Monday, November 12, 2018

Bahasa Kristang (Portugis Malaka, Kreol Portugis) dan Puisi Dwibahasa Kristang-Indonesia

Foto peta kuno Benteng Malaka: gotheborg.com

Papia Kristang atau Kristang adalah sebuah bahasa kreol yang muncul dari kontak orang-orang Portugis dengan penduduk asli Malaka, Malaysia (setelah 1511). Menurut Wikipedia, di masa kini, bahasa ini---yang jumlah penuturnya terus berkurang---mempunyai ± 750 orang penutur di Malaka (Malaysia) dan 100 orang penutur di Singapura. Berikut adalah sebuah puisi dalam bahasa Kristang (dari Wikipedia), yang telah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia. Silakan baca!


-------------------------------------------

POEM OF MALACCA


Keng teng fortuna fikah na Malaka,
Nang kereh partih bai otru tera.
Pra ki tudu jenti teng amizadi,
Kontu partih logu fikah saudadi.

Oh Malaka, tera di San Francisku,
Nteh otru tera ki yo kereh.
Oh Malaka undi teng sempri fresku,
Yo kereh fikah ateh mureh.
-------------------------------------

SAJAK DARI MALAKA

Siapa yang beruntung tinggal di Malaka,
Tak ingin beranjak ke negeri lain.
Di sini, semua orang bersahabat,
Bila bertolak, orang lekas merindu.

Oh Malaka, negeri Santo Fransiskus,
Tiada negeri lain yang kukehendaki.
Oh Malaka, tempat yang selalu sejuk,
Kuingin tinggal di sini hingga kumati.

Terjemahan Indonesia: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 12 November 2018


Catatan: Dalam puisi di atas, sangat mungkin, Malaka disebut 
tera di San Francisku (negeri Santo Fransiskus) karena, menurut catatan sejarah, Santo Fransiskus Xaverius, salah seorang pendiri Ordo Yesuit dan misionaris di Maluku, pernah tinggal selama beberapa bulan di Malaka pada tahun 1545, 1546, dan 1549.

Teringat kepada Prof. Drs. M. Taopan, Mantan Guru Besar Pancasila di Universitas Nusa Cendana

Foto: www.bukalapak.com

Membaca berita tentang dosen-dosen di Jawa yang diduga menolak ideologi Pancasila, saya teringat kepada Prof. Drs. M. Taopan, mantan Guru Besar Pancasila di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, NTT, penulis buku PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN BUTIR-BUTIR PANCASILA MENURUT KETETAPAN MPR NOMOR II/MPR.1978 (Jakarta: Aditya Bakti, 1993) dan DEMOKRASI PANCASILA: Analisa Konsepsional Aplikatif (Jakarta: Sinar Grafika, 1989). Beliau adalah penatar senior untuk bidang ideologi Pancasila ketika saya masuk kuliah dulu (1995). Semoga Pancasila semakin membumi.

(Yogyakarta, 10 November 2018)

Puisi Dwibahasa: Indonesia-Spanyol; Oleh: Lilliam Moro, Seorang Penyair Kuba


 
 
UNTUK MENGENANG MEREKA*

Oleh: Lilliam Moro**

Para penyair sejati
mati sekalipun hidup atau bunuh diri
atau menyerah kalah kepada virus triinisial
atau membuka pintu bagi ketam yang mengiring
dan menggerogoti bagai sebuah cinta agung.
Para penyair sejati,
mereka yang tak mengacuhkan kepastian,
para perusuh, mereka yang berpakaian begitu jelek,
merekalah yang memilih terbakar seperti dalam alkimia
untuk menciptakan dunia-dunia mustahil
yang menggantikan senyum terpaksa,
metafora yang biasa itu,
hadiah kecil yang dengannya mereka dibeli,
pipi lain yang tersodor untuk ditampar
oleh dia yang mengurus medali dan rasa lapar.
Para penyair sejati mengambil risiko kelupaan,
hal terburuk dari segala kematian.

Diterjemahkan oleh Yohanes Manhitu
dari versi asli (berbahasa Spanyol)
Yogyakarta, 24 September 2017
---------------------------------------

Versi asli (Versión original):

EN MEMORIA DE ELLOS

Por: Lilliam Moro

Los poetas poetas
mueren en vida o se suicidan
o se entregan al virus de las tres iniciales
o abren las puertas al cangrejo que camina de lado
y los devora internamente como si fuera un gran amor.
Los poetas poetas,
los que desprecian las certezas,
los aguafiestas, los que visten tan mal,
son los que eligen arder como en la alquimia
para crear los mundos imposibles
que sustituyan la sonrisa forzada,
la mediocre metáfora,
el premiecito que los compra,
la otra mejilla puesta para la bofetada
del que administra las medallas y el hambre.
Los poetas poetas se arriesgan al olvido,
la peor de las muertes.
---------------------
*) Terjemahan Indonesia ini terbit dalam buku kumpulan puisi "Contracorriente" karya Lilliam Moro (Salamanca, Spanyol: Diputación de Salamanca, 2017).
**) Penyair Kuba, pemenang "IV Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador'" (penghargaan internasional bergengsi di dunia kesusastraan Spanyol), dianugerahkan di Salamanca, Spanyol.

Foto: Dokumentasi pribadi

Puisi Dwibahasa: Indonesia-Spanyol; Oleh: Juan Carlos Olivas, Seorang Penyair Kosta Rika


YANG SUCI*

Oleh: Juan Carlos Olivas**

Apa yang telah kausebut suci itu
kini tergeletak di tanah.

Ibarat tangan terentang di atas pegunungan,
dunia ini meredupkan kejernihan asing
para gembala yang menebar bekas luka
di akar air.

Sebentar lagi akan mulai hujan
dan ladang-ladang menghijau,
tertutup tumbuhan dudaim,
pemberian guntur bertalu
dan ilah-ilah sumpalan.

Kemudian datanglah para penuai
dan memisahkan yang berguna dan yang tidak.
Lalu aku akan mendekat ke hadapanmu
untuk menyentuh rumput,
dan cuaca akan berkobar,
seperti perkataan apa saja,
bagai pucuk nyala apa pun,
di atas lumpur yang gelap
dari pening tak terhingga.

Diterjemahkan oleh Yohanes Manhitu
dari versi asli (berbahasa Spanyol)
Yogyakarta, 15 September 2018
---------------------------------------

Versi asli (Versión original):

LO SAGRADO

Por: Juan Carlos Olivas

Lo que llamaste sagrado
ahora yace en la tierra.

Como una mano sobre las cordilleras
el mundo estrecha la extraña claridad
de los pastores que siembran cicatrices
en la raíz del agua.

Pronto comenzará a llover
y crecerán los campos
cubiertos de mandrágoras,
rendidos por su verborrea de truenos
y dioses disecados.

Después vendrán los cegadores
y apartarán lo que sirve y lo que no.
Yo me acercaré entonces a tus ojos
para tocar la yerba,
y ya el tiempo arderá
como cualquier palabra,
como cualquier punto de luz,
sobre el oscuro barro
del vértigo infinito.
-------------------------
*) Terjemahan Indonesia ini, bersama-sama dengan terjemahan ke bahasa Dawan, Tetun Resmi (Timor-Leste) dan Melayu Kupang, terbit dalam buku kumpulan puisi "El año de la necesidad" karya Juan Carlos Olivas (Salamanca, Spanyol: Diputación de Salamanca, 2018).
**) Penyair Kosta Rika, pemenang "V Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador'" (penghargaan internasional bergengsi di dunia kesusastraan Spanyol), dianugerahkan di Salamanca, Spanyol.

Foto: Dokumentasi pribadi

Tuesday, November 6, 2018

Empat Buku Puisi Tiba dari Universidad de Salamanca, Spanyol


Sekadar informasi buku. Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya tiba juga di alamat saya (pada tanggal 6 November 2018) empat buku puisi yang dikirim oleh penyair Alfredo Pérez Alencart dari Universidad de Salamanca (universitas tertua di dunia berbahasa Spanyol [the Hispanic world] dan salah satu dari tiga universitas tertua di dunia yang hingga sekarang masih aktif). Keempat buku para penyair pemenang Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador' (penghargaan internasional bergengsi di dunia kesusastraan Spanyol) yang berisikan terjemahan-terjemahan saya langsung dari bahasa Spanyol ke bahasa Indonesia, Dawan, Tetun Resmi Timor-Leste dan Melayu Kupang tersebut adalah (menurut urutan abjad nama penulis)
  1. El año de la necesidad karya Juan Carlos Olivas, penyair Kosta Rika (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2018). Di dalam buku ini, terdapat empat puisi terjemahan saya: Yang suci (Indonesia), Akninô (Dawan), Ida-ne'ebé lulik (Tetun Resmi), dan Yang suci (Melayu Kupang); terjemahan dari puisi Spanyol Lo sagrado. 
  2. Contracorriente karya Lilliam Moro, penyair Kuba (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2017). Di dalam buku ini, terdapat sebuah puisi terjemahan saya: Untuk mengenang mereka (Indonesia); terjemahan dari puisi Spanyol En memoria de ellos. 
  3. Persistente karya María Sanz, penyair Spanyol (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2018). Di dalam buku ini, terdapat empat puisi terjemahan saya: Di sini tergelak bibir (Indonesia), Es i, luluf nabelkon (Dawan), Iha-ne'e latan ibun-tutun (Tetun Resmi), dan Di sini tadudu itu bibir (Melayu Kupang); terjemahan dari puisi Spanyol Aquí yacen los labios. 
  4. Pequeñas mundanzas karya Paura Rodrígues Leytón, penyair Bolivia (Salamanca: Diputación de Salamanca, 2017). Di dalam buku ini, terdapat sebuah puisi terjemahan saya: Memikirnkan Wilde (Indonesia); terjemahan dari puisi Spanyol Pensando en Wilde.
Terima kasih banyak atas jasa baik pak pos selama ini.

Foto: Dokumentasi pribadi