Friday, March 28, 2025

Tokoh Penting dan Pencinta Budaya Itu Telah Pergi: Ungkapan Hati Seorang Saudara di Seberang

Sebenarnya, sulit untuk membuat tulisan ini pada saat duka seperti ini. Berat rasanya untuk menulis sebagai bagian dari rumpun keluarga Fernandes-Manhitu yang lagi berduka, tetapi saya merasa perlu menulis sesuatu, entah cukup atau tidak, sebagai ungkapan hati. Untuk kurang-lebihnya, saya mohon maaf sebelumnya. Harap maklum.

Secara pribadi, saya berdukacita mendalam atas peristiwa tak terduga yang dialami Kak Ray dan saudara-saudara lain (nelayan, mekanik dll.) yang bersama-sama melaut di perairan utara TTU tersebut. Kemarin subuh, setelah memperoleh berita awal lewat media siber, saya berusaha untuk terus mengikuti berita itu hingga memperoleh kejelasan. Saya juga sempat menghubungi keluarga di Noemuti.

Belasungkawa tulus saya ditujukan secara umum kepada semua pihak yang kehilangan saudara-saudara terkasih mereka dalam peristiwa yang sangat menyedihkan itu. Sungguh tak sampai hati melihat jenazah seorang bapak dan anaknya terbaring dalam rumah duka yang sama.

Secara khusus, sebagai kerabat, saya berdukacita dan merasakan kehilangan bersama Kakak Kristiana Muki dan anak-anaknya (Rio dan adik-adiknya), dan tentu juga bersama Om Fini (Om Yakobus Manue Fernandes) dan Tanta Hitu (Tanta Margaretha Hati Manhitu), Sdri. Lina, Sdr. Melki, dan Sdri. Marta. Kita semua berdoa untuk memohon istirahat dan kebahagiaan surgawi bagi Kak Ray dan juga minta keteguhan iman dari Tuhan bagi kita dalam menghadapi peristiwa ini.

Peristiwa ini berada di luar jangkauan kita sebagai manusia, sebagaimana saya coba gambarkan dalam puisi berikut ini (sebuah puisi lama). Kiranya baik untuk dibaca dan direnungkan.

MENYINGKIRKAN CAWAN DERITA*

Penulis & penerjemah: Yohanes Manhitu

Andaikan kita kuasa mengatakan tidak,
kita tak ‘kan mau minum dari cawan
yang penuh dengan kegetiran—
ikatan alam penderitaan.

Andaikan kita kuasa memperkirakan
hal yang mengancam kehidupan,
kita ‘kan siap ‘tuk menjauhkan
bahaya dan mungkin jua maut.

Adakalanya seperti dalam drama,
kita berperan hanya menurut skenario
yang telah disiapkan sang pengarang.
Ini membuat kita tak bisa memilih.

Andaikan manusia bisa menebak
dan memahami misteri-misteri
dengan kebebasan luas dari surga,
ia ‘kan lebih siap menyelamatkan hidup.

Noemuti, Timor (NTT), Januari 2011
* Terjemahan dari puisi Tetun saya, berjudul "HASEES KALIX TERUS NIAN" (dalam buku "Lirik Santalum", hlm. 239)
----------------------------------------

Tentang Kak Ray, baik sebagai pribadi maupun pemimpin, saya kira tak perlu saya berpanjang kata di sini karena sudah banyak orang yang tahu, dan bahkan tahu jauh lebih banyak daripada saya. Maklum, walaupun kami adalah kerabat dan berasal dari satu kampung (Bijeli, Noemuti), saya tinggal dan berkarya di luar Timor. Kami hanya bisa berjumpa ketika saya sedang berada di Timor. Itu pun kalau ada kesempatan (maklum, beliau amat sibuk). Aktivitas beliau sebagai seorang tokoh pun lebih banyak saya pantau lewat media massa.

Beliau adalah pencinta budaya. Itu tak sebatas pakaian adat yang dikenakan! Dari semua perjumpaan kami selama Kak Ray masih hidup, ada sebuah perjumpaan yang memungkinkan kami bisa berbincang cukup lama tentang budaya (perihal bahasa Dawan, sastra lisan Dawan [seni tutur], rumah adat dll.) dan juga sepintas tentang silsilah keluarga dan sejarah Timor. Perjumpaan itu terjadi di rumah pribadi Kak Ray ketika saya dan saudari saya (Anastasia Manhitu) serta kedua anaknya (Jelia dan Eras) berkunjung di suatu sore pada awal Agustus 2019. Sebelumnya, dalam sebuah acara di Bijeli pada akhir Juli 2019, terjadi obrolan singkat tentang saya lagi tulis buku apa dan buku apa yang baru terbit. Lalu, Kak Ray bilang, "Kalau ada waktu, nanti main ke rumah." Akhirnya, kami pun mencari waktu luang untuk berkunjung.

Dalam perjumpaan di atas, saya memberikan oleh-oleh berupa dua buku (yaitu Lirik Santalum dan Gitanjali-Sítnatas) yang baru diterbitkan Penerbit Diandra Kreatif di Yogyakarta pada bulan Mei 2019. Akhirnya, obrolan tentang budaya di Km. 5 jurusan Atambua itu berlanjut di ruang kerja beliau di Kantor Bupati TTU walaupun berlangsung singkat. Maklum, jadwal sangat padat! Saya pun sempat bertukar pikiran dengan beberapa pejabat Pemda tentang budaya Timor, terutama tentang bahasa dan sastra Dawan. Terima kasih banyak atas perjumpaan dan obrolan menarik itu. Terima kasih banyak juga atas apresiasi serta dukungan yang diberikan untuk karya-karya berbahasa Dawan. Semoga pemerintah daerah (Pemda) senantiasa memperhatikan dan turut dengan giat memelihara budaya daerah, termasuk bahasa dan sastranya.

"De mortuis nil nisi bonum" (Latin, Tentang orang yang telah meninggal, tiada hal selain yang baik). Mari kita bicarakan yang baik tentang Kak Ray dan saudara-saudara yang meninggal dalam peristiwa tak terduga di perairan utara TTU tersebut. Kita menimba hal-hal baik dari mereka yang telah mendahului kita.

Selamat jalan, Kak Ray (Raymundus Sau Fernandes, 31 Agustus 1972 – 27 Maret 2025)! Selamat jalan juga kepada saudara-saudara lain yang berpulang dalam peristiwa menyedihkan itu! Beristirahatlah dalam damai! Mlilê abalbalat neu ki mbi Uisneno In sonaf neno-tunan!

Ungaran, Jawa Tengah, 28 Maret 2025
------------------------------------------
Foto: Oleh seorang pegawai Pemda TTU (Agustus 2019). Keterangan: Kak Ray memegang buku Gitanjali (Sítnatas), terjemahan Dawan saya untuk karya Rabindranath Tagore, dan saya memegang buku Lirik Santalum: Kumpulan Puisi Dawan dan Tetun dengan Terjemahan Indonesia.

Friday, February 28, 2025

Telah Terbit Buku "Mencintai & Merayakan Literasi"

Foto: Kiriman dari Mas Yoseph

Selamat kepada Bung Yoseph Nai Helly* (Mas Yoseph) dan rekan-rekannya atas terbitnya buku Mencintai & Merayakan Literasi (Yogyakarta: Penerbit Mitra Mekar Berkarya, Januari 2025) yang merupakan kumpulan tulisan bersama (9 orang pegiat literasi). Semoga gerakan literasi di negeri tercinta ini semakin maju dan membuahkan hasil yang menggembirakan bagi semua. Salam literasi! 🎯

Catatan: Silakan hubungi Mas Yoseph melalui kotak pesan Facebook jika berminat untuk membeli buku bersama tersebut dan/atau buku lain yang ditulis oleh Mas Yoseph.
----------------------------------------
*) Yoseph Nai Helly (berasal dari Biboki, Kab. Timor Tengah Utara, Prov. Nusa Tenggara Timur) adalah seorang pustakawan (saat ini, kepala perpustakaan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional [STPN] Yogyakarta), penulis, dan pegiat literasi. Tulisan-tulisannya di bidang pertanahan, literasi dan sastra (puisi) telah terbit dalam berbagai media (buku, koran, dan majalah). Buku pertama (nonpertanahan) yang ditulisnya sendiri berjudul Kuubah Duniaku, Antara Imajinasi dan Kenyataan (Yogyakarta, Desember 2023). Anggota staf majalah "Literasi Guru" (majalah pendidikan yang berbasis di Yogyakarta) ini adalah anggota aktif Forum Batu Tulis Nusantara Yogyakarta (FBTNY).

Pantun Malayu Kupang: Jang Putus Asa

Foto: europosters.eu

Lu’at enak, pedís son rasa.
Ada se’i, son ada pepes.
Kalo gagal, jang putus asa.
Usaha lebe ko bisa sukses.

Panulis: Yohanes Manhitu
Noemuti, 30 Sept. 2019

Sunday, February 2, 2025

Ripozu en paco, kara Majstro Renato Corsetti

Bildo: https://sezonoj.ru/2021/03/corsetti-3

Ripozu en paco, kara Majstro Renato Corsetti (29-an de marto 1941 – la 1-an de februaro 2025). Via foriro certe estas granda perdo por Esperanto kaj Esperantujo. Koran dankon pro via afabla atento kaj subteno por miaj verkoj en Esperanto, la lingvo internacia. Via boneco kaj bonfaroj vivos eterne.

Friday, January 31, 2025

Sepenggal Kisah tentang Buku Puisi Berbahasa Esperanto (Kumpulan Puisi Asli Esperanto)

BARANGKALI banyak orang belum mengenal bahasa Esperanto, bahasa rancangan yang paling sukses di muka bumi ini. Saya mulai belajar bahasa karya hebat Ludwik Lejzer Zamenhof (1859-1917) ini pada awal Januari 2001 dan baru berhasil menulis puisi pertama saya dalam bahasa nan indah ini pada bulan Juni 2006. Puisi yang berjudul "Sub la vasta ĉielo" (Di kolong langit luas) itu merupakan hasil perenungan saya tentang akibat gempa bumi dahsyat yang melanda Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006. Puisi perdana tersebut terbit dua kali di Jepang dalam Esperanto en Azio, buletin KAEM (Komisiono de UEA pri Azia Esperanto-Movado), no. 54 (September 2006) dan no. 56 (Mei 2007). "Sub la vasta ĉielo" kemudian menjadi judul kumpulan puisi pertama saya dalam bahasa Esperanto yang diterbitkan oleh penerbit Mondeto di Candelo, New South Wales, Australia, pada tahun 2010. Resensinya ditulis oleh dua sastrawan terkemuka dalam dunia sastra Esperanto, yaitu Trevor Steele dari Australia dan Jorge Camacho dari Spanyol. Informasi tentang kumpulan puisi ini tersebar luas di jagat penutur bahasa Esperanto, baik melalui media cetak maupun elektronik (termasuk sebuah radio Esperanto di Toulouse, Prancis). Semoga karya lain dalam bahasa hebat ciptaan Ludwik Lejzer Zamenhof ini segera menyusul. Mari kita menulis dalam bahasa apa pun, termasuk bahasa daerah! Bila kita menulis, kita pun (akhirnya) akan dibaca. Salam sastra! (Baca lebih lanjut di ymanhitu-works.blogspot.com)


Catatan: Buku Esperanto yang terbit di Australia ini dikoleksi oleh "The National Library of Australia" (Perpustakaan Nasional Australia [di Kota Canberra]).

Foto: Sawah di Linamnutu, TTS (oleh Martin Liufeto)

Antaŭ naŭ jaroj aperis la dulingva poemaro "Feotnai Mapules—Princino Laŭdata"

Saluton el Indonezio! Antaŭ naŭ jaroj (je 31an de decembro 2016), aperis en Antverpeno, Belgio, mia davana-esperanta poemaro Feotnai Mapules—Princino Laŭdata, eldonita de Eldonejo Libera. Ĉi tiu libro de 250 paĝoj enhavas 100 originalajn poemojn en la davana (ĉiuj estas miaj propraj verkoj) kaj 100 tradukitajn poemojn en Esperanto (ĉiuj estas miaj propraj tradukoj). Por aĉeti tiun ĉi dulingvan poemaron, bonvolu viziti: katalogo.uea.org amazon.com.

----------------------------------------------------------
Noto: La davana lingvo (davane: Uab Metô; tetume: lia-dawan, lia-baikenu; indonezie: bahasa Dawan; angle: the Dawan language) estas la plej vaste parolata enlanda lingvo en Okcidenta Timoro. Ĝi estas uzata plejmulte de la Atoni Pah Metô (laŭlitere “Homoj de la Seka Lando”) en la distrikto kaj la provincia ĉefurbo Kupang, la distrikto Timor Tengah Selatan (Suda Centra Timoro), la distrikto Timor Tengah Utara (Norda Centra Timoro) kaj kelkaj partoj de la distrikto Malaka, kaj ankaŭ estas uzata kiel nacia lingvo en Oekusi-Ambeno, distrikto de la Demokrata Respubliko de Orienta Timoro (tetume: Repúblika Demokrátika Timór-Leste; portugale: República Democrática de Timor-Leste).

Tuesday, December 31, 2024

Pri la tradicia danco "likurai"

Bildo: myindonesiann.blogspot.com

Likurai estas timora militdanco, kiu estas formo de respekto al la herooj, kiuj defendis la landon. Tiu ĉi tradicia danco estas farita de belaj virinoj uzante tamburetojn kaj akompanataj de kelkaj virdancistoj. (Esperanto-vortoj: Yohanes Manhitu, 2024)

Sekilas Tentang Kata Penyerta "Para"




Beberapa hari ini, tampaknya isu "para" (kata penyerta) cukup menguat di media sosial. Tanpa (perlu) mempersoalkan dari mana datangnya, entah dari sawah atau dari kali, saya mengajak para peminat bahasa Indonesia - bahasa nasional dan bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) - untuk memperhatikan hal ini sejenak. Baik juga untuk menyegarkan ingatan gramatikal kita.

Kata penyerta "para" biasanya terletak di depan kata benda dan berfungsi sebagai penanda bentuk jamak (kelompok orang). Contoh: Para petani di desa ini sangat giat bekerja.

Bentuk jamak pun dapat dibuat tanpa menggunakan "para", yaitu dengan pengulangan (reduplikasi) kata benda. Contoh: 1. Petani-petani di desa ini sangat giat bekerja. 2. Gadis-gadis itu sungguh cantik.

Catatan:
  1. Kata benda (untuk orang) setelah "para" tidak mengalami pengulangan. Contoh: Para tamu sudah hadir. (Bukan para tamu-tamu!)
  2. Kata penyerta "para" tidak lazim diikuti kata benda yang sudah mengandung makna jamak, misalnya "tetamu" dan "hadirin". Jadi, tidak lumrah menggunakan "para tetamu" dan "para hadirin".
  3. Kata penyerta "para" tidak dapat diulang untuk menunjukkan bentuk jamak, seperti dalam contoh-contoh berikut: 1. Para-para guru sungguh berjasa bagi banyak orang. 2. Para-para ibu sangat sibuk berarisan.
  4. Kata "para-para" itu sendiri bersinonim dengan rak (yang terbuat dari bambu dll. dan digunakan untuk berbagai keperluan).
Silakan lihat tangkapan layar (oleh saya) dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Kamus Dewan (kamus bahasa Melayu terbitan Malaysia). Semoga apa yang disampaikan di sini berguna. Salam mesra bahasa dan sastra kepada semua!

Ungaran, Jawa Tengah, 22 Desember 2024

Thursday, October 31, 2024

Kunjungan dan Perjumpaan Literasi di Kampus STPN Yogyakarta, Kamis, 15 September 2024

Kunjungan dan perjumpaan literasi di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Pertanahan Nasional (STPN) Yogyakarta ini terjadi dua tahun silam dalam suasana yang akrab dan hubungan komunikasi masih terjaga hingga kini. Berita tentang acara ini dapat dibaca di BernasNews. Semoga literasi anak bangsa semakin maju demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Terima kasih banyak kepada Bung Yoseph Nai Helly, pustakawan, penulis, dan pegiat literasi. Titip salam hormat buat Bapak YB Margantoro, jurnalis senior yang terus giat berkarya.

Puisi Bisa Ditulis di Mana Saja dan Kapan Pun

Tabik! Puisi bisa ditulis di mana saja dan kapan pun (termasuk di dalam pesawat yang sedang terbang) bila inspirasi lahir dan terus mendesak. Berikut adalah sebuah puisi Tetun Nasional yang sempat saya tulis di pesawat Lion dalam penerbangan Kupang-Surabaya pada tanggal 16 Maret 2010. Terpaksa saya tulis pada kantong kebersihan karena kehabisan stok kertas. Selamat membaca dan salam sastra!

---------------------------------------

KALOHAN HAMALUK HA’U

Autór: Yohanes Manhitu

Tuur iha aviaun laran,
dook hosi rain nia oin.
Iha kalohan nia klaran,
ha'u temi Na’i nia naran.

Tilun rona aviaun nia lian,
matan la hetan loromatan.
Maibé liuhosi janela oan,
ha'u haree ninia roman.

Lakleur aviaun sei tau ain
neineik iha nia to’o-fatin.
Ksolok mosu iha laran
tan Nia haraik bensaun.

Lion Air, Marsu 2010
-----------------------

AWAN MENEMANIKU*

Penulis: Yohanes Manhitu

Duduk di dalam pesawat,
jauh dari permukaan bumi.
Di tengah-tengah awan,
kusebut nama Tuhan.

Telinga mendengar suara pesawat,
mata tak menemukan matahari.
Tetapi lewat jendela kecil,
kulihat cahayanya.

Sebentar lagi pesawat mendarat
perlahan di tempat tujuannya.
Timbul kegembiraan di hati
karena Ia curahkan berkat.

--------------------------
*) Terjemahan Indonesia dibuat kemudian.

Foto: Dokumen pribadi oleh penulis

Sunday, September 29, 2024

Puisi "Te Apropii" oleh Elena Liliana Popescu Telah Diterjemahkan ke Empat Bahasa Austronesia

Foto: https://www.crushpixel.com

Sebuah puisi berbahasa Rumania dengan judul "Te Apropii" (sebuah puisi panjang yang terbagi ke dalam 12 bagian) telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Dawan, Tetun Resmi, dan Melayu Kupang dan kini tercantum dalam sebuah kumpulan puisi multibahasa yang akan terbit di Bukares, Rumania, dalam waktu dekat. Penerjemahan itu memerlukan waktu yang cukup lama dan baru bisa rampung dan dikirim pada tanggal 21 September 2024. Undangan untuk menerjemahkan puisi itu ke bahasa-bahasa Austronesia itu datang dari si penyair sendiri, yakni Elena Liliana Popescu*.

Berhubung (sejujurnya!) pengetahuan bahasa Rumania saya belum memadai (maklum, masih belajar) untuk bisa menerjemahkan puisi itu langsung dari bahasa Rumania (bahasa turunan Latin terbesar di Eropa Timur), terjemahan-terjemahan saya itu dibuat berdasarkan versi-versi Spanyol, Prancis, Portugis, dan Italia yang telah dibuat secara langsung dari versi asli puisi itu. Kali ini, tanpa rujukan versi bahasa Inggris.

Sebagai informasi, saya telah menerjemahkan sejumlah puisi Prof. Elena ke empat bahasa tersebut di atas dan terdapat dalam beberapa buku kumpulan puisi multibahasa yang terbit di Rumania. Beliau pun telah menerjemahkan sejumlah puisi saya ke bahasa Rumania, dari puisi-puisi asli saya dalam bahasa Inggris dan Spanyol. Pernah ada terjemahan Rumania dari puisi-puisi saya itu yang terbit di New York.

Sejatinya, ini adalah sebuah kesempatan bagus untuk lebih banyak belajar, Ya, masih perlu belajar dan terus belajar. 💖
------------------------------------
*) Prof. Dr. Elena Liliana Popescu adalah seorang matematikawan dan penyair terkemuka di Rumania (https://www.margutte.com).

Puisi "Agua Florida" oleh Nidia Marina González Telah Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

Foto: Dari Alfredo Pérez Alencart

Awal September ini, saya diundang lagi oleh penyair Alfredo Pérez Alencart dari Universidad de Salamanca (Universitas Salamanca), Spanyol, untuk ikut serta menerjemahkan puisi Spanyol. Kali ini, yang diterjemahkan (ke bahasa Indonesia saja*) adalah puisi "AGUA FLORIDA" karya Nidia Marina González, penyair Kosta Rika yang memenangi XI Premio Internacional de Poesía 'Pilar Fernández Labrador', sebuah penghargaan sastra bergengsi di dunia Hispanik. Terjemahan saya berikut itu (berjudul "AIR BUNGA") bakal diikutkan dalam sebuah antologi puisi multibahasa internasional (berjudul "Atrapanieblas") yang akan terbit di Salamanca, Spanyol, bulan depan (Oktober 2024). Selamat membaca kepada semua! 💖

--------------------------------------

AIR BUNGA

Oleh: Nidia M. González

Keajaiban yang tak terselami,
sukar dipahami, tak tampak
dari hal-hal yang kecil.
Aroma air bunga yang mengalir lewat tangan ibuku
dan mengendap di kulitku, kini tanpa ibu,
denyaran napasnya.
Air bunga di udara pekat malam hari.
Kesahajaan bunga berwarna hijau-biru.
Kurangi getaran, redakan yang berkobar.
Rentangkan masa lampau ke masa kini,
jahitlah itu dengan bidal dan benang
untuk menghasilkan selembar kanvas
dengan seluruh kancing dari stoples,
termasuk semua yang telah rusak.

Terjemahan Indonesia: Yohanes Manhitu
Ungaran, Jateng, 7-8 September 2024
--------------------------------------

Versi asli (berbahasa Spanyol):

AGUA FLORIDA

Por: Nidia M. González

El milagro inescrutable,
inasible, invisible
de las pequeñas cosas.
El aroma del agua florida recorre las manos de mi madre
y deposita en mi piel, ya sin mi madre,
el destello de su aliento.
Agua florida en el aire pesado de la noche.
La simplicidad de las flores en verde agua.
Disminuir el temblor, aliviar lo que arde.
Tirar del tiempo antiguo hasta el tiempo presente,
coserlos con dedal e hilo
hacer un solo lienzo
con todos los botones del frasco
incluyendo todo lo que se ha roto.

-----------------------------------------
*) Kali ini tidak ada permintaan khusus untuk menerjemahkan puisi pemenang ini ke bahasa Dawan, Tetun, dan Melayu Kupang. Semoga akan ada lagi kesempatan nan berharga dan tergolong langka ini. Adalah penting untuk terus belajar.

Saturday, August 31, 2024

Pembacaan puisi "BENDERA MENGHIAS ANGKASA"

 

Pembacaan puisi "BENDERA MENGHIAS ANGKASA"
pada malam perenungan dan syukuran peringatan hari kemerdekaan RI ke-79 di wilayah RT 11/RW 06 Bandarjo, Ungaran, Kabupatan Semarang, Provinsi Jawa Tengah,
adalah bentuk partisipasi sebagai WNI.

"KIU ESTAS MI?" de Yoseph Nai Helly

Bildo: https://www.123rf.com


KIU ESTAS MI?

de Yoseph Nai Helly*

Kiu estas mi?
Eble vi scias.
Aŭ vi scias,
sed ne multe.

Rigardu min
per via mensa okulo!
Imagu pli longe,
pli malproksime!

Fakte,
vi ne multe scias.
Eĉ se vi scias,
nur preterpase.

Eĉ mi mem ne scias,
des malpli vi, kiu nur preterpasis
transirante la savanon
belan, plenan je trompoj.

Vi ne bezonas scii
ĉar ankaŭ mi ne volas, ke vi sciu;
ĉar mi mem ne konas
la profundon de l' oceano.

Tio sufiĉas!
Nur lasu la venton blovi!
Nur aŭskultu la kantadon
de la kanario, kiu dancas
por inciteti sian partneron!

Esperanta traduko: Yohanes Manhitu
Ungaran, la 12an de aŭgusto 2024
------------------------------------
*) Yoseph Nai Helly (okcident-timorano loĝanta en Yogyakarta) estas indonezia poeto, verkisto kaj bibliotekisto. Nuntempe li estas la estro de la biblioteko de la Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Yogyakarta (indonezialingve, Nacia Tera Kolegio de Yogyakarta). Li ankaŭ estas membro de la redakcio de la Majalah Pendidikan Literasi Guru (indonezialingve, Revuo pri Instruista Legoscio-Eduko). En decembro 2023, sia indonezialingva libro Kuubah Duniaku, Antara Imajinasi dan Kenyataan (Mi ŝanĝas mian mondon, inter imago kaj realo) estis eldonita de Lembaga Ladang Kata en Yogyakarta.
------------------------------------------

Originala versio (en la indonezia):

SIAPAKAH AKU?

Oleh: Yoseph Nai Helly

Siapa aku?
Mungkin kau tahu.
Atau kau kenal,
tapi tidak tahu banyak.

Pandanglah aku
dengan mata batinmu!
Bayangkan lebih lama,
lebih jauh nun di sana!

Sebenarnya,
kau tak banyak tahu.
Kalaupun kau tahu,
sekadar mengenal sepintas.

Aku saja tak tahu,
apalagi kau yang hanya berlalu
melintasi padang sabana
indah, penuh tipuan.

Tak perlu kau tahu
s’bab aku pun tak ingin kau tahu,
karena aku sendiri tak tahu
dalamnya samudra.

Sudahlah!
Biarkan saja angin berhembus!
Dengarkan saja kicauan burung kenari
sedang menari, menggoda pasangannya!

Yogyakarta, 5 Agustus 2021