Tuesday, January 30, 2018

Mampir di Perpustakaan Daerah Timor Tengah Selatan (TTS) di Soe


Sekadar info pustaka. Pada pagi hari tanggal 16 Januari 2018, saya sempat mengunjungi perpustakaan daerah Timor Tengah Selatan (TTS) di Soe untuk menyerahkan kumpulan puisi "Catatan Sunyi" karya penyair Lembata Monika N. Arundhati dan juga brosur "Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis" karya saya. Sambil sarapan bersama dengan menu teh dan pisang luan rebus, saya dan para pegawai perpustakaan berbincang tentang ketersediaan buku tentang Timor dalam berbagai bidang dan pentingnya generasi NTT, terutama orang Timor, menulis dan terus menulis. Obrolan kami harus berakhir karena sederet objek foto masih menanti di luar, dan saya tak sempat mendapatkan buku-buku tentang Timor di perpustakaan tersebut. Semoga lain kali sempat. 

Foto: Diambil seorang ibu pegawai perpustakaan di ruang deposit budaya.

"Kamus Pengantar ALKITAB BAHASA KUPANG" (Kupang: UBB-GMIT, 2008)

 

Sekadar informasi pustaka. Dalam ekspedisi Timor Barat (11 Januari 2018, dengan jurusan Noemuti-Eban-Kapan-Soe-Noemuti), saya sempat mampir di Toko Buku "Sinar Putain" (satu-satunya toko buku di Soe?) dan sempat membeli buku mungil ini, berjudul "Kamus Pengantar ALKITAB BAHASA KUPANG" (Kupang: UBB-GMIT, 2008). Ini untuk "mendampingi" kitab "Tuhan Allah Pung Janji Baru" (Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Kupang yang diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia pada tahun 2007) yang saya sudah punya lebih dari 10 tahun. Sebuah karya bagus! Terima kasih banyak kepada Pdt. Dr. Adriana Dukabain Tunliu, M.T.S. dan anggota timnya atas tersedianya karya ini. Semoga lebih banyak karya bagus tersedia dalam bahasa-bahasa Nusantara. Salut atas berbagai upaya penerjemahan yang telah dibuat! 🙏

Foto sampul: Dokumen pribadi

Hatudu kbiit liuhosi dalan furak


Afinál, ema koñese ita tanba knaar ne'ebé ita hala'o nafatin. Entaun, bainhira hetan hela biban kapás, ita tenke uza didi'ak hodi hatudu ita-nia kbiit liuhosi dalan furak. Ema ida-idak serve umanidade ho dalan oioin. Kmanek!

Retratu: © Yohanes Manhitu (Noemuti, Timór, 23 Janeiru 2018)

Berkeliling dan berbagilah dengan banyak orang


Berkeliling dan berbagilah dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Belajarlah dari mereka. Guru ada di mana-mana, begitu pula murid. Tanggal 16 Januari 2018, dalam ekspedisi Timor Barat, saya mampir di sebuah rumah peninggalan Belanda di Air Besi, Kampung Sabu, Kota Soe. Karena terjebak hujan deras, obrolan awal tentang status rumah itu pada zaman Belanda (yakni penginapan pejabat Belanda) itu berlanjut dengan informasi menarik tentang pertanian dan perikanan. Bapak Moses L.N. Mone, tuan rumah yang juga seorang praktisi pertanian dan perikanan, membagikan pengalaman tentang dunianya. Kopi hangat yang disajikan Mama Mone yang ramah membuat obrolan di rumah tua tersebut semakin asyik. Seakan-akan saya minum kopi di zaman C.Th. van Deventer. Saya pikir, orang seperti Bapak Moses L.N. Mone ini patut dijadikan dosen luar biasa di Fakultas Pertanian. Salam budaya!

Foto: Apris Tefa (Air Besi, Kampung Sabu, 16 Januari 2018)

"Feotnai baiboki" yang tampak menawan


Senang melihat bunga anggrek liar yang telah "dijinakkan" ini berbunga dan tampak begitu indah, terutama di pagi hari. Kira-kira 10 tahun silam, anggrek ini saya sendiri pindahkan dari hutan di belakang rumah ke kebun di samping rumah kami di Noemuti, TTU. Pada masa silam, di Desa Sunu, Amanatun Selatan, pada generasi kakek saya, Simon Petrus Tunliu (dari garis ibu), bunga anggrek dijuluki "feotnai baiboki" (bahasa Dawan, putri yang berayun). Nama yang sangat indah. Masuk akal! Anggrek liar itu indah, namun tak terjangkau, karena bergelantung memesona di atas pohon. Foto anggrek jepretan saya sendiri telah menghiasi sampul antologi puisi Dawan-Esperanto saya Feotnai Mapules—Princino Laŭdata (Antwerpen, Belgia: Eldonejo Libera, 31 Desember 2016). Salam bunga anggrek dari Nusa Cendana!

Foto: © Yohanes Manhitu (Noemuti, 20 Januari 2018)