Friday, February 24, 2017

Selamat Jalan, Sastrawan Gerson Poyk!

Foto: http://www.depoknews.id

Gerson Poyk, sastrawan legendaris Indonesia dari Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah kembali ke alam mahasastrawi (24 Februari 2017 pada umur 85 tahun). Selamat jalan, Sastrawan Legendaris! Kiranya arwahmu memperoleh istirahat dan damai surgawi. Jasa besarmu sebagai perintis sastra (di) NTT akan tetap dikenang dan karyamu akan terus dibaca. Salam sastra,

Tuesday, February 21, 2017

Sekadar Renungan Pada Hari Bahasa Ibu 2017

Gambar: www.google.com

Kalau bahasa-bahasa daerah kita tidak dihidupi dan dibina, terutama pada masa kini, mumpung masih bisa, jangan marah ya kalau suatu saat nanti, atau bahkan sedang terjadi, bahasa-bahasa itu diurus dengan penuh perhatian oleh para "liyan" (orang lain, boleh jadi dari bangsa lain) dan merekalah yang akan menjadi guru bahasa-bahasa kita bagi anak cucu kita sendiri, sekalipun itu mungkin sebuah versi gado-gado. Dan kita hanya bisa mengamininya. (Dusun Maredan, Berbah, Yogyakarta, 21 Februari 2017)

Saturday, February 18, 2017

Menulis dan Memelihara Blog dalam Bahasa Daerah

Foto: http://glyndongreer.com

Harus diakui bahwa tak selalu mudah untuk terus menulis dalam bahasa daerah dan bisa memelihara sebuah blog dalam bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Dawan (Uab Meto). Rasanya lebih mudah menulis dalam bahasa Indonesia, bahkan bahasa asing. Tetapi apa pun kesulitannya, perlu ada sesuatu yang dilakukan sebagai bentuk nyata sebuah kepedulian. Puji Tuhan! Blog bahasa dan sastra Dawan "Uab Metô (Dawan): Pah Timor In Molok Amonit Es"---yang saya transfer pada tanggal 14 Desember 2007 dari situs saya sebelumnya ke blogspot.com---masih bertahan hingga saat ini. Syukur, ternyata blog ini dan pendahulunya (sebuah situs gratis) bermanfaat dan dikutip bagi penulisan makalah, skripsi, tesis dan juga disertasi. Salam bahasa dan sastra!

Wednesday, February 15, 2017

Pastor Butros I. Nimeh, Pengajar Bahasa Aram

Foto: https://www.youtube.com/watch?v=UWTPoHvLnWQ

Akan sangat menyenangkan apabila bisa berjumpa dan bercakap-cakap tentang bahasa Aram (Arāmāyā) dengan Pastor Butros I. Nimeh, pengajar bahasa Aram dari Gereja Ortodoks Siria. Sayangnya beliau tinggal nun jauh di Betlehem, tempat kelahiran Sang Guru, Yesus Kristus. Untung saja bukan di Solo atau Semarang. ...hahaha

Tentang Definisi Kata dan Sintaksis Sebuah Bahasa

Foto: www.google.com

Sedih juga sih kalau dipikirkan betul. Sejumlah bangsa sudah dan sedang aktif menghasilkan buah-buah pikiran yang bisa menggerakkan peradaban dunia modern dengan bahasa-bahasa mereka, sedangkan beberapa bangsa lain masih sibuk dengan definisi kata dan analisis wacana "ringan" dalam bahasa-bahasa mereka. Tentang definisi kata dan sintaksis sebuah bahasa, saya masih ingat kalimat Prancis Ce qui n'est pas clair n'est pas français (Apa yang tidak jelas itu bukan bahasa Prancis.) yang dikemukakan Antoine de Rivarol, seorang penulis Prancis dari zaman Revolusi. Baik untuk direnungkan kalau sempat. (Yogyakarta, 14 Februari 2017)

Monday, February 13, 2017

Wawancara Khusus tentang Sejarah dan Identitas Gereja Katolik Maronit dengan Patriark Bechara Boutros al-Rahi di Bukares, Rumania


Wawancara yang menarik dalam bahasa Prancis (dengan teks dalam bahasa Rumania; karena wawancara diadakan di Bukares, 2013) tentang sejarah dan identitas Gereja Katolik Maronit. Patriark Bechara Boutros al-Rahi (memimpin sejak 2011) menjelaskannya secara singkat, padat, dan jelas. Dalam dunia sastra, kita kenal penyair Khalil Gibran yang adalah seorang anggota Gereja Katolik Maronit, yang mengakar kuat di Lebanon. Dari sudut pandang rumpun bahasa (dalam kaitannya dengan wawancara ini), bahasa Prancis dan bahasa Rumania adalah dua dari lima bahasa turunan Latin yang terbesar. Salam,

Saturday, February 11, 2017

Kumasih Percaya pada Sastra

Foto: www.google.com

Sejauh ini kumasih percaya---berkat pengalaman pribadi---bahwa sastra adalah teman setia, yang tak pernah meninggalkanku walau kuberada di titik terendah dalam hidup ini. Tidak setiap tangan akan terulur begitu saja kepadamu ketika kauberada di bibir tebing dan berusaha menemukan keseimbangan. Sastra menolongku agar lebih bisa mencintai SABDA, yang terkadang rasanya terlampau dalam untuk dicerna benak insaniku nan belum matang ini.

Sastra "Modern" dalam Bahasa-Bahasa Nusantara: Harapan yang Kiranya Terwujud

Foto: https://www.blogs.hss.ed.ac.uk

Saya masih dan selalu berharap agar suatu saat nanti (tidak terlalu lama lagi), bermunculan karya sastra "modern" dalam bahasa-bahasa kecil di Nusantara, terutama di NTT dan Papua. Perlu ada sosok-sosok (muda) penuh semangat yang bangkit untuk mewujudkan impian ini demi pelestarian dan kelestarian bahasa-bahasa kecil ini. Mumpung belum terlambat untuk beraksi. Salam,

Sunday, February 5, 2017

Telah Terbit Antologi Puisi Multibahasa "Tras La Niebla" di Salamanca, Spanyol

Foto: http://salamancartvaldia.es

Kabar gembira! Telah terbit di Kota Salamanka (Salamanca), Spanyol, antologi puisi multibahasa "Tras La Niebla" (judul puisi Spanyol yang diterjemahkan ke 53 bahasa)---karya penyair Spanyol Alfredo Pérez Alencart---yang mencakup terjemahan-terjemahan saya ke bahasa Indonesia, Dawan (Uab Meto), Tetun Resmi/Nasional, dan Melayu Kupang. Antologi ini diterbitkan oleh penerbit Trilce Ediciones pada akhir bulan lalu (Januari 2017). Terjemahan Indonesia, Dawan, Tetun Resmi/Nasional, dan Melayu Kupang itu masing-masing berjudul "Di Balik Kabut" (hlm. 89), "Neu Nipu Aonbian" (hlm. 113), "Iha Abuabu Kotuk" (hlm. 39)), dan "Di Kabut Pung Balakang" (hlm. 71). Ini untuk pertama kalinya tiga bahasa Austronesia lain---selain bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia---dicantumkan dalam sebuah antologi puisi multibahasa yang terbit di Salamanca, Spanyol, dan diakses luas oleh para penikmat puisi di jagat Hispanofon (dunia penutur bahasa Spanyol). Semoga bahasa dan sastra kita lestari. Salam sastra,
----------------------------------------------------------------

TRAS LA NIEBLA

Por: Alfredo Pérez Alencart*

Oculta tras la niebla
tus palabras
heridas.

Y quita
de su pedestal
esas palabras
que hieren.

Acércate ahora
a la tierra más
iluminada,

al camino
por el que nunca
te has perdido.
---------------

DI BALIK KABUT

Oleh: Alfredo Pérez Alencart

Sembunyikan di balik kabut,
kata-katamu yang
terluka.

Dan singkirkan
dari alas mereka,
kata-kata yang
melukai itu.

Mendekatlah kini
kepada daerah
yang tercerah,

kepada jalan,
di mana kau tak
pernah tersesat.

Traducción al indonesio: Yohanes Manhitu
-------------------------------------------------

NEU NIPU AONBIAN

Atuis: Alfredo Pérez Alencart

Mûkolô neu nipu aonbian,
ho hanfuafin lê
napapan.

Ma mait main
nâko sin sukit,
hanfuafin lê
napapab.

Mhaumák nai
meu bale lê
meûsínleüf,

meu lalan
lê mutuinet
ka msek mít fa.

Traducción al dawan: Yohanes Manhitu
----------------------------------------------

IHA ABUABU KOTUK

Autór: Alfredo Pérez Alencart

Subar took iha abuabu kotuk,
ó-nia liafuan sira be
hetan kanek.

No hasees took
hosi sira-nia hun,
liafuan sira be
hakanek.

Hakbesik ona
ba rai-rohan be
naroman liuhotu,

ba dalan,
tuir ne’ebé
ó nunka lakon.

Traducción al tetun oficial: Yohanes Manhitu
----------------------------------------------------

DI KABUT PUNG BALAKANG

Penulis: Alfredo Pérez Alencart

Sambunyi di kabut pung balakang,
lu-pung kata dong
yang dapa luka tu.

Ais sorong pi jao
dari dong-pung alas,
itu kata dong
yang bekin luka.

Deka su
deng itu tampa
yang paling taráng,

deng itu jalan,
yang iko situ lu
son parná kasasar.

Traducción al malayo de Kupang: Yohanes Manhitu

---------------------------------------------------------
*) Alfredo Pérez Alencart adalah seorang penyair dan penulis esai berbahasa Spanyol kelahiran Peru (1962), kini pengajar pada Universidad de Salamanca. Karya-karyanya yang segudang sudah begitu luas tersebar sebagai karya asli dan terjemahan. Perkenalan kami terjadi pada tahun 2007 ketika saya diundang untuk berpartisipasi dalam antologi "LOS POETAS Y DIOS", setelah beberapa puisi asli saya dalam bahasa Spanyol terbit di sebuah situs puisi yang berbasis di Amerika Latin.

EDEN AND LOVE


Image: www.google.com

By: Yohanes Manhitu

Adam was not called lover
until he fell in love with Eve.
Eden was not a special garden
until it let men learn to adore.
Eden is now so special to men
since it taught men to love.

Adam woke up in confusion
as he found a sleeping beauty
laying down in total perfection.
His hands trembled and sweaty.
He was frightened and worried.
His lips were locked by anxiety.
His head was full of questions.

A powerful voice came from above.
It was the very first order to love.
It was the beginning of happiness.
And, Eden knew what men did.

Did Adam say, "I love you" to Eve?
Did Eve ever say this sacred sentence?
No proofs have existed under the sun.
But their love was absolutely lovely.
Only God knows their very words.
Eden was the witness for good.

Yogyakarta, 12 June 2003

You're welcome to read more English poems at http://www.agonia.net/index.php/author/0007939/Yohanes_Manhitu.

ESCENARIO DE AMARGURA---PENTAS KEGETIRAN



Akhirnya, pada hari Rabu, 1 Februari 2017, tiba di alamat saya, langsung dari Kota Salamanca, Spanyol, buku Antología de Salamanca yang berjudul No Resignación (Spanyol, Pantang Menyerah), yakni kumpulan puisi penolakan kekerasan terhadap perempuan yang ditulis oleh 135 orang penyair dari 35 negara di lima benua, sebagaimana terlihat pada subjudulnya: Poetas del mundo por la no violencia contra la mujer. Ketika diundang---sebagai orang Indonesia---untuk ambil bagian dalam antologi tersebut pada Juni 2016, saya diminta penyair Spanyol Alfredo Pérez Alencart, sang penggagas antologi, untuk menyediakan puisi dwibahasa (Spanyol-Indonesia) sekaligus. Kedua puisi saya itu masing-masing berjudul "ESCENARIO DE AMARGURA" (hlm. 50) dan "PENTAS KEGETIRAN" (hlm. 234). Ini sebuah kesempatan baik untuk terus belajar bahasa dan sastra serta berbagi lewat puisi. Kiranya dialog sastra---yang juga dialog peradaban---bisa terpelihara. Salam sastra,
---------------------------------------------

ESCENARIO DE AMARGURA

Por: Yohanes Manhitu

Desde distintas direcciones, vienen historias
que nos pueden hacer llorar, aun sin lágrimas.
Sigue triunfando la injusticia entre nosotros,
contra las hijas amadas de estirpe humana.



A veces delante de nuestros propios ojos,

esta amarga realidad que se llama violencia
actúa bien en su escenario y aplaudimos
como si fuera un drama por diversión.

Sabemos que el silencio no siempre es oro
y un susurro podría ser mejor que sin voz.
Hoy en esta oscuridad y bruma de inquietud,
más vale una vela encendida que un faro sin luz.

No olvidemos que una madre es una mujer,
y de su vientre, llega cada vida al mundo.
Entonces, cada violencia contra la mujer
es una traición a la misericordia maternal.

Desde distintas direcciones, vienen historias
que nos pueden hacer llorar, aun sin lágrimas.
Sigue existiendo esa injusticia contra la mujer.
Y en esta marcha, elegimos «no resignación».

(Yogyakarta, Indonesia, junio de 2016)
----------------------------------

PENTAS KEGETIRAN

Oleh: Yohanes Manhitu

Dari berbagai penjuru, datanglah kisah-kisah
yang bisa mengundang tangis kita, walau tanpa air mata.
Ketidakadilan masih berjaya di tengah kita,
terhadap para putri tercinta ras manusia.

Terkadang di depan mata kita sendiri,
kenyataan pahit yang bernama kekerasan ini
berperan apik di pentasnya dan kita bertepuk tangan
seakan-akan itu sebuah lakon untuk hiburan.

Kita tahu bahwa diam tak selamanya emas
dan bisikan bisa lebih baik daripada tanpa suara.
Kini di dalam kegelapan dan kabut kekhawatiran ini,
lilin bernyala lebih berarti daripada mercusuar tanpa cahaya.

Jangan kita lupa bahwa seorang ibu adalah perempuan,
dan dari rahimnya, tiba setiap kehidupan di dunia.
Jadi, setiap kekerasan terhadap perempuan
adalah khianat terhadap kerahiman ibu.

Dari berbagai penjuru, datanglah kisah-kisah
yang bisa mengundang tangis kita, walau tanpa air mata.
Ketidakadilan itu masih terjadi terhadap perempuan.
Dan di baris ini, kita memilih "pantang menyerah".

(Yogyakarta, Indonesia, Juni 2016)