Wednesday, December 23, 2009

Litani Penantian di Bait Puisi

Oleh: Yohanes Manhitu

“Maranatha!”

Dorongan hati ini tak dapat kukekang
untuk siulkan nada-nada pengharapan
akan sebuah negeri elok bebas nestapa,
akan satu bumi yang damai sejahtera,
akan bayi-bayi yang terlahir selamat,
akan kanak-kanak bebas tersenyum,
akan perempuan yang aman di rantau
akan rimba raya yang hilang berganti,
akan sawah-sawah tak pernah mandul,
akan kepala-kepala berpikiran Salomo
akan terompet perang yang membisu.

Dorongan hati ini tak dapat kukekang
untuk putar lembut kidung penantian
akan Sang Raja pembawa kedamaian:
damai bagi manusia, pria dan wanita,
damai bagi burung-burung di angkasa,
damai bagi tumbuhan di hamparan bumi,
damai bagi ikan-ikan yang mabuk minyak,
damai bagi kota-kota yang dihantui ledakan,
damai bagi dusun-dusun yang kian tergusur,
damai bagi kawanan ternak di sabana tipis,
damai bagi semua yang diciptakan-Nya.

Dorongan hati ini tak dapat kukekang
‘tuk coba luruskan lekukan jalan-jalanku
dan coba padamkan nyala obor kerapuhan
ketika tersiar berita akan datangnya Sang Raja
lewat corong di langit-langit rumah kudus-Nya,
lewat memori akan ulang tahun yang dinantikan,
lewat percakapan ibu-ibu di pojok toko swalayan,
lewat bujukan merayu dua bocah di toko pakaian,
lewat iklan-iklan Sinterklas yang janjikan diskon,
lewat tawaran kartu virtual di halaman website
pada awal bulan penutup segala bulan dilalui.
Datanglah, datanglah Raja Damai Terjanji!

Pugeran Timur-Yogyakarta
6 Desember 2004

No comments:

Post a Comment