirahat dan kebahagiaan surgawi bagi Kak Ray dan juga minta keteguhan iman dari Tuhan bagi kita dalam menghadapi peristiwa ini.
Peristiwa ini berada di luar jangkauan kita sebagai manusia, sebagaimana saya coba gambarkan dalam puisi berikut ini (sebuah puisi lama). Kiranya baik untuk dibaca dan direnungkan.
MENYINGKIRKAN CAWAN DERITA*
Penulis & penerjemah: Yohanes Manhitu
Andaikan kita kuasa mengatakan tidak,
kita tak ‘kan mau minum dari cawan
yang penuh dengan kegetiran—
ikatan alam penderitaan.
Andaikan kita kuasa memperkirakan
hal yang mengancam kehidupan,
kita ‘kan siap ‘tuk menjauhkan
bahaya dan mungkin jua maut.
Adakalanya seperti dalam drama,
kita berperan hanya menurut skenario
yang telah disiapkan sang pengarang.
Ini membuat kita tak bisa memilih.
Andaikan manusia bisa menebak
dan memahami misteri-misteri
dengan kebebasan luas dari surga,
ia ‘kan lebih siap menyelamatkan hidup.
Noemuti, Timor (NTT), Januari 2011
* Terjemahan dari puisi Tetun saya, berjudul "HASEES KALIX TERUS NIAN" (dalam buku "Lirik Santalum", hlm. 239)
----------------------------------------
Tentang Kak Ray, baik sebagai pribadi maupun pemimpin, saya kira tak perlu saya berpanjang kata di sini karena sudah banyak orang yang tahu, dan bahkan tahu jauh lebih banyak daripada saya. Maklum, walaupun kami adalah kerabat dan berasal dari satu kampung (Bijeli, Noemuti), saya tinggal dan berkarya di luar Timor. Kami hanya bisa berjumpa ketika saya sedang berada di Timor. Itu pun kalau ada kesempatan (maklum, beliau amat sibuk). Aktivitas beliau sebagai seorang tokoh pun lebih banyak saya pantau lewat media massa.
Beliau adalah pencinta budaya. Itu tak sebatas pakaian adat yang dikenakan! Dari semua perjumpaan kami selama Kak Ray masih hidup, ada sebuah perjumpaan yang memungkinkan kami bisa berbincang cukup lama tentang budaya (perihal bahasa Dawan, sastra lisan Dawan [seni tutur], rumah adat dll.) dan juga sepintas tentang silsilah keluarga dan sejarah Timor. Perjumpaan itu terjadi di rumah pribadi Kak Ray ketika saya dan saudari saya (Anastasia Manhitu) serta kedua anaknya (Jelia dan Eras) berkunjung di suatu sore pada awal Agustus 2019. Sebelumnya, dalam sebuah acara di Bijeli pada akhir Juli 2019, terjadi obrolan singkat tentang saya lagi tulis buku apa dan buku apa yang baru terbit. Lalu, Kak Ray bilang, "Kalau ada waktu, nanti main ke rumah." Akhirnya, kami pun mencari waktu luang untuk berkunjung.
Dalam perjumpaan di atas, saya memberikan oleh-oleh berupa dua buku (yaitu Lirik Santalum dan Gitanjali-Sítnatas) yang baru diterbitkan Penerbit Diandra Kreatif di Yogyakarta pada bulan Mei 2019. Akhirnya, obrolan tentang budaya di Km. 5 jurusan Atambua itu berlanjut di ruang kerja beliau di Kantor Bupati TTU walaupun berlangsung singkat. Maklum, jadwal sangat padat! Saya pun sempat bertukar pikiran dengan beberapa pejabat Pemda tentang budaya Timor, terutama tentang bahasa dan sastra Dawan. Terima kasih banyak atas perjumpaan dan obrolan menarik itu. Terima kasih banyak juga atas apresiasi serta dukungan yang diberikan untuk karya-karya berbahasa Dawan. Semoga pemerintah daerah (Pemda) senantiasa memperhatikan dan turut dengan giat memelihara budaya daerah, termasuk bahasa dan sastranya.
"De mortuis nil nisi bonum" (Latin, Tentang orang yang telah meninggal, tiada hal selain yang baik). Mari kita bicarakan yang baik tentang Kak Ray dan saudara-saudara yang meninggal dalam peristiwa tak terduga di perairan utara TTU tersebut. Kita menimba hal-hal baik dari mereka yang telah mendahului kita.
Selamat jalan, Kak Ray (Raymundus Sau Fernandes, 31 Agustus 1972 – 27 Maret 2025)! Selamat jalan juga kepada saudara-saudara lain yang berpulang dalam peristiwa menyedihkan itu! Beristirahatlah dalam damai! Mlilê abalbalat neu ki mbi Uisneno In sonaf neno-tunan!
Ungaran, Jawa Tengah, 28 Maret 2025
------------------------------------------
Foto: Oleh seorang pegawai Pemda TTU (Agustus 2019). Keterangan: Kak Ray memegang buku Gitanjali (Sítnatas), terjemahan Dawan saya untuk karya Rabindranath Tagore, dan saya memegang buku Lirik Santalum: Kumpulan Puisi Dawan dan Tetun dengan Terjemahan Indonesia.
Selamat kepada Bung Yoseph Nai Helly* (Mas Yoseph) dan rekan-rekannya atas terbitnya buku Mencintai & Merayakan Literasi (Yogyakarta: Penerbit Mitra Mekar Berkarya, Januari 2025) yang merupakan kumpulan tulisan bersama (9 orang pegiat literasi). Semoga gerakan literasi di negeri tercinta ini semakin maju dan membuahkan hasil yang menggembirakan bagi semua. Salam literasi! 🎯
Catatan: Silakan hubungi Mas Yoseph melalui kotak pesan Facebook jika berminat untuk membeli buku bersama tersebut dan/atau buku lain yang ditulis oleh Mas Yoseph.
----------------------------------------
*) Yoseph Nai Helly (berasal dari Biboki, Kab. Timor Tengah Utara, Prov. Nusa Tenggara Timur) adalah seorang pustakawan (saat ini, kepala perpustakaan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional [STPN] Yogyakarta), penulis, dan pegiat literasi. Tulisan-tulisannya di bidang pertanahan, literasi dan sastra (puisi) telah terbit dalam berbagai media (buku, koran, dan majalah). Buku pertama (nonpertanahan) yang ditulisnya sendiri berjudul Kuubah Duniaku, Antara Imajinasi dan Kenyataan (Yogyakarta, Desember 2023). Anggota staf majalah "Literasi Guru" (majalah pendidikan yang berbasis di Yogyakarta) ini adalah anggota aktif Forum Batu Tulis Nusantara Yogyakarta (FBTNY).
Ripozu en paco, kara Majstro Renato Corsetti (29-an de marto 1941 – la 1-an de februaro 2025). Via foriro certe estas granda perdo por Esperanto kaj Esperantujo. Koran dankon pro via afabla atento kaj subteno por miaj verkoj en Esperanto, la lingvo internacia. Via boneco kaj bonfaroj vivos eterne.
BARANGKALI banyak orang belum mengenal bahasa Esperanto, bahasa rancangan yang paling sukses di muka bumi ini. Saya mulai belajar bahasa karya hebat Ludwik Lejzer Zamenhof (1859-1917) ini pada awal Januari 2001 dan baru berhasil menulis puisi pertama saya dalam bahasa nan indah ini pada bulan Juni 2006. Puisi yang berjudul "Sub la vasta ĉielo" (Di kolong langit luas) itu merupakan hasil perenungan saya tentang akibat gempa bumi dahsyat yang melanda Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006. Puisi perdana tersebut terbit dua kali di Jepang dalam Esperanto en Azio, buletin KAEM (Komisiono de UEA pri Azia Esperanto-Movado), no. 54 (September 2006) dan no. 56 (Mei 2007). "Sub la vasta ĉielo" kemudian menjadi judul kumpulan puisi pertama saya dalam bahasa Esperanto yang diterbitkan oleh penerbit Mondeto di Candelo, New South Wales, Australia, pada tahun 2010. Resensinya ditulis oleh dua sastrawan terkemuka dalam dunia sastra Esperanto, yaitu Trevor Steele dari Australia dan Jorge Camacho dari Spanyol. Informasi tentang kumpulan puisi ini tersebar luas di jagat penutur bahasa Esperanto, baik melalui media cetak maupun elektronik (termasuk sebuah radio Esperanto di Toulouse, Prancis). Semoga karya lain dalam bahasa hebat ciptaan Ludwik Lejzer Zamenhof ini segera menyusul. Mari kita menulis dalam bahasa apa pun, termasuk bahasa daerah! Bila kita menulis, kita pun (akhirnya) akan dibaca. Salam sastra! (Baca lebih lanjut di ymanhitu-works.blogspot.com)
Catatan: Buku Esperanto yang terbit di Australia ini dikoleksi oleh "The National Library of Australia" (Perpustakaan Nasional Australia [di Kota Canberra]).
Foto: Sawah di Linamnutu, TTS (oleh Martin Liufeto)
Saluton el Indonezio! Antaŭ naŭ jaroj (je 31an de decembro 2016), aperis en Antverpeno, Belgio, mia davana-esperanta poemaro Feotnai Mapules—Princino Laŭdata, eldonita de Eldonejo Libera. Ĉi tiu libro de 250 paĝoj enhavas 100 originalajn poemojn en la davana (ĉiuj estas miaj propraj verkoj) kaj 100 tradukitajn poemojn en Esperanto (ĉiuj estas miaj propraj tradukoj). Por aĉeti tiun ĉi dulingvan poemaron, bonvolu viziti: katalogo.uea.orgaŭ amazon.com.
Noto: La davana lingvo (davane: Uab Metô; tetume: lia-dawan, lia-baikenu; indonezie: bahasa Dawan; angle: the Dawan language) estas la plej vaste parolata enlanda lingvo en Okcidenta Timoro. Ĝi estas uzata plejmulte de la Atoni Pah Metô (laŭlitere “Homoj de la Seka Lando”) en la distrikto kaj la provincia ĉefurbo Kupang, la distrikto Timor Tengah Selatan (Suda Centra Timoro), la distrikto Timor Tengah Utara (Norda Centra Timoro) kaj kelkaj partoj de la distrikto Malaka, kaj ankaŭ estas uzata kiel nacia lingvo en Oekusi-Ambeno, distrikto de la Demokrata Respubliko de Orienta Timoro (tetume: Repúblika Demokrátika Timór-Leste; portugale: República Democrática de Timor-Leste).
I wish you welcome to my blog, which contains many things about me and my works. I hope you will enjoy the reading. Please don't hesitate to write me if necessary. Thanks a lot for visiting.
Simply click the picture to read about the blogger
Contact the Author/Blogger (Please use your real name and email. OK? Thank you!)