Foto: http://graphics8.nytimes.com |
Oleh: Yohanes Manhitu
Panas matahari tak lagi membakar kulit
seperti pada hari-hari yang baru berlalu.
Di langit, awan kelabu kini giat berarak
membuat alam seakan-akan sedih,
mengantar pergi cahaya mentari.
Setelah berhari-hari basahi bumi,
air hujan meresap semakin ke dalam
dan tumbuhkan keyakinan wanita desa
bahwa kini saat menanam telah tiba.
Pekarangan dan ladang pun basah sudah
setelah berhari-hari diguyur air hujan sore.
Kau pandang tangan-tangan berayun pasti
di permukaan tanah liang-liang terbuka
dan butir demi butir benih ditelan bumi.
Sambil menanti empat malam berlalu,
kami saksikan laron-laron berpesta
di sekeliling lampu neon hemat arus,
tinggalkan sayap-sayap yang patah.
Noemuti, TTU, 27 November 2008