Wednesday, November 30, 2016

Puisi "Vi preteriras kun la luno" di Edisi ke-227 (April 2011), Buletin "Vesperto"

Sekadar informasi. Beberapa saat lalu, saya baru tahu, setelah iseng melayari jagat Google, bahwa ternyata pada edisinya yang ke-227 (April 2011), buletin Vesperto memuat sebuah puisi Esperanto yang saya terjemahkan sendiri dari satu puisi Dawan saya: Vi preteriras kun la luno (dari puisi Ho mfin kum mok funan; Indonesia: Kauberlalu bersama rembulan). Yang menarik bagi saya adalah puisi itu dimuat pada halaman yang sama dengan karya Marjorie Boulton (lahir 7 Mei 1924)---seorang penyair perempuan Inggris yang termasyhur di dunia sastra Esperanto. Saya anggap hal ini sebagai motivasi bagus untuk lebih tekun berkarya.

Buletin sastra "Vesperto" yang terbit di Kaposvár, Hungaria, adalah salah satu media reguler yang menerbitkan beberapa puisi Esperanto asli saya pada awal kepenulisan saya dalam bahasa hebat ini (sejak 2006). Media sastra lain yang menerbitkan puisi (dan esai) Esperanto saya adalah "Beletra Almanako" (New York, AS), "La Karavelo" (Portugal), "Esperanto en Azio" (Jepang), dan juga "Sennaciulo" (Prancis). Semoga daftar media Esperanto ini bertambah.
--------------------------------------------


Puisi Esperanto-Dawan (versi asli)-Indonesia:

VI PRETERIRAS KUN LA LUNO

Meznokte aperas la luno,
la mondo estas en silento,
mi serĉas por vidi vian belecon
je la lumo de la luno.


Preskaŭ alvenas la suno
por bani la teron per varmeco,
vi preteriras kun la luno
kaj lasas al mi bedaŭron.


Sed la vivo ne haltas
kvankam via beleco franda
forlasas miajn sonĝojn,
ĉar mi ĉiam esperas.


Kefa, Timoro, februare 2011
------------------------------------


HO MFIN KUM MOK FUNAN

Fai natnán, funne natból,
pah-pinne mnesamnés,
au aim he ít ho masam
nbi funne in meûsinen.


Nenomatne he ntea ben
he nhoi pah nèk maputun,
ho mfin kum mok funan,
mubalab kau nektuäs.


Me monit ka nasnás fa
masi ho masam apaisâ
nasaitan au nanaitin
fun au ufnekan piuta.


Yogyakarta, Funhâ 2007
---------------------------


KAUBERLALU BERSAMA REMBULAN

Larut malam, muncul bulan,
sunyi sepi meliputi dunia,
kucari ‘tuk temukan elokmu
di terang sang rembulan.


Sang surya kini hampir tiba
‘tuk jemur bumi dengan panasnya,
kauberlalu bersama bulan,
sisakan aku kesedihan.


Namun hidup tak berakhir
walau elokmu yang menggoda
kini jauh dari mimpi-mimpiku
karena aku tetap berharap.
---------------------------


Salam mesra dan salam sastra bagi para penikmat sastra.
Foto: Cuplikan dari "Vesperto" edisi 227 (April 2011)

No comments:

Post a Comment